Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Keris dan Tombak Cirebon Era Sultan Matangaji

18 Mei 2024   12:51 Diperbarui: 19 Mei 2024   13:32 1270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tombak-tombak Dwisula Cirebon di Museum Keraton Kasepuhan Cirebon. (Foto Tira Hadiatmojo)

Karena Sidawangi waktu itu dirasa kurang aman, maka Sultan Matangaji menuju pedalaman Cirebon yang sekarang ini disebut sebagai Desa Matangaji. Tempat peristirahatan Sultan Matangaji di desa ini kemudian disebut sebagai Blok Pedaleman, atau dusun Pedaleman tempat para pembesar keraton dulu tinggal di pengungsian semasa Perang Kedongdong.

Nama Matangaji pun tidak lepas dari asal-usul kegiatan di desa pengungsian Sultan Sepuh V tersebut. Orang datang dan pergi untuk belajar mengaji pada Sultan sampai matang, menyebabkan nama Sultan itu pun disebut sebagai Matangaji.

Kerajaan Pesisir Cirebon

Sejarah Cirebon sebagai sebuah kerajaan pesisiran, sebenarnya tak lepas dari ekstensi (perluasan) kekuasaan kerajaan pesisir Demak, sebagai penerus kerajaan (kemaharajaan) Majapahit yang sempat menguasai Arcipelago Nusantara di abad 13-16.

Dari bentuk bangunan keraton pun, terutama di bagian tertua dari Kraton Cirebon yakni Istana Pakungwati serta arsitektur tembok-tembok yang mengelilingi Keraton Cirebon, terbuat dari bata merah. Mirip arsitektur Majapahit. Bahkan sebagian ahli sejarah mengatakan, "sisa-sisa wajah Majapahit masih terlihat di keraton Cirebon". Terutama Istana tertua, Pakungwati di sisi depan samping keraton Kasepuhan kini.

Cirebon, disebut-sebut sebagai aliansi kerajaan Majapahit di pesisir. Dan bersama dengan pasukan dari kesultanan Banten di ujung barat Jawa, mereka pun menghancurkan pertahanan terakhir kerajaan Hindhu Pajajaran di Pasundan pedalaman. Pajajaran hancur luluh pada (1579), diserbu gabungan pasukan kerajaan pesisir Banten dan Cirebon. Kesultanan Banten, dipimpin oleh cucu-cucu keturunan Sunan Gunung Jati (1482-1568), penguasa pertama Kesultanan Cirebon paling terkenal.

Tiga wedung (atas) dari Dipati Unus ketika menikah dengan Putri Cirebon Wulung ayu masih tersimpan di Kraton Cirebon.
Tiga wedung (atas) dari Dipati Unus ketika menikah dengan Putri Cirebon Wulung ayu masih tersimpan di Kraton Cirebon.

Sisa-sisa peninggalan pertalian kekuasaan Cirebon dan Demak, terlihat dari peninggalan bersejarah "Wedung Dipati Unus" yang masih tersimpan di etalase Museum Kasepuhan Cirebon. Khususnya di Gedong Jinem, bagian dari museum yang hanya dibuka satu hari dalam seminggu, pada hari Minggu.

Tiga dari empat wedung pemberian penguasa Demak, Dipati Unus masih tersimpan di Gedong Jinem, sampai kini. Wedung-wedung itu diberikan oleh Sultan Demak, Dipati Unus (1488-1521) ketika mempersunting puteri Cirebon Ratu Wulung Ayu.

Tiga dari empat wedung Dipati Unus di Museum Kasepuhan Cirebon itu, diyakini berasal dari abad ke-16. Lantaran, Dipati Unus yang juga menantu penguasa Cirebon Sunan Gunung Jati ini hanya berkuasa di Demak selama tiga tahun pada (1518-1521).

Bentuk Wedung Demak -- yang baru pertama kali ditampilkan pada publik oleh Sultan Kasepuhan (alm) Pangeran Raja Adipati Natadiningrat, Sultan Kasepuhan ke-14, pada bulan Agustus 2017 ketika Museum Kasepuhan yang baru, diresmikan oleh Sultan Arief.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun