Kementerian Kebudayaan menjanjikan akan lebih terbuka membantu fasilitasi kegiatan-kegiatan komunitas masyarakat dari berbagai latar belakang kebudayaan di tanah air dengan "dana abadi kebudayaan". Kemenbud juga berharap  bisa melakukan kolaborasi untuk lebih memajukan berbagai budaya lokal yang di Indonesia ini jumlahnya ribuan.
"Kita sangat terbuka untuk bekerja sama, dan kita mempunyai dana abadi  kebudayaan, yang akan kita ubah skemanya untuk lebih inklusif, agar bisa diakses oleh banyak pihak," kata Menteri Kebudayaan Fadli Zon, saat menghadiri salah satu pameran keris terbaik di pendopo dalem Yudonegaran Yogyakarta, bertema "Keris Ageming Satriyo", Jumat (17.01.2025) malam.  Pameran digelar persis pada hari ulang tahun Gusti Yudho ke-67.Â
Dana Abadi Kebudayaan yang dimaksud Fadli Zon adalah dana dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) yang tahun ini khusus dianggarkan untuk memfasilitasi berbagai kegiatan kebudayaan, sebesar Rp 300 milyar pertahun pada 2025.
"Nanti kita akan ubah skemanya, agar lebih terbuka bisa diakses publik untuk berbagai kegiatan kesenian," kata Fadli Zon saat menjawab pertanyaan wartawan di door step interview, di pendopo Yudonegaran Yogya.
'Maksudnya, diumumkan secara terbuka karena ini merupakan dana APBN, terutama pertanggungjawabannya, pengisian-pengisian formulirnya, proposalnya dan semacam itu. Dan juga tujuan kegiatannya, agar transparan, akuntabel dan tepat sasaran,' kata Menbud ini pula.
Tentu saja berbagai kegiatan kesenian yang diajukan masyarakat itu terbuka untuk dinilai oleh kurator, apakah kegiatan ini layak untuk dibantu dan sebagainya. Dengan begitu kegiatan kebudayaan akan semakin semarak di  seluruh Indonesia.
Bentuk kegiatan yang dimaksud di antaranya adalah, Festival-festival, penggerakan di dalam ekosistem kebudayaan, bisa bidang musik, filem termasuk pula kegiatan pamean keris.
"Pokoknya secara keseluruhan ekspresi kebudayaan. Ini bukan bidang yang tertentu saja, dan bukan orang yang itu-itu saja. Kita ingin bisa diakses oleh seluruh komunitas kebudayaan di seluruh Indonesia. Meskipun tentu melalui proses seleksi," kata Fadli Zon.
Pameran Keris Swadaya
Tetapi pameran "Keris Ageming Satriyo" yang dihadiri Menbud Fadli Zon ini bukan merupakan kegiatan yang difasilitasi oleh Dana Abadi Kemenbud. Tetapi pameran yang justru dibiayai oleh sumbangan sponsor para kolektor sendiri.
Sebanyak 99 pusaka yang jarang dipamerkan, seperti pusaka-pusaka pribadi GBPH (Gusti Bendara Pangeran Haryo) Yudhaningrat, adik Sultan Hamengku Buwana X dan tuan rumah pameran, serta adik-adik sultan yang lain seperti GBPH Prabuningrat , menjadi  tontonan bagi masyarakat di Yogyakarta dari 17-19 Januari 2025. Pameran di pendopo ini  juga dimeriahkan dengan bursa keris, yang tidak kurang menarik keris-kerisnya.
"Pusaka-pusaka yang jarang keluar, representasi karya-karya terbaik secara artistik empu-empu di masa lalu, di samping juga sisi isoteri keris-keris yang dipamerkan kali ini," kata Fadli Zon, dalam sambutannya.
Selain banyak dikeluarkan pusaka-pusaka keluarga kerabat kraton Yogyakarta, juga keris-keris dari kolektor-kolektor nasional seperti Irjen Pol (pur) Guntur Setianto Jakarta, Dony Wong Semarang, Abimanyu R Singoradyo Jakarta, Nyoman Yogi Jakarta, Muhammad Rosul Nawawi Jakarta, Kohin Abdul Rohim Jakarta, MM Hidayat Surabaya, Â Sigit Yunarka Solo serta Ustad Salim A Fillah Yogyakarta dan kolektor-kolektor lain. Pameran dikordinasi KRAT Sudarto Yoso Purbonagoro dari Malang.
Banyak di antaranya keris-keris berserasah dan tinatah emas yang langka terlihat di pameran-pameran, selain karena memang kualitas super, juga "keris-keris sinengker" (biasanya tidak dipertunjuk-tunjukkan) milik para bangsawan Yogyakarta tersebut.
"Keris sudah diakui sebagai warisan kebudayaan tak benda dunia, intangible heritage tahun 2005 setelah wayang. Tetapi karena ada perubahan nomenklatur di UNESCO, maka diperbarui sebagai Intangible Cultural Heritage pada 2008. Dan sekarang sudah ada 16 yang diakui sebagai Intangible Cultural Heritage yaitu seperti wayang, keris, batik, angklung, noken, perahu phinisi, tari saman,tari bali, gamelan, pencak silat, dan terakhir ada 2024 Deesember  reog ponorogo, kebaya dan kolintang, " ungkap Fadli Zon dalam sambutannya. Pameran dibuka oleh Paku Alam ke-10 yang mewakili Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X.
"Ke depan, kita juga akan mendaftarkan lagi banyak warisan budaya kita. Jumlah warisan budaya kita sebenarnya sangat banyak, ribuan  bahkan sekarang ini terdapat warisan budaya tak benda yang diakui secara nasional ada 2234 yang antri. Jadi, Indonesia ini suatu negara yang luar biasa banyak memiliki warisan budaya, mega diversity...salah satunya keris." Kata Menbud.
Keris merupakan pusaka identitas budaya berasal dari Jawa, yang menyebar dari Jawa ke Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Lombok bahkan ke negara-negara tetangga kita ke Malaysia, ke Filiipina, Thailand menjadi bagian dari sebuah international cultural heritage.
"Masih banyak, ribuan keris-keris bersejarah kita yang tersimpan di luar negeri. Perlu adanya repatriasi keris-keris bersejarah seperti keris-keris Diponegoro yang belum lama ini dipulangkan, keris milik Teuku Umar, keris pusaka-pusaka kesultanan. Sebagian sudah ada yang kembali, seperti beberapa keris puputan Bali belum lama ini," kata Fadli Zon.
Kini Kemenbud sedang mengidentifikasi keris-keris dari tokoh-tokoh pahlawan yang dirampas oleh pihak kolonial. Termasuk beberapa artefak yang tersimpan di museum, terbanyak di Belanda, ada juga di Jerman ada di Inggris  juga di New York pernah ada sebuah World Exhibition sekitar tahun 1964.
Setelah didata, kalau memang itu termasuk pusaka-pusaka bersejarah milik Indonesia, Fadli Zon berharap, keris-keris atau pusaka-pusaka bersejarah di luar negeri itu diupayakan kembali ke Tanah Air. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H