Lolos dari penyisihan Grup F Sepak Bola Asian Games, tim Garuda Muda langsung dihadapkan pada tim favorit juara Asian Games, Uzbekistan. Meski demikian kubu pelatih Indra Sjafri tancap gas hadapi tim asuhan Timur Kapadze di 16 besar.
Majalnya barisan penyerang Garuda Muda di penyisihan grup, memaksa Indonesia meminta penyerang Persis Solo Ramadhan Sananta yang semula dilarang timnya, untuk diterbangkan hari Senin (25/9) ke Hangzhou bergabung dengan Rizky Ridho dan kawan-kawan.
Tentu saja itu untuk laga perdelapan final Asian Games, di Shangcheng Sports Centre Stadium, Hangzhou, China Kamis (28/9/2023) ini. Babak 16 Besar digelar 27-28 September ini.
Menurut situs web PSSI, Ramadhan Sananta sudah tiba di Tiongkok dan bergabung dengan tim Indra Sjafri di Hangzhou, Selasa (26/09/2023). Sananta tiba dengan Ketua Komite Adhoc Badan Tim Nasional (BTN) Sumardji, dan dijemput sejumlah ofisial. Sananta menyatakan siap bermain.
“Saya harus siap 100 persen, karena kalau kita dipanggil, harus siap berikan segalanya," kata Sananta, seperti dikutip di situs web PSSI, "Senang juga bisa bergabung dengan teman-teman yang lain," ungkap striker andalan Persis Solo, yang semula tak diizinkan bergabung dengan tim Garuda Muda asuhan Indra Sjafri di Hangzhou.
Dengan hadirnya penyerang produktif Ramadhan Sananta ini, permainan Indonesia U-24 diharapkan akan lebih tajam ketimbang ketika lawan Kirgistan, China Taipei dan Korea Utara di penyisihan grup. Meski menang lawan Kirgistan, Indonesia kalah dua kali lawan China Taipei dan Korea Utara.
Indonesia muda lolos ke deretan 16 besar Asian Games dari jalur urutan ke-3 terbaik seperti juga Qatar, Thailand dan Myanmar. Indonesia juga diselamatkan pertandingan terakhir Qatar vs Palestina berakhir imbang tanpa gol. Sehingga posisi Indonesia di peringkat 3 terbaik, tidak tergoyahkan.
Masuknya striker Ramadhan Sananta sepertinya tetap akan membuat Indra Sjafri menerapkan strategi 4-3-3 seperti halnya juara Asian Games 1994 Uzbekistan.
Penjaga gawang masih dipercayakan pada kiper Persebaya Surabaya kelahiran Semarang, Ernando Ari Sutaryadi. Baris belakang diperkirakan tetap diperkuat kuartet Robby Darwis, kapten tim Rizky Ridho, Alfeandra Dewangga dan Haykal Alhafiz.Â
Sedangkan di barisan gelandang, Syahrian Abimanyu, Rahmad Irianto, Muhammad Taufany. Pemain Dewa United Egy Maulana Vikri di sayap kanan, Ramai Rumakiek sayap kiri, dan Ramadhan Sananta sebagai ujung tombak.
Diawali dari Asian Games
Ketika menghadapi Hongkong pertandingan akhir Grup, Uzbekistan sebenarnya kecolongan lebih dulu satu gol di babak pertama. Tetapi membalikkan ketinggalan itu menjadi kemenangan 2-1 atas Hongkong, dengan diwarnai kartu merah untuk Hongkong maupun Uzbekistan di menit terakhir injury time.
Dari pertandingan terakhir lawan Hongkong itu, nampak tim Timur Kapadze ini bukan tim yang lemah. Justru malah terlihat solid di semua lini, dan memiliki daya gedor luar biasa seperti ketika meruntuhkan Hongkong untuk menjadi juara grup.
Pada laman resmi FIFA bulan April 2023, Uzbekistan pernah diprofilkan panjang lebar lantaran sejarah sepak bolanya yang menjadi teladan di Asia. Dimulai dari reformasi yang terjadi di dunia di awal 1990-an dengan runtuhnya Uni Soviet pada 1991, Uzbekistan menjadi negara merdeka pada 1 September 1991 (baru diakui dunia 26 Desember 1991).
Uzbekistan terkurung daratan yang berbatasan dengan Kazakhstan di sebelah barat dan utara, Kirgiztan dan Tajikistan di timur, serta Afganistan dan Turkmenistan di selatan.Â
Bahasa resminya bahasa Uzbek, dari rumpun bahasa Turkik dan bahasa Rusia. Sekitar 1 juta terdiri dari suku Tajik, sebuah kelompok etnis yang masih serumpun dengan bangsa Persia, dan merupakan 4,8% dari seluruh penduduk Uzbekistan.
Uzbekistan yang merdeka sejak 1991 dengan cepat menjadi anggota Dewan Olimpiade Asia (OCA) dan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC).Â
Sebagai hasilnya, sepak bola Uzbekistan memisahkan diri dari eks Soviet, dan membentuk klub-klub serta liga nasionalnya. Dan bahkan segera membentuk tim nasional sepak bolanya.
Tahun 1994 Hiroshima menjadi tuuan rumah Asian Games ke-12. Sepak bola Asian Games memiliki daya tarik, sehingga hampir setiap negara Asia peserta Asian Games mengirimkan tim-tim terbaiknya. (Sampai kemudian tahun 2002, diubah format kompetisinya menjadi U-23 sejalan dengan perkembangan Olimpiade Asia ini).
Semula Uzbekistan tak memasukkan tim sepak bolanya dalam tim yang dikirim ke Asian Games 1994 Hiroshima. Karena, pemerintah mereka tak yakin tim Uzbekistan memiliki peluang di Hiroshima.Â
Tetapi kemudian, Federasi Sepak Bola Uzbekistan (UFF) memilih untuk mengirim skuad nya yang terdiri dari 17 pemain, seorang pelatih, dan seorang asisten pelatih serta dokter ke Hiroshhima. Dikirim dengan anggaran sangat terbatas, sekitar 14.000 dollar AS atau senilai Rp 217 juta.
Pelatih nasional mereka, Rustam Akramov tadinya tidak diyakini bisa mengubah tim sepak bola mereka menjadi tim hebat. Lantaran, Akramov hanya memiliki pengalaman luar negeri di Aljazair pada 1980-an.
Berbagai halangan terjadi sebelum berangkat ke Hiroshima. Kiper andalan mereka, Pavel Bugalo jatuh sakit sebelum berangkat ke Asian Games. Lalu pencetak gol terbanyak di Liga Uzbek, Ravshan Bozorov tak bisa memperkuat tim lantaran konflik dengan sang pelatih, Akramov.
Tulang punggung tim berasal dari dua klub terbesar negeri itu, Pakhtakor dan Neftchi, juara bertahan liga Uzbek saat itu. Formasi yang dipakai Akramov formasi menyerang 4-3-3 dengan lini terdepan andalan waktu itu, Durmanov, Shkvyrin dan Abduraimov.
Malah Juara Asian Games
Uzbekistan mendapat undian di grup keras bersama Arab Saudi, Malaysia, Thailand dan Hongkong. Pada pertandingan pertama, Uzbekistan membuat kejutan besar dengan membabat Arab Saudi favorit juara, 4-1. Lawan Malaysia menang 5-0, tampil sangat dominan. Lawan Thailand memimpin 5-1 sampai dua menit terakhir, hampir tersusul 5-4.
Di perempat final, Uzbekistan menghadapi tetangganya Turkmenistan, menang juga 3-0. Di semifinal melibas Korea Selatan dalam pertarungan dramatis 3-2. Padahal, Korea telah mematahkan hati tuan rumah Jepang, lantaran Jepang disingkirkan Korea di semifinal.
Tinggal selangkah lagi juara Asian Games. Di final, Uzbekistan harus menghadapi China yang di semifinal menyingkirkan tim kuat Kuwait 2-1 di semifinal. Final berlangsung di stadion besar, Arch Stadium Hiroshima.
Tanpa ayal lagi, Uzbekistan membuka dengan gol cepat striker andalannya Shkvyrin di menit kedua. Itu merupakan gol ke delapan Shkvyrin di Hiroshima. Gol lagi di menit ke-9 melalui Lebedev memanfaatkan umpan Shkvyrin. Cina membalas di menit ke-18 2-1 Uzbek masih unggul. Pertandingan pun berakhir 4-2 untuk kemenangan tim Uzbek.
Sejarah pun ditorehkan di Asian Games 1994 Hiroshima, ketika tim nasional Uzbekistan mencatat "Veni, vidi, vici" (Aku datang, lihat dan menang!).Â
Maka, sepak bola pun kemudian menjadi olahraga nomor satu di Uzbekistan dipicu prestasi sebagai juara Asian Games 1994, meski umur negeri mereka baru tiga tahun... *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H