"Pameran memang dibuka sampai pukul 20.00 khusus untuk hari Jumat, Sabtu dan Minggu. Tetapi setiap Senin tutup...," kata seorang petugas, tentang pameran keris, yang di antaranya juga memamerkan keris-keris milik Museum Gajah seperti Keris Ki Singa Merjaya (Singo Merjaya) pusaka kerajaan Jambi di Sumatera, maupun keris-keris kuno lainnya.
Namun yang tak kurang menarik, adalah keris-keris milik kolektor dari berbagai daerah, kolektor dari SNKI (Serikat Nasional Perkerisan Indonesia) seperti Rudi Oei, Wizenu Wijaya, dan bahkan juga tak ketinggalan dua keris dari Presiden Prabowo Subianto serta cukup banyak koleksi Menteri Kebudayaan Fadli Zon, yang selama ini menyimpan banyak koleksi kerisnya di Fadli Zon Library di Pejompongan, Jakarta Pusat.
Rudi Oei, adalah seorang pengusaha dari Medan, yang memiliki hobi mengoleksi ratusan keris khusus Sumatera. Demikian juga Wizenu Wijaya yang pejabat sebuah instansi pajak di Jakarta. Wizenu Wijaya secara khusus menyukai keris-keris indah Palembang.
Sementara Fadli Zon, yang asli Minang, tidak hanya mengoleksi keris-keris Sumatera, akan tetapi juga keris-keris Nusantara lainnya seperti keris Bugis, Sulawesi dan juga keris-keris Jawa.
Keris memang salah satu wujud identitas diri bangsa Indonesia, yang banyak disematkan dalam lambang-lambang resmi berbagai kesatuan militer di Indonesia seperti salah satunya kesatuan Diponegoro (Siliwangi memakai lambang kujang, senjata tradisional Sunda), serta berbagai logo kota. Sangat banyak dan beragam, memakai lambang keris di dalamnya.
Meski keris kini sudah tidak dipakai sehari-sehari oleh orang-orang di Jawa seperti tercatat oleh pelaut Portugis Tome Pires di bukunya Suma Oriental (1512-1515), akan tetapi keris masih tetap menjadi salah satu produk budaya yang hidup di tengah masyarakat. Setidaknya untuk benda koleksi, pusaka di keraton-keraton Jawa seperti Cirebon, Surakarta dan Yogyakarta.
Dan yang paling sering terlihat.... menjadi pelengkap busana pengantin, yang mengenakan baju tradisional Jawa. Meskipun dalam tradisi pengantin itu yang dipakai "bukan keris beneran". Tetapi keris-kerisan... *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H