Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Keris Presiden Prabowo di Pameran Museum Gajah

11 Desember 2024   13:04 Diperbarui: 11 Desember 2024   18:35 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu meja di ruang pameran nampak dikerubungi pelajar yang sedang
Salah satu meja di ruang pameran nampak dikerubungi pelajar yang sedang "lomba bikin keris" dari lilin lunak. (Foto Jimmy S Harianto)
Menurut seorang petugas museum, pemandangan penonton pelajar mengerubungi etalase pameran keris ini berlangsung hampir setiap hari. Dan pada akhir pekan, Jumat, Sabtu dan Minggu, kerumunan seperti ini berlangsung sampai malam hari.

"Pameran memang dibuka sampai pukul 20.00 khusus untuk hari Jumat, Sabtu dan Minggu. Tetapi setiap Senin tutup...," kata seorang petugas, tentang pameran keris, yang di antaranya juga memamerkan keris-keris milik Museum Gajah seperti Keris Ki Singa Merjaya (Singo Merjaya) pusaka kerajaan Jambi di Sumatera, maupun keris-keris kuno lainnya.

Namun yang tak kurang menarik, adalah keris-keris milik kolektor dari berbagai daerah, kolektor dari SNKI (Serikat Nasional Perkerisan Indonesia) seperti Rudi Oei, Wizenu Wijaya, dan bahkan juga tak ketinggalan dua keris dari Presiden Prabowo Subianto serta cukup banyak koleksi Menteri Kebudayaan Fadli Zon, yang selama ini menyimpan banyak koleksi kerisnya di Fadli Zon Library di Pejompongan, Jakarta Pusat.

Rudi Oei, adalah seorang pengusaha dari Medan, yang memiliki hobi mengoleksi ratusan keris khusus Sumatera. Demikian juga Wizenu Wijaya yang pejabat sebuah instansi pajak di Jakarta. Wizenu Wijaya secara khusus menyukai keris-keris indah Palembang.

Sementara Fadli Zon, yang asli Minang, tidak hanya mengoleksi keris-keris Sumatera, akan tetapi juga keris-keris Nusantara lainnya seperti keris Bugis, Sulawesi dan juga keris-keris Jawa.

Salah satu Sudut di Pameran yang laris dipakai untuk selfi wefie para pengunjung maupun pelajar yang menonton Pameran Pesona Keris Nusantara di Museum Gajah Jakarta. (Foto Jimmy S Harianto)
Salah satu Sudut di Pameran yang laris dipakai untuk selfi wefie para pengunjung maupun pelajar yang menonton Pameran Pesona Keris Nusantara di Museum Gajah Jakarta. (Foto Jimmy S Harianto)
Beberapa aksi pelajar yang belajar mengenali budaya sendiri di pameran Pesona Keris Nusantara di Museum ini terus akan terlihat sampai akhir pameran di akhir tahun 2024. Pameran tak pernah sepi pengunjung, dan umumnya adalah pengunjung berusia muda, pelajar serta ibu-ibu berbagai kalangan dan umur.

Keris memang salah satu wujud identitas diri bangsa Indonesia, yang banyak disematkan dalam lambang-lambang resmi berbagai kesatuan militer di Indonesia seperti salah satunya kesatuan Diponegoro (Siliwangi memakai lambang kujang, senjata tradisional Sunda), serta berbagai logo kota. Sangat banyak dan beragam, memakai lambang keris di dalamnya.

Meski keris kini sudah tidak dipakai sehari-sehari oleh orang-orang di Jawa seperti tercatat oleh pelaut Portugis Tome Pires di bukunya Suma Oriental (1512-1515), akan tetapi keris masih tetap menjadi salah satu produk budaya yang hidup di tengah masyarakat. Setidaknya untuk benda koleksi, pusaka di keraton-keraton Jawa seperti Cirebon, Surakarta dan Yogyakarta.

Dan yang paling sering terlihat.... menjadi pelengkap busana pengantin, yang mengenakan baju tradisional Jawa. Meskipun dalam tradisi pengantin itu yang dipakai "bukan keris beneran". Tetapi keris-kerisan... *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun