Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Diusirnya Ferrari Menjadi Titik Balik Timnas Garuda

22 Desember 2024   07:18 Diperbarui: 22 Desember 2024   11:34 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Angka statistik Indonesia sempat unggul, tetapi gagal mengonversi menjadi gol saat lawan Filipina di Stadion Manahan Solo. (Sumber: Situs AFF 2024)

Unggul statistik di babak pertama dan bahkan sempat mengancam Filipina saat tendangan Marselino Ferdinan ditepis kiper pengganti Quincy Kammerad menyentuh tiang jauh. Namun kartu merah yang diterima pemain belakang Garuda Muhammad Ferrari tak pelak jadi titik balik timnas Indonesia.

Bermain dengan sepuluh pemain dalam dua tiga menit terakhir sebelum turun minum, membuat tim Garuda di Stadion Manahan Solo, Sabtu (21.12.2024) seperti terbang limbung. 

Ferrari sebagai bek tengah yang membentuk trio pertahanan dengan Dony Tri Pamungkas dan playmaker Kadek Arel, tak pelak menjadi awal kekalahan timnas.

Berawal dari sepak pojok yang dilakukan timnas Indonesia di menit 41. Bek tengah andalan Garuda, Muhammad Ferrari bergerak maju ke arah wilayah penalti, dibayangi ketat pemain belakang Filipina Amani Aguinaldo. 

Aguinaldo, yang sedikit lebih tinggi dari Ferrari (Ferrari 1,81 m dan Aguinaldo 1,83 m), ia merangkul dari belakang sampai Ferrari terjongkok. 

Panas dengan perbuatan itu, Ferrari pun melepaskan rangkulan Aguinaldo dengan sikutan berkelit. Terkesan, kena bagian kepala Aguinaldo. Wasit asal Jepang Koji Takasaki langsung melayangkan kartu merah.

Wasit Koji Takasaki sempat terlibat lama berkomunikasi dengan wasit VAR (video assistant referee), ada kalau cuma dua tiga menit untuk melakukan ricek ulang kartu merah yang dilayangkan pada gelandang bertahan Indonesia itu. Dan Takasaki akhirnya tetap dengan keputusannya, mengusirFerrari sejak menit 44 sehingga membuat Indonesia hanya bermain dengan sepuluh pemain di satu menit terakhir sebelum turun minum.

Angka statistik Indonesia sempat unggul, tetapi gagal mengonversi menjadi gol saat lawan Filipina di Stadion Manahan Solo. (Sumber: Situs AFF 2024)
Angka statistik Indonesia sempat unggul, tetapi gagal mengonversi menjadi gol saat lawan Filipina di Stadion Manahan Solo. (Sumber: Situs AFF 2024)
Padahal Indonesia sempat mendominasi dengan penguasaan bola 53 persen kontra 47, dan toh tak berhasil mengonversi serangan-serangan tajamnya menjadi gol sampai turun minum. 

Padahal Filipina sempat tersentak, dengan digantinya kiper andalan mereka, Patrick Deyto yang terpaksa digotong keluar lapangan akibat bentrok keras dengan Rayhan Hanan di menit ke-5.

Menggoyah Formasi

Diusirnya pemain Persija Ferrari ini tentu saja menggoyahkan formasi menyerang 3-5-2 Indonesia yang diterapkan oleh pelatih asal Korea Shin Tae-Yong untuk menghadapi strategi 3-4-3 pelatih Albert Capellas Herms. Indonesia menjadi limbung.

Usai turun minum, pelatih Shin Tae-Yong menarik ke belakang kapten timnas Asnawi Mangkualam untuk mengganti posisi trio dengan Dony Pamungkas serta playmaker Kadek Arel. Dan ditarik mundurnya pemain paling senior timnas kali ini (Asnawi 25 tahun, sedangkan lainnya pemain Indonesia di bawah 22 tahun semuanya), membuat intensitas serangan Indonesia menjadi berkurang tajam.

Dari angka statistik pun terlihat. Indonesia melakukan percobaan serangan 14 kali ke arah gawang Filipina di 45 menit pertama. Namun tak satupun yang berhasil dikonversikan menjadi gol. Termasuk peluang emas Arkhan Fikri di injury time babak pertama (45+3). Selebihnya bola-bola ke gawang diblok kiper pengganti, Quincy Kammerad, termasuk bola Marselino Ferdinan yang nyaris gol, tetapi hanya menyentuh tiang jauh.

Titik kekalahan terjadi saat wasit Jepang, Koji Takasaki menunjuk titik penalti ketika  dalam berbagai tayangan ulang, terlihat bola terkesan menyentuh tangan pemain belakang Indonesia Dony Tri Pamungkas. 

Namun dalam tayangan berulang-ulang pun, tidak terlihat jelas apakah benar bole menyentuh tangan Dony Tri yang mengacung ke atas. Tayangan dari belakang, tak jelas melihat, apakah bola benar-benar kena tangan Dony.

Untuk keputusan ini pun wasit Koji Takasaki juga lama berkomunikasi dengan wasit VAR di luar lapangan. Dan akhirnya tendangan penalti pun dilakukan oleh pemain kelahiran Oslo, Norwegia Bjorn Kristensen di menit 63. 

Kiper Indonesia Cahya Supriyadi salah mengantisipasi, melompat ke kiri untuk bola yang melesat ke kanan oleh pemain naturalisasi Filipina dari Norwegia ini. Kedudukan 1-0 tak berhasil diubah oleh Indonesia, meskipun babak kedua pun ditambah 11 menit injury time.

Hasil 0-1 di Stadion Manahan Solo ini membuat timnas Garuda gagal melaju ke babak semifinal, padahal sebelum turun tanding lawan Filipina posisi sementara Indonesia di urutan kedua di bawah Vietnam. Dengan hasil kemenangan ini, Filipina lah yang lolos ke semifinal dari grup B mendampingi pimpinan klasemen akhir Vietnam.

Maka babak semifinal Piala AFF 2024 kali ini pun akan menghadapkan Singapura vs Vietnam serta Filipina vs Thailand. Singapura berhasil menyisihkan Malaysia untuk lolos ke semifinal, setelah pada pertandingan terakhir bermain imbang 0-0 dengan Singapura.

Sementara Indonesia, justru mengalami dua kali kegagalan saat bermain di kandang Stadion Manahan, dengan masing-masing kalah 0-1 dari Vietnam serta Filipina.

Permainan Indonesia di 45 menit terakhir, secara statistik masih berhasil menguasai bola (ball possession) dengan 53 persen. Namun toh tak berhasil membobol gawang yang ketat dijaga Quincy Kammerad.

Kegagalan Indonesia melaju ke semifinal Piala AFF 2024 ini semakin melangkapi catatan rekor, Indonesia tak pernah juara di Piala AFF. Selama berkiprah di Piala AFF, tim Merah-Putih tercatat enam kali menjadi runner-up, timnas terbanyak yang  finis kedua. Indonesia mencapai final pada edisi 2000, 2002, 2004, 2010, 2016, dan 2020 dan tak juara.

Meski saat ini Indonesia adalah satu-satunya wakil ASEAN di babak ketiga penyisihan Piala Dunia 2026, namun di ASEAN belum pernah menjuarai Piala AFF selain juara SEA Games 2023 itupun setelah percobaan selama 23 tahun.

 Di Piala AFF kali ini pun, Indonesia juga memancing reaksi. Di saat semua timnas ASEAN menampilkan tim yang terkuat, Indonesia malah memilih menurunkan pasukan yang terbanyak diperkuat pemain usia 22 tahun ke bawah, kecuali Asnawi Mangkualam (25). Alasan PSSI adalah, lebih mengedepankan pemain muda untuk SEA Games 2025 Thailand. Sementara timnas senior lebih dikonsentrasikan untuk penyisihan Piala Dunia 2026 Amerika.

Bulan Maret mendatang, Indonesia masih harus berhadapan dengan Australia di kandang lawan, serta Bahrain di Stadion Gelora Bung Karno, untuk menentukan nasibnya di penyisihan Piala Dunia 2026.

Timnas yang diturunkan di penyisihan Piala Dunia 2026 adalah timnas terbaik Indonesia yang pernah ada, dengan mengerahkan tak kurang dari 14 pemain naturalisasi berdarah Indonesia asal Belanda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun