Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Bulu Tangkis Indonesia di Ambang Senja Kala

7 Oktober 2023   11:05 Diperbarui: 7 Oktober 2023   17:10 1783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meski Permainannya Kini membaik, Gregoria Mariska Tunjung tak Membawa Medali. (Antara/Indriyanto Eko Suwarso/vt)

Pertama kalinya dalam sejarah Asian Games, bulu tangkis Indonesia pulang ke Tanah Air tanpa membawa secuil medali pun. Bahkan medali perunggu pun tidak. Ini pertanda apa?

Pekan pertama bulan Oktober 2023 "tradisi emas bulu tangkis" Indonesia dipastikan gagal total di Asian Games 2022, ketika tiga wakil tersisa di nomor perseorangan kandas di perempat final. Mereka adalah ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, tunggal putra Anthony Sinisuka Ginting, dan tunggal putri Gregoria Mariska Tunjung.

"Saya sakit mendengarnya. Dan ini tidak main-main...," kata Tan Joe Hok, orang Indonesia pertama yang mencatat prestasi bersejarah, tampil sebagai juara bulu tangkis bergengsi di dunia waktu itu, All England 1958. 

Tan Joe Hok jugalah orang Indonesia pertama yang menjuarai tunggal putra Asian Games 1962 di Jakarta bersama Minarni di tunggal putrinya. Minarni bahkan juara juga di ganda putri bersama Retno Kustiyah.

Tan Joe Hok kini 86 tahun. Tetapi masih cukup bugar untuk manusia seusianya, dan selalu mengikuti dari kejauhan sepak terjang pebulu tangkis Indonesia, dari turnamen ke turnamen. 

Dia adalah salah satu contoh pebulu tangkis yang tidak hanya memiliki segudang gelar juara di awal keemasan bulu tangkis Indonesia. Akan tetapi juga memiliki disiplin diri, yang kini sudah jadi barang langka di kalangan atlet Indonesia.

Apakah kegagalan di Hangzhou China ini pertanda senja kalanya bulu tangkis Indonesia yang sejak 1960-an dikenal selalu merajai dunia sampai menjelang tahun 2000? Dan pudar, surut, suram, temaram sesudah itu?

Semoga tidak demikian. Pengurus Besar Bulu Tangkis Indonesia kudu bebenah diri. Tentu ada sesuatu yang salah dalam kebijakan, yang membuat bulu tangkis Indonesia makin surut...

Ditinggalkan Para Pelatih

Fenomena pudarnya pamor bulu tangkis Indonesia ini sebenarnya sudah mulai dirasakan setelah sukses Indonesia meraih medali emas pertama di arena Olimpiade, dua sekaligus, melalui Susi Susanti dan Alan Budikusuma di Olimpiade 1992 Barcelona.

Indonesia masih berjaya sejenak di Olimpiade-olimpiade dengan hampir selalu meraih sekurangnya satu emas sampai Olimpiade 2022 Tokyo tahun lalu. Tetapi di berbagai turnamen dunia, betapa sulit lagi Indonesia meraih gelar juara.

Fenomena surutnya prestasi bulu tangkis itu ternyata dibarengi juga dengan berduyun-duyun hijrahnya pemain dan pelatih bulu tangkis Indonesia ke luar negeri. 

Dalam sebuah wawancara khusus saya dengan juara All England (1993, 1994) Hariyanto Arbi mengatakan, tidak kurang dari 25 pelatih Indonesia pernah melatih atau masih melatih di luar negeri.

Fung Permadi (55) misalnya. Ia memang tidak seberapa hebat dibandingkan dengan rekan-rekan sepelatnasnya, yang pernah juara All England seperti Ardy B Wiranata. Apalagi dengan peraih emas Olimpiade Alan Budikusuma, dan peraih perunggu Olimpiade 1982 Hermawan Susanto. Tetapi ia setidaknya andil kehebatan di bulu tangkis China Taipei.

Fung hijrah ke China Taipei dan bahkan menjadi warga negara Taipei 1995-2000. Dan kemudian tampil sebagai finalis kejuaraan dunia di Kopenhagen 1999, setelah sebelumnya juga juara Hong Kong Terbuka 1996, juara China Terbuka 1996 sebagai pemain Taipei.

Tahun 1999 itu, selain finalis kejuaraan dunia di Kopenhagen sebagai pemain Taipei, Fung juga juara di Taipei Terbuka dan Swiss Terbuka. Lebih dari itu, Fung adalah pelatih di Taipei sebelum kini kembali ke Indonesia sebagai Manajer Tim di PB Djarum.

Indra Wijaya (49) juga salah satu di antara pelatih bulu tangkis Indonesia yang pernah meninggalkan Indonesia untuk melatih di luar negeri. Indra adalah pemain era 1995-2000-an seangkatan dengan Ardy B Wiranata (juara All England 1991, 1994) yang kini warga Kanada, serta juga Hariyanto Arbi (juara All England 1993, 1994 dan juara dunia 1995).

Indra Wijaya (49) berasal dari keluarga bulu tangkis. Ayah Indra, Hendra Wijaya adalah mantan pemain bulu tangkis sekaligus pemilik klub Rajawali Cirebon. Adik-adik Indra Wijaya, yakni Candra Wijaya, Rendra Wijaya dan Sandrawati Wijaya juga pemain bulu tangkis Indonesia.

Indra pernah dua kali memperkuat tim Piala Thomas Indonesia sebelum memutuskan berhenti dari pelatnas dan menjadi warga Singapura, serta memperkuat negeri Singa tersebut di berbagai kejuaraan internasional.

Nah, Indra Wijaya ini belum lama ini dikontrak Federasi Bulu Tangkis Indonesia PBSI sebagai pelatih kepala sektor tunggal putri, mulai Maret 2023. Terlepas dari kegagalan bulu tangkis Indonesia di Asian Games kali ini, Indra Wijaya andil dalam kemajuan performa andalan tunggal putri Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung (Jorji) yang akhir-akhir ini mulai meningkat. Juga, tampilnya Putri Kusuma Wardani.

Lebih dari 25 Pelatih

Indonesia tidak ragu lagi, sebenarnya kini adalah gudang pelatih bulu tangkis dunia. Hanya sayangnya, mereka umumnya kini memajukan bulu tangkis di luar Indonesia.

Dalam sebuah wawancara saya dengan mantan juara All England, Hariyanto Arbi beberapa waktu silam, menurutnya kini tidak kurang 25 pelatih asal Indonesia yang melatih atau pernah melatih di luar negeri.

Dari ke-25 nama pelatih dalam catatan Hariyanto Arbi ini salah satu di antaranya adalah Flandy Limpele, mantan pemain ganda Indonesia yang pernah memajukan pemain ganda Malaysia sampai meraih perunggu Olimpiade. Flandy sempat balik ke Jakarta, tetapi ia kini melatih di Hong Kong.

Pelatih lain asal Indonesia yang berhasil memajukan bulu tangkis di luar negeri adalah Moammar Qadafi. Tidak terlalu hebat sebagai pemain di PB Djarum, Qadafi ternyata mampu membuat kejutan ketika berhasil membawa pemain asuhannya di Guatemala, Kevin Cordon hingga semifinal tunggal putra Olimpiade 2022 Tokyo. Padahal, Guatemala tidak pernah ditemui di peta perbulutangkisan dunia...

Pelatih-pelatih lainnya yang masuk dalam catatan Hariyanto Arbi adalah, Hargiono (Luxembourg), Wisnu Haryo Saputra (Italia), Teguh Santoso (Finlandia), Indra Bagus (Belgia), Vidre Wibowo dan Agus Miming (Prancis), Teddy Setiadi, Ronni Rontolalu dan Sandiarto (Kanada), Tinton Gustaman (Swiss), Harmono Yuwono (Jepang), Victor Wibowo (Taipei), Mulyo Handoyo (Singapura), Edwin Iriawan, Dwi Setiawan, Agus Dwi Santoso (India), dan Trikusuma Wardhana (Cina).

