Kyai Naga Siluman, juga memiliki luk atau lekuk tiga belas. Lambe gajah berbentuk kepala naga, tetapi bukan menggunakan mahkota seperti Kyai Nagasasra. Naga Siluman hanya menggunakan 'topong' tutup kepala yang agak membulat ujungnya. Serasah emas di badan hanya tiga perempat, selanjutnya terputus bagian ekornya menghilang. Perwujudan ekornya tidak ada.
Kyai Naga Kikik, juga memiliki luk tiga belas dengan serasah emas mulai kepala naga yang tidak memakai perhiasan apa-apa, dan mulut naga sedikit runcing serta tidak begitu menganga buka mulutnya.
Kyai Nagawelang juga luk tiga belas, dengan kepala naga yang dihias dengan jamang ringih (hiasan kepala, bukan berupa mahkota atau topong). Penerapan emas sedikit tebal dan penggambaran sisik selang-seling antara emas dan besi (bukan emas). Dan bila diperhatikan, motif badan ularnya seperti ular welang.
Menurut penulis Koesni di bukunya, Pakem Pengetahuan tentang Keris, di masa kerajaan Demak (sebelum Mataram dan sesudah era Majapahit), empu Kyai Supa juga sudah pernah membabar pusaka keris dengan relief naga. Namun namanya Kyai Nagaraja, dan bukan Nagasasra.
Setelah keris-keris yang dibabar Ki Nom di Mataram, maupun Kyai Supa di era Demak ini, bermunculan keris-keris yang dibabar oleh empu-empu lain dengan motif atau model yang sama. Keris-keris di kemudian hari yang model dan motifnya sama dengan yang dibuat Ki Nom atau Ki Warihanom di era Mataram, disebutnya bukan dengan sebutan Kyai Nagasasra, Kyai Naga Siluman, Kyai Naga Kikik dan Kyai Nagawelang lagi. Akan tetapi keris-keris berdapur Nagasasra, dapur Naga Siluman, dapur Naga Kikik, dapur Nagawelang dan tentunya juga seperti model di era Demak... Keris berdapur Nagaraja. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H