Novel ini menceritakan kisah cinta terlarang antara seorang ronggeng yang dianggap sebagai partisipan PKI dan tentara yang seharusnya menumpas anggota dan partisipan PKI.Â
Sudut pandang dalam cerita ini adalah bagaimana sebenarnya warga di desa dukuh paruk yang menjadi anggota partai tersebut tidak mengerti dengan baik apa itu partai PKI dan hanya ikut-ikutan menjadi anggota karena iming-iming yang menarik. Hingga pada akhir cerita, cinta antara tentara dan ronggeng ini tidak bersatu.Â
Saran saya, perspektif dalam cerita ini bisa kita ilhami secara bijak dengan tidak mengambil gambaran dalam cerita secara mentah.
3. Amba karya Laksmi Pamuntjak.Â
Novel yang mengisahkan kisah cinta antara Amba dan Bhisma ini menceritakan bagaimana pada akhirnya cinta mereka tidak bersatu karena suasana politik pada saat itu.
Mengangkat kisah cinta, sebenarnya ia ingin memotret suasana G30S/PKI yang menelan korban jiwa sangat banyak. Perspektif penulis seakan tergambar jelas dari karya yang ia hasilkan.Â
Meskipun awalnya novel ini tayang lebih dulu di luar negeri, kini kita sudah bisa membaca versi Indonesia dari novel ini.
Tulisan ini akan saya tutup dengan puisi Catatan Peking milik simpatisan PKI, Njoto.
Alangkah hebat
di hati alangkah dekat!
kaum tani mengolah besi
kaum buruh di sawah berpeluh
bajak dan baja tukar-bertukar
mahasiswa pada pekerja
kaum pekerja menjadi siswa
berjuta milisia angkut senjata
siapa berani serang Sosialisme? (Njoto, 51)