Agus Dwi Santoso yang disebut Hariyanto Arbi itu kini sudah menjadi pelatih kepala di Badminton of Thailand (BAT) untuk mempersiapkan pemain-pemain Thailand meraih medali di Olimpiade 2024 Paris mendatang. Salah satu favorit yang berpeluang juara Olimpiade mereka adalah Kunlavut Vitidsarn.

Dan beberapa lainnya melatih di Malaysia seperti Hendrawan, Paulus Firman. Sedangkan di Thailand, ada Rexy Mainaky dan Nunung Subandoro, menurut Hariyanto Arbi.

Flandy Limpele

Hengkangnya pelatih-pelatih Indonesia ke luar negeri ini juga membuat percaturan bulu tangkis semakin ketat di kawasan Asia Tenggara, dan Asia. Karena, selain berkiprah melatih di negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand, para pelatih Indonesia ini juga ada yang pernah melatih di Korea Selatan serta Jepang.

Salah satu yang terhangat adalah Flandy Limpele. Belum genap satu tahun sejak diangkat menjadi pelatih Ganda Campuran Indonesia pada April 2022, Flandy pun memutuskan untuk berhenti dari Pelatnas Cipayung dan bergabung dengan Asosiasi Bulu Tangkis Hong Kong. Di sana ia juga diberi jabatan sebagai Pelatih Kepala di sektor Ganda Campuran.

Kepergian Flandy dari Cipayung diduga akibat ia tak mendapat kesempatan untuk menduduki posisi Pelatih Kepala di Ganda Campuran utama yang kosong sejak ditinggalkan Nova Widianto. Nova adalah juara dunia di nomor Ganda Campuran 2005, 2007, medali perak Olimpiade Beijing 2008 bersama Lilyana Natsir.

Sebelum bergabung dengan pelatnas Cipayung, Flandy Limpele termasuk salah satu pelatih bulu tangkis Indonesia di luar negeri yang sukses. Lewat tangan dinginnya, ia berhasil menjadikan ganda putra India, Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty menjadi pasangan yang disegani dunia. 

Beberapa pasangan ganda andalan Indonesia pernah takluk di tangan Rankireddy dan Chirag ini. Flandy menjadi pelatih timnas India pada Maret 2019.

Setelah melatih India, Flandy lantas hijrah ke Malaysia. Di negeri jiran ini, Flandy mampu memoles prestasi ganda putra negeri tetangga ini. Puncaknya saat ganda putra Malaysia Aaron Chia/Soh Wooi Yik mampu menyingkirkan Kevin/Marcus di babak perempat final Olimpiade Tokyo 2020.

Rexy Mainaky

Salah satu pemain ganda yang "legend" di bulu tangkis Indonesia, Rexy Mainaky juga dikenal malang melintang di kepelatihan bulu tangkis negeri-negeri tetangga dan bahkan Eropa. Sebelum dipercaya menangani timnas bulu tangkis Malaysia, Rexy pernah bergabung dengan asosiasi bulu tangkis Thailand (BAT).

Rexy dikontrak oleh BAT sebagai pelatih kepala pada 5 Januari 2017 untuk menandatangani kontrak setahun dengan BAT. Oleh Presiden BAT saat itu, Patama Leeswadtrakul Rexy dipercaya membantu Thailand untuk meraih medali Olimpiade.

Sejak bulu tangkis dipertandingkan di Olimpiade 1992, Thailand belum pernah meraih sekeping medali pun. Saat menjadi pelatih kepala, Rexy membawa tim putri Thailand menjadi runner-up Piala Uber 2018 saat digelar di Bangkok. Selain Thailand dan Malaysia, Rexy tercatat pernah menjadi pelatih untuk timnas bulu tangkis Inggris.

