Mohon tunggu...
Johan Irvani
Johan Irvani Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Menulis adalah jalan hidup saya. Saya akan tetap terus menulis karena saya yakin, sesuatu yang besar sedang menanti saya di sana

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Menuju Istana Presiden 2019, Mereka Berdebat di Jalan

26 November 2018   22:03 Diperbarui: 28 November 2018   16:51 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi blusukan ke pasar

Orang kaya gak boleh datang ke pasar. kalaupun datang, maka diam lebih baik bagimu!

Politik? Hehe. 

Begitulah jawab Galis, teman saya yang kebetulan sudah pernah merasakan gula garam dunia politik.

Nongkrong pagi itu sambil di temani secangkir kopi, Galis bilang bawa kehidupannya akhir-akhir ini sungguh pahit bak  Nescafe Classic tanpa gula

Pagi itu, Galis mengajarkan saya satu hal, bahwa untuk berpolitik adakalanya pelanggaran harus dilakukan

" Lakukan saja pelanggaran, asalkan jangan di ketahui oleh wasit "

Begitulah katanya. 

Tak banyak pembicaraan mengenai tema politik kala itu, bahkan saya belum sempat bertanya, di dunia politik ini, siapa wasitnya? 

Tapi setelah membaca berita yang di terbitkan kompas.com ( Komentar Sandiaga atas pernyataan Jokowi) hari ini . Setidaknya saya mulai menemukan sedikit jawabannya

Adalah Sandiaga Uno, calon wakil presiden nomor urut 2 yang blusukan ke pasar. Menurut Sandiaga Uno, harga akan kebutuhan terbilang mahal

Menanggapi itu, presiden Jokowi yang juga calon presiden nomor urut 1 memberi komentar atas pernyataan Sandiaga Uno.

"Jangan lagi ada yang masuk ke pasar, enggak beli apa-apa, keluar pasar lalu bilang wah harganya mahal- mahal. Orang enggak pernah ke pasar juga, tiba-tiba nongol di pasar, keluar-keluar bilang harga mahal," ujar Jokowi.

"Enggak mungkin orang super kaya, tiba-tiba datang ke pasar, enggak biasalah. Apalagi datang ke pasar, enggak beli apa-apa, tahu-tahu bilang ini mahal, ini mahal," lanjut dia.

Jokowi mengatakan, apabila blusukan ke pasar, ia pasti selalu membeli sesuatu, apa pun itu. 

Tanggapan Sandiaga Uno

Melalui keterangan tertulis, Minggu (25/11/2018). Sandiaga Uno mengatakan bahwa

 "Saya husnudzon saja atas pernyataan Pak Presiden. Mungkin yang dimaksud bukan saya," 

Sandiaga Uno menambahkan

"Tapi, kalau memang ditujukan kepada saya, yang bilang harga-harga di pasar naik dan tidak stabil itu bukan saya, tetapi pedagang dan pembeli sendiri," 

Tapi jika kita menarik garis lurus apa yang di katakan Sandiaga Uno juga bukan asal saja. 

Mengapa?

Ya, seperti yang kita ketahui bahwa Sandiaga Uno juga bukan orang baru dalam hal ini karena sudah tiga tahun menjadi ketua umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI).

( Organisasi itu merupakan mitra pemerintah dalam memantau harga di pasar )
 
Tidak berhenti di situ, Sandiaga juga mengatakan bahwa tujuannya blusukan ke pasar bukan berbelanja melainkan mendengar aspirasi pedagang dan pembeli.

"Kalau belanja ke pasar itu tugas orang rumah saya. Kalau saya belanja di pasar, itu namanya pencitraan," ujar Sandiaga.

Ya begitulah katanya, 'kalau saya belanja di pasar, itu pencitraan namanya'. Kata yang sungguh pedas, bak nasi Padang berkaret 2

Nah, kalau sudah saling sindir begini siapa yang benar dan siapa yang salah? Siapa yang paling pantas menjadi wasitnya?

Jawaban yang paling klasik mungkin hanyalah Tuhan yang paling pantas untuk menilainya!

Ingat, tuhan terlepas dari kesilapan. Setiap pelanggan tetaplah pelanggan dan pelanggaran tersebut akan mendapatkan hukuman

Nah, setelah membaca artikel ini sekarang terjawablah sudah kenapa harga barang naik, dolar naik dan krisis multidimensional lainnya!

Mungkin ada yang melakukan pelanggan, kqlau begitu. Ayo cepat ganti pemain sebelum dapat kartu merah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun