Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Alwi Farhan dan Jejak Juara Dunia Ardy Wiranata

9 Oktober 2023   20:52 Diperbarui: 10 Oktober 2023   07:37 1262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alwi Farhan Juara Dunia Yunior 2023 (Foto BWF Media)

Prestasi gemilang Alwi Farhan (18) yang meraih gelar juara di Kejuaraan Dunia Yunior Bulu Tangkis di Spokane, Washington, Minggu (8/10/2023) mengingatkan kita pada juara dunia yunior Ardy B Wiranata, ketika kejuaraan BWF ini masih bertajuk Bimantara World Badminton Junior Invitation Championships.

BWF World Junior Championships yang kali ini digelar di Washington, dulunya memang berawal dari Kejuaraan Dunia Yunior Bimantara yang diinisiasi oleh Yustian Suhandinata pada (1987). Setelah penyelenggaraan yang kelima, kejuaraan dunia yunior ini diambil alih oleh Federasi Bulu Tangkis Internasional (IBF) yang saat ini sudah berganti menjadi Badminton World Federation (BWF).

Lima kali gelaran Kejuaraan Dunia Yunior yang disponsori perusahaan Bimantara ini berlangsung meriah, diikuti pemain-pemain dunia di bawah usia 19 tahun. Dan dalam lima kali gelaran, boleh dikata setiap kali melahirkan juara dunia yunior yang baru.

Kejuaraan Dunia Yunior Bimantara yang pertama, 1987, dijuarai oleh Ardy B Wiranata di tunggal putra, Susi Susanti di tunggal putri. Ganda putra dijuarai pasangan China Wu Wenkai/Jinfeng. Susi Susanti bahkan tampil sebagai triple medalist, juara di Ganda Putri bersama Lilik Sudarwati, dan juara Ganda Campuran bersama Ardy B Wiranata.

Tahun 1988, Kejuaraan Dunia Yunior Bimantara Tunggal putranya dijuarai pebulu tangkis Denmark Thomas Stuer-Lauridsen. Tetapi empat gelar lainnya diborong pemain-pemain Indonesia: Susi Susanti (tunggal putri), Aras Razak/Ricky Subagja (ganda putra), Susi Susanti/Lilik Sudarwati (ganda putri) dan Ricky Subagja/Lilik Sudarwati (ganda campuran).

Tahun 1989, Indonesia hanya kebagian dua gelar juara di Kejuaraan Dunia Yunior Bimantara melalui Haryanto Arbi serta Eliza/Finarsih (ganda putri). Selebihnya peserta luar negeri, Kim Ji-hyun (tunggal putri), Choi Ji-tae/Lee Heung-soon dari Korea (ganda putra), John Quinn/Joanne Wright dari Inggris (ganda campuran).

Tahun 1990, Indonesia dapat tiga gelar. Henry G Wiyadi (tunggal putra), Yuni Kartika (tunggal putri), Seng Kok Kiong/Hadi Sugianto (ganda putra). Sedangkan dua lainnya, Ye Zhaoying/Liu Hong (ganda putri) dari China, serta Hu Zhilang/Peng Xingyong (ganda campuran).

Tahun 1991, yang terakhir bertajuk Bimantara World Junior Championships, dijuarai Indra Wijaya (Indonesia), Yao Yan dari China (tunggal putri), Dadan Hidayat/Kurnia dari Indonesia (ganda putra), Gu Jun/Han Jingna dari China (ganda putri) dan Thomas Damgaard/Rikke Olssen dari Denmark (ganda campuran).

Baru Kali ini Tunggal Putra

Setelah tahun 1991 sampai saat ini, kejuaraan bergengsi bagi pebulu tangkis dunia di bawah usia 19 tahun ini dialih-kelola Federasi Bulu Tangkis Internasional (IBF) yang kemudian berganti nama Badminton World Federation (BWF).