Dari tangan dingin Rexy, pasangan Inggris Nathan Robertson/Gail Emms berhasil didorong untuk meraih medali perak ganda campuan Olimpiade Athena 2004. Nathan Robertson/Gail Emms juga menjuarai All England 2005. Ini merupakan prestasi tangan dingin Rexy menangani beberapa pemain ganda dunia.

Rexy juga berhasil memoles ganda Thailand, Koo Kien Keat/Tan Boong Heong meraih medali emas Asian Games Doha 2006. Sedangkan Nathan Robertson/Gail Emms dari Inggris merebut gelar di Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2006. 

Di Thailand, Koo Kien Keat/Tan Boong Heong menjuarai All England 2007. Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai pernah menduduki peringkat 1 BWF di sektor ganda campuran.

Mulyo Handoyo

Pelatih lain yang berhasil meningkatkan prestasi pemain-pemain bulu tangkis negeri tetangga, adalah Mulyo Handoyo. Ia dulu dikenal sebagai pelatih yang berhasil mendampingi pemain berbakat super, Taufik Hidayat.

Di bawah tangan dingin Mulyo Handoyo, Taufik Hidayat pernah diorbitkan menduduki peringkat 1 BWF di sektor tunggal putra. Taufik juga berhasil meraih medali emas tunggal putra Olimpiade Athena 2004. Taufik Hidayat juga tampil sebagai juara di Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2005.

Mulyo Handoyo yang hijrah ke Singapura sejak 2018, pernah membawa Loh Kean Yew menjadi juara dunia 2021. Juga dipolesnya, pemain tunggal putri Singapura, Jeo Jia Min. Setelah keberhasilan memoles Loh Kean Yew, Mulyo mundur dari melatih Pelatnas Singapura.

Selain Taufik Hidayat dan Loh Kean Yew, Mulyo Handoyo juga pernah memoles pemain tunggal putra India, Kidambi Srikanth dan Sai Praneeth. Kedua tunggal putra India tersebut sempat berada di papan atas peringkat dunia.

Hendrawan

Hendrawan juga merupakan pelatih bulu tangkis asal Indonesia yang berkarier di Malaysia. Ia sudah bergabung dengan Association Malaysia (BAM) sejak 2009. 

Hendrawan dikontrak BAM setelah menjadi pelatih Pelatnas PBSI selama 5 tahun. Kepergiannya saat itu menjadi pukulan telak bagi Indonesia. Apalagi, dirinya pergi usai menemani tim Merah Putih di Piala Sudirman. Kala itu, Indonesia dibungkam Korea Selatan di babak semifinal.

Selama menjadi pelatih tunggal putra timnas bulu tangkis Malaysia, Hendrawan pernah memoles Lee Chong Wei meraih medali emas tunggal putra SEA Games Manila 2005. Lebih dari itu, Lee Chong Wei meraih medali perak tunggal putra Olimpiade Beijing 2008, London 2012, dan Rio 2016

Lee Chong Wei menjadi salah satu pemain yang banyak menghambat pemain-pemain Indonesia untuk menjuarai turnamen-turnamen elit dunia di era tahun 2010-an. Lee Chong Wei di bawah Hendrawan, ia menjuarai All England 2010, 2011, 2014, 2017. Selain Lee Chong Wei, pemain lainnya yang diasuh oleh Hendrawan adalah Lee Zii Jia. Sosok Lee Zii Jia sendiri digadang-gadang oleh Malaysia menjadi penerus dari Lee Chong Wei.

Pelatih Hendrawan dulu ketika menjadi pemain Indonesia, pernah juara dunia 2001 dan medali perak Olimpiade 2000 Sydney. Hendrawan pernah membawa Indonesia menjuarai Thomas Cup di 1998, 2000 dan 2002. Kemudian menjuarai Russia Open 1995, Thailand Open 1997 dan Singapore Open 1998. 

Pada 2003 Hendrawan memutuskan pensiun sebagai pemain dan beralih menjadi pelatih. Tahun 2008, Hendrawan mampu mengantarkan Maria Kristin Yulianti meraih perunggu Olimpiade Beijing. Tetapi dia kemudian memutuskan untuk hijrah ke Malaysia.

Agus Dwi Santoso

Nama Agus Dwi Santoso mulai dikenal ketika menangani pemain Thailand Kunlavut Vitidsarn menjuarai German Open 2022. Bahkan tahun ini, Agus Dwi Santoso dipercaya oleh Asosiasi Bulu Tangkis Thailand (BAT) untuk mempersiapkan pemain-pemain Thailand, terutama Kunlavut Vitidsarn, untuk menjuarai Olimpiade 2024 Paris.

Agus Dwi Santoso juga pernah melatih tunggal putra Korea Selatan, Son Wan-ho. Son Wan-ho berhasil dibawanya menjadi tunggal putra ranking 1 dunia. Pada tahun 2019 Agus Dwi Santoso juga ia sempat melatih tunggal putra Thailand, Kantaphon Wangcharon. Tunggal putra Thailand itu sukses meraih medali perunggu di Kejuaraan Dunia 2019.

Agus Dwi Santoso dikontrak Thailand sejak 2022 untuk tak hanya menangani Kunlavut Vitidsaran saja, akan tetapi juga sebagai pelatih yang mempersiapkan pemain-pemain Thailand untuk event Asian Games 2022 Hangzhou, Piala Thomas dan Piala Uber 2022, serta Olimpiade 2024 Paris.

Bersama pelatih senior Herry IP dan Mulyo Handoyo, Agus Dwi Santoso juga pernah menangani pelatnas Cipayung di Indonesia.

Jepang Juga Bisa Hebat

Indonesia juga berada di balik kesuksesan pemain-pemain negeri Sakura, Jepang, di percaturan bulu tangkis dunia. Salah satu pelatih hebat mereka adalah Riony Mainaky, adik Rexy Mainaky serta adik Richard Mainaky pelatih pelatnas Indonesia.

Riony Mainaky pernah melatih timnas bulu tangkis Jepang. Tidak heran jika di berbagai event, termasuk di Asian Games 2022 Hangzhou kali ini, Jepang sempat memunculkan pemain-pemain hebat di sektor ganda putri timnas Jepang. Riony juga berperan mengantarkan Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi, meraih medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016.

Tak hanya itu, Riony Mainaky juga sempat memoles pemain kidal Jepang hebat yang selama ini kita kenal menjadi pemain yang menghambat pemain-pemain Indonesia seperti Jonatan Christie dan juga Anthony Sinisuka Ginting. Salah satu di antaranya Kento Momota, serta pemain berusia 22 tahun Kodai Naraoka -- yang juga berpeluang menyulitkan para peraih medali di Olimpiade 2024 Paris.

Pendek kata, pelatih-pelatih yang meninggalkan Indonesia dan kemudian melatih di berbagai negeri tetangga kita, ikut bertanggung-jawab menyuburkan prestasi-prestasi hebat di negara lain. 

Jangan heran, kalau Indonesia sendiri -- sebagai salah satu gudangnya pelatih bulu tangkis kelas dunia -- malah kesepian prestasi karena ditinggalkan pelatih-pelatih hebatnya.

Prestasi buruk yang dicapai pemain-pemain bulu tangkis Indonesia, sehingga pulang ke Tanah Air tanpa secuil medali pun di Asian Games 2022 Hangzhou, setidaknya menjadi cambuk agar di Olimpiade 2024 Paris, janganlah Indonesia sejeblok itu. Jangan karena sudah kehabisan pelatih, pemain-pemain Indonesia tidak terpacu untuk meraih prestasi tertinggi.

Olimpiade 2024 Paris tinggal sembilan bulan lagi. Bulan Juli, digelar, dan kita kini minim prestasi. Tetapi bukan tanpa harapan. Siapa tahu, di antara Gregoria Mariska Tunjung, Jonatan Christie, Anthony Ginting, ada yang bisa membawa pulang medali Olimpiade... *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun