Dee...
Ramadhan sudah menyapu beranda waktu, aku yang terkapar di kamar tidur ber-AC
kudengar sayup puji pujian 'Muhammadku' 'Tuhanku' 'Ramadhan telah tiba'
gema gema suara itu entah kenapa membuatku tak bergeming, lalu selimut kutarik tinggi
menutupi seluruh dari tubuh milik-MU ini.
Aku ingin menangis,
menangis tanpa alasan, sungguh aku hanya ingin menangis.
Barangkali 'rindu' telah memapas habis keinginanku menyambut ramadhan dengan suka cita.
Rindu yang ingin lesat saat hilal telah menampakkan dirinya, lesat ke 'rumah'- Pulang!
Dee....
Aku ingin mengulur ramadhan. Jangan sekarang, aku sedang tak ingin menikmatinya
sebut, sebutlah aku berdosa, jika sekiranya aku hanya bisa menyambut ramadhan dengan keenggenan,
kemalasan, keheningan. Sungguh aku hanya ingin menangis. Relakanlah airmataku.
Ramadhan di hari pertama, aku lalai dua waktu. Aku kehilangan 8 rakaat, tanpa merasa dosa.
Maaf,
Maaf Tuhan,
Maaf Ramadhan,
Aku lalai di hari pertama.
-Kumohon biarkan aku menangis, biarkan airmataku...-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H