aku sudah tak ingat
ini malam ke berapa
rindu coba kubinasakan
pernah pelan-pelan
kadang secepat kilat
meski tak persis juga
tapi rindu tak mati-mati
ia melebihi kucing bernyawa sembilan
yang mengerang malam-malam
lebih-lebih sewaktu musim kawin
kucing mengerang rayakan cinta
aku mengerang rasakan cinta
menyerang telak dada
menyergap raga
membikin gagap lisan
melesapkan segala gelora
sampai malam menciumi fajar
dua puluh empat jam kemudian
(lagi) dua puluh empat jam kemudian
(dan) dua puluh empat jam kemudian
terus (entah) dua puluh empat jam kemudian
kau sungguh perkasa, sayang
rindu pasti kuat dalam kandungan
cinta
yang diam-diam
menyakitkan
tapi merakitkan senyumku di malam-malam liyan
sejenak
Semarang, 21 September 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H