Matahari menghilang
Hari menjadi suram
Lampu jalan bersinar redup
Udara kotor kuhirup
Berjalan tanpa tujuan
Hanya dirinya di angan
Jarak menyiksa kalbu
Membuat hari-hariku pilu
Betapa diriku rindu
Menggenggam-mu, kasihku
Di pinggir jalan kutertunduk
Kekacauan pikiran merasuk
Mobil lalu-lalang
Di angkasa tiada satupun bintang
Hati ini terus bertanya,
"Bisakah diriku bertahan tanpanya?"
Mata mulai berkaca-kaca
Diserbu perasaan yang tak terbaca
Kuterus bertanya
Dimanakah ia?
Malam telah tiba
Kunaiki gerbong kereta
Kulihat dua kekasih bercanda
Tertawa lepas, begitu bahagia
Ah, kebahagiaan
Perasaan yang jarang kurasakan
Ditengah ratusan orang suram
Aku hanyalah seorang penumpang
Terbawa arus kesedihan
Hari-hari penuh kekecewaan
Tibalah kereta di stasiunku
Kuberjalan dengan lesu
Tanpa nyawa dan diam membisu
Pucat, layaknya seorang hantu
Kucoba melihat kepada Tuhan
Namun perhatian-Nya teralihkan
Diriku ditinggal tanpa harapan
Berduka dan tanpa kepastian
Rumah kecil di ujung jalan
Menyapa jiwa lelah dan tak karuan
Kuterduduk di depan jendela kamar
Satu tangan di gelas berisikan wiski
Dapat kudengar suaranya memanggil samar
Jiwa sekarat dengan siksaan macam ini
Kututup kedua mataku
Di bayangan ada dirimu
kuterdiam membisu
Sambil menggenggam tanganku
"Selamat tinggal." katamu
Kumenangis tersedu-sedu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H