Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali yang mengangkat tema "Recover Together, Recover Stronger" baru saja selesai digelar. Pertemuan antar pemimpin dari negara anggota Group of Twenty yang kali ini dilaksanakan di Indonesia menghasilkan beberapa kesepakatan, salah satunya adalah komitmen bersama untuk mengawal perubahan iklim ke arah yang lebih baik.
Dalam pertemuan KTT G20 dihasilkan beberapa keputusan bersama yang dituangkan dalam Bali Leaders Declaration 2022. Terdapat 5 isu utama yang disepakati dalam leaders declaration tersebut, salah satunya adalah anggota G20 menyepakati untuk melakukan akselerasi pencapain Sustainable Development Goals (SGDs), sehingga tercapai kesejahteraan untuk para anggota G20 melalui pembangunan berkelanjutan. SDGs merupakan tujuan pembangunan berkelanjutan secara global yang harus direalisasikan oleh negara-negara anggota PBB sebelum 2030.
Banyak isu penting dibahas secara global dalam pertemuan G20. Salah satunya di sektor energi transisi menyangkut isu perdagangan karbon. Indonesia termasuk yang paling sering menyebarkan isu ini.Â
Apalagi, Indonesia sudah menyiapkan target nol emisi karbon atau net zero emission pada tahun 2060 atau lebih cepat jika mendapat dukungan internasional. Indonesia menaikkan target pengurangan emisi karbon dari sebelumnya 29% menjadi 31,89% dengan usaha sendiri pada tahun 2030 mendatang. Serta sebesar 43,20% dengan dukungan internasional.
Dalam ajang Presidensi G20 2022 ini, Indonesia juga meneguhkan komitmen untuk mengawal pengurangan emisi karbon global. Selama acara puncak KTT G20 di Nusa Dua, Bali pada 15-16 November 2022, seluruh kepala negara dan delegasi yang hadir memakai kendaraan listrik (electric vehicle / EV).Â
Mulai dari kendaraan bus, mobil, dan sepeda motor yang digunakan untuk keperluan KTT, seluruhnya memakai energi listrik. Oleh karena itu, penggunaan mobil listrik selama KTT G20 sekaligus sebagai ajang unjuk diri bahwa negara kita mampu mengembangkan kendaraan listrik.
Dapat pula kita saksikan dalam KTT G20 kali ini Presiden Joko Widodo mengajak para kepala delegasi KTT G20 menanam mangrove (bakau) di Taman Hutan Rakyat (Tahura) Ngurah Rai. Â
Ajakan Presiden menanam bakau ini bisa ditangkap sebagai pesan untuk menegaskan keseriusan Indonesia dalam menangani perubahan iklim. Pesan ini menyiratkan sekaligus ingin menunjukkan bukti kuat komitmen Indonesia dalam kerja bersama untuk menangani perubahan iklim.
Ekosistem mangrove berperan sangat besar dalam pengendalian iklim global, dimana mangrove dapat menyimpan karbon 3-5 kali lebih banyak dibanding hutan tropis dataran rendah.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) per Desember 2021 menunjukkan bahwa luas ekosistem mangrove atau bakau di Indonesia mencapai 3,63 juta hektare (Ha) atau 20,37 persen dari total dunia. Papua menjadi menjadi pulau dengan ekosistem mangrove terluas mencapai 1,63 juta Ha, disusul Sumatera 892,835 Ha, Kalimantan 630.913 Ha.Â
Adapun Bali menjadi pulau dengan ekosistem mangrove terkecil yakni seluas 1.894 Ha. Luasan tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara dengan hutan mangrove terluas di dunia.