Sialnya timnas Indonesia yang didominasi dengan pemain-pemain naturalisasi eks Eropa, harus berhadapan dengan contoh terbaik Asia, berupa tim yang sepenuhnya hasil dari pembinaan lokal yang justru mewarnai sepak bola Eropa dengan "semangat Bushido" Jepang.Â
Sebuah semangat seorang Samurai yang dibentuk sejak usia dini dengan disiplin tinggi. Ketika berperang, mereka sudah dibekali dengan berbagai modal keberanian untuk tidak boleh takut mati jika harus menghadapi berbagai tantangan.Â
Termasuk "ancaman" dukungan ribuan penonton pendukung lawan di Gelora Bung Karno, yang bagi sementara kalangan di Asia Tenggara selama ini dipandang sebagai "pemain keduabelas" dari kesebelasan Indonesia.
Memang tidak bisa dibandingkan begitu saja, kenapa timnas Jepang yang kesemuanya adalah "pemain lokal Jepang" tetapi kesemuanya bermain di liga Eropa.Â
Melawan timnas Indonesia yang hanya sebagian kecil saja pemainnya hasil kompetisi lokal, dan justru sebagian besarnya adalah pemain naturalisasi, terdiri dari pemain-pemain berdarah Indonesia yang tinggal dan berkompetisi di klub-klub Eropa.
Perjalanan sejarah dan juga problematik sepak bola dalam negerinya sungguh sangat berbeda. Indonesia memang pernah memenangi pertandingan melawan Jepang 7-0 di ajang Piala Merdeka 1968 di Stadion Perak, Ipoh, Malaysia.Â
Ketika Indonesia berbangga dengan gol-gol yang dicetak Jacob Sihasale dengan dua gol, Sutjipto Suntoro tiga gol, serta masing-masing satu gol dari si striker lincah legendaris Abdul Kadir, dan Surya Lesmana...
Selain Jepang, Indonesia juga berhasil mengalahkan tim-tim negeri tetangga seperti Australia, Taiwan, Singapura, Malaysia dan Korea Selatan!Â
Angka-angka kemenangan pun telak-telak, setelah Jepang 7-0, giliran Singapura 4-0, dan Taiwan 10-1. Indonesia kala itu memang sepenuhnya terdiri dari pemain lokal, hasil binaan lokal, dan bahkan gaya permainan pun "lokal Indonesia".
Sepanjang pertemuan 11 kali dengan Jepang pun, sejak Indonesia kalah-menang lawan Jepang. Setelah di Asian Games 1954 Indonesia menang 5-3, di Kualifikasi Piala Asia 1967 kembali Indonesia mengungguli Jepang 2-1, disusul kemenangan bersejarah 7-0 di Piala Merdeka 1968.
Belajar dari kekalahan itu, Jepang kemudian berhasil menang-kalah lawan Indonesia. Tahun 1970 di Piala Merdeka Jepang membalas dengan kemenangan 4-3 atas Indonesia, lalu Asian Games tahun 1970 itu juga menang 2-1 atas Indonesia. Sempat kalah 0-1 di Uji coba internasional 1972 dengan angka 0-1, di Piala Merdeka 1975 menang 4-1 atas Indonesia, di Piala Merdeka tahun berikutnya 1976 menang lagi 2-1, menang lagi 4-0 di Piala Kirin, seri di Piala Merdeka 1979 0-0, kalah di Uji coba Internasional 0-2 tahun 1981, setelah itu lebih banyak menang. Di Piala Merdeka 1981 menang 2-0, imbang 0-0 di Kualifikasi Piala Dunia 1990. Selebihnya menang Jepang 5-0 di Kualifikasi Piala Dunia 1990 dan di Piala Asia 2023 menang lagi 2-1.