kasih, rinduku akhirnya berbaris rapiÂ
dan mau antre setelah ia berisik
di kepalaku yang dihujani mimpi
dan harapan yang rasanya mau luah terus tuahÂ
tapi petuah-petuah bunga wijayakusumaÂ
dan rerimbunan duri mawar telah merawat kendali
berjalan dan berlari sebagaimana mestinya
kendati temu dan pandang ingin terus
kutunaikan, kusegerakan, dan kulepaskan.
kasih, rinduku sekarang bisa mengaji
dan mengkaji tubuhku yang ingin
terus ke kamu, meliputimu.
rindu buru-buru mendekapku, kasih,
sebelum aku dikoyak sepi
oleh candu senyummu
yang terus kunanti.
dibisikkannya padaku, "hapuslah aku
jika tisu-tisu sudah lupa alergi dinginmu.
lepaslah aku jika Tuhanmu jauh
seperti hantu-hantu di kepala
si penakut. empaskan aku jika
rahim ibumu telah surut dari batinmu."
kasih, rinduku sudah kugenggam.
ia tak akan bersemayam di badan
setan jahanam.
Semarang, 03 Agustus 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H