Nah, sejak 1992 sampai 2022, Indonesia tak pernah berhasil menjuarai tunggal putra di ajang IBF World Junior Championships, dan juga setelah berubah jadi BWF World Junior Championships. Baru di tahun 2023, hampir saja Indonesia meraih dua gelar. Sayang, Chiara Marvella Handoyo dihadang pemain Thailand, Pitchamon Opatniputh di final.

Di final hari Minggu (8/10/2023) pemain asal klub PB Exist Solo Alwi Farhan ini berhasil tampil sebagai juara dunia yunior tunggal putra, di era terbuka setelah menjadi ajang kejuaraan resmi kejuaraan dunia yunior BWF, Alwi Farhan menang atas pemain China Hu Zhean, 21-19, 19-21, 21-14.

Alwi Farhan belum genap tiga tahun masuk Pelatnas Cipayung, sejak 2021. Alwi digodok di pelatnas Pratama tunggal putra bersama Syabda Perkasa Belawa (almarhum) dan Bobby Setiabudi, Tegas Sulistio, Alvi Wijaya dan Yohanes Saut.

Gelar juara dunia yunior ini tentunya akan semakin memacu prestasi Alwi Farhan, seperti juga dulu Ardy B Wiranata dan Susi Susanti, serta juga di era terbuka, ketika Gregoria Mariska Tunjung juara di tunggal putri BWF World Junior Championships tahun 2017 di Yogyakarta.

Setelah gelar juara Yogyakarta 2017 itu, Gregoria Mariska semakin terpacu untuk menang. Ia kemudian ditangani pelatih yang lama menetap di Singapura, Indra Widjaja dan menunjukkan kemajuan berarti di tahun 2023. Lolos ke perempat final All England bulan Maret sebelum dihentikan Chen Yufei, dan meraih gelar pertamanya di Spain Masters menundukkan PV Sindhu di final.

Ardy dan Susi Susanti

Prestasi Ardy B Wiranata dan Susi Susanti, melonjak setelah meraih gelar juara dunia yunior Bimantara 1987. Meskipun masih kejuaraan invitasi, namun kejuaraan dunia yunior yang dirintis Bimantara ini menjadi rintisan kejuaraan dunia yunior resmi IBF dan kemudian BWF.

Ardy tak diragukan lagi, berebut medali emas Olimpiade sebelum akhirnya mengakui keunggulan Alan Budikusuma di Olimpiade 1992 Barcelona. Sebelumnya, Ardy Juara All England 1991, kemudian juara Piala Dunia 1991, juara Final Grand Prix 1994, Juara Indonesia Terbuka 6 kali (1990, 1991, 1992, 1994, 1995 dan 1997) dan juara Jepang Terbuka tiga kali (1991, 1992, 1994).

Susi Susanti? Wah, setelah juara yunior dunia (1987, 1988) ia meraih berbagai prestasi emas. Puncaknya adalah juara tunggal putri Olimpiade 1992 Barcelona. Dan juga berbagai gelar juara.

Susi prestasinya dahsyat. Ia juara dunia di Birmingham (1993), lima kali juara Piala Dunia (1989, 1993, 1994, 1996, 1997). Membawa Indonesia juara Piala Sudirman (1989), memboyong Piala Uber lambang supremasi beregu putri dunia (1994, 1996). Empat kali pula juara All England semasa masih di Wembley (1990, 1991, 1993) dan di Birmingham (1994). Dan banyak gelar juara lain.

Indonesia juga boleh berharap, pada para jagoan yunior yang muncul di tahun 2023, juara dunia yunior Alwi Farhan serta finalis kejuaraan dunia yunior di tunggal putri, Chiara Marvella Handoyo (18). Keduanya yang memiliki prospek cerah untuk mengikuti jejak emas Ardy B Wiranata dan Susi Susanti.

Semoga kemunculan mereka  tidak lagi membuat Indonesia di ambang senjakala prestasi dunia... *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun