Di dunia politik Indonesia, koalisi itu tempatnya orang-orang partai yang masih ragu. Ragu belum punya jalan untuk mencapai tujuan. Bahkan ragu terhadap sesama teman sehingga kudu dipertautkan dengan koalisi. Ada rasa takut yang dipersatukan.
Pasangan secepat kilat Bacapres dan Bacawapres Anies Baswedan dan Cak Imin (kini mulai disebut sebagai Gus Imin oleh Anies) yang secepat kilat dideklarasikan di sebuah hotel di Surabaya (2/9/2023) adalah pasangan pertama Bacapres dan Bacawapres yang menggugah rasa-rasa ketakutan itu.
Bisa berarti keduanya, menggugah rasa takut yang lama tidur, sepuluh tahun, jadi berani. Atau menggugah rasa berani setelah sepuluh tahun, kini jadi rasa takut. Takut apa? Ga tau, takut apa. Mungkin juga takut sama "master mind" yang mengatur hidup di negeri ini. Mungkin juga karena rasa takut akan terjadi perubahan kehidupan dalam waktu tidak lama lagi.
Padahal koalisi yang lancar seyogianya melalui tiga tahap. Pertama orang-orang partai mengembangkan strategi demi mempersiapkan negosiasi lancar untuk mencapai kepentingan tertentu. Kedua, masing-masing pihak menegosiasikan koalisi demi tujuan berdasarkan strategi yang telah disiapkan masing-masing pihak.
Langkah ketiga adalah melibatkan kerjasama dalam koalisi, yakni ketika mitra koalisi mulai berupaya melaksanakan kesepakatan mereka, mereka perlu menjaga hubungan baik untuk mempertahankan kepercayaan dan komunikasi di antara partai-partai anggota. Kalau tidak? Maka akan ambruk kepercayaan di antara anggota-anggota koalisi. Dan masing-masing bisa ambil jalan pintas. Dan sebenarnya percuma berkoalisi.
Langkah-langkah itu hanya teori tentang koalisi yang digagas National Democratic Institute and the Oslo Center for Peace and Human Rights. (A Guide for Political Parties, 2015). Dan rupanya, dinamika politik "jalan pintas", lompat pagar, kalau perlu lompat tembok koalisi, sudah terjadi tepat di depan mata kita menjelang kontestasi Pipres 2024.
Menarik mencermati wawancara panjang lebar, wawancara lengkap pertama dengan Anies dan Gus Imin oleh pewawancara kondang Najwa Shihab di acara khas Narasi pada hari Senin (4/9/2023) malam. Hanya dua hari setelah kedua pasangan Blitzkrieg, pasangan secepat kilat ini diumumkan. Secepat apakah mereka memutuskan bersama?
Semua berjalan cepat
Semuanya berjalan cepat. Dari keruwetan, karena negosiasi terhenti total, sampai cari jalan yang akhirnya lompat pagar, demi tidak buntunya perjalanan sehingga belum mencapai tujuan pun kebersamaan sudah ambyar.
"Ini jalan Tuhan, begitu cepat sekali ambil keputusan. Meskipun sebenarnya secara perkenalan, komunikasi dengan Mas Anies, itu sudah sangat lama. Sejak mahasiswa kita sering bareng-bareng," kata Gus Imin (Cak Imin kini mulai disebut Gus Imin oleh Anies Baswedan, dan juga pewawancara, Najwa Shihab). Sering bareng-bareng, karena Anies tetangga Fakultas Cak Imin di Gadjah Mada. Dan kebersamaan, tentu saja bukan koalisi, dulu sering terkomunikasikan dalam acara makan di ESGEPECE. (Lokasi khas di kampus Bulak Sumur Yogyakarta, untuk menyebut warung Sega Pecel di dekat Selokan Mataram).
Hanya dalam waktu cepat, kurang dari seminggu sebelum dideklarasikan, pasangan ini dipertemukan dan langsung deklarasi. Mengundang kegemparan mitra koalisinya, dan tentu saja juga publik politik menjelang kontestasi Pilpres 2024. Anies, tak memiliki partai akan tetapi diusung partai Nasdem, diputuskan dipasangkan dengan Gus Imin, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa yang sama sekali bukan anggota Koalisi Perubahan. Gus Imin bahkan sudah digadang oleh partainya untuk menjadi Bacawapres Prabowo Subianto dalam Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR).
Situasinya juga sulit untuk dipersatukan. Anies semula masih di Kantor Gubernur DKI Jakarta, dan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, Gus Imin Ketua Umum PKB berada di koalisi pemerintah Presiden Joko Widodo. Dalam suasana politik akhir-akhir ini, sulit kiranya bisa dipasangkan Anies yang dinilai sebagai antitesa Jokowi, bersanding dengan orang dari luar koalisi Jokowi.
"Rute yang kita jalani selama ini adalah rute yang penuh tantangan. Dan itu kita alami. Dan banyak pihak kawatir, kalau kami dipertemukan. Bahkan kawatir terekspos bersama, itu fakta...," ungkap Anies Baswedan, pada pewawancara Najwa Shihab.
Anies mengaku sempat bertemu Cak Imin ketika sama-sama naik haji sebelum deklarasi, karena satu rombongan dan tinggal di hotel yang sama. Demikian pula calon kontestan lain dari Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang juga menunaikan ibadah haji. Juga Puan Maharani dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) partai yang mengusung Ganjar.
"Ada kiai Thoifur (KH Muhammad Thoifur Mawardi dari Purworejo) saya sempat dipanggil beliau di hotelnya. Dia terkenal sebagai ahli istiqarah dari Jawa Tengah. Beliau tiba-tiba bilang, Muhaimin saya sudah istiqarah, pasanganmu itu Anies. Saya anggap saja itu sebagai masukan," kata Cak Imin dalam wawancara.
Baik Anies maupun Cak Imin mengaku dipertemukan dalam sebuah kebetulan yang terjadi, hari-hari menjelang deklarasi. Di kubu Koalisi Perubahan, terjadi kemacetan pembicaraan. Stuck. Tidak bisa dipertemukan, karena pihak Demokrat (Ketua Majelis Tinggi Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, SBY) berkeras meminta Bacapres dan Bacawapres yang sudah setahun digarap, Anies Baswedan dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) segera diumumkan. Bahkan SBY menetapkan deadline, sebelum 3 September 2023 harus diumumkan.
Sementara Nasdem dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) belum ada kesepakatan, untuk menetapkan saat itu Anies dan AHY sebagai Bacapres dan Bacawapres. Meskipun Anies mengantungi nama Anies-AHY sudah sekitar setahun.
Sementara Muhaimin Iskandar, Senin malam hari yang sama sedang terlibat Rakornas PKB untuk pemenangan pemilu. "Saya tahu bahwa Rakornas pasti akan memaksa saya untuk mengambil keputusan. Karena mereka sudah menunggu lama, untuk siap bergerak..,"
"Di pidato pembukaan saya sudah sampaikan di Rakornas. Jangan sekali-sekali mengevaluasi saya soal Pilpres. Kasih waktu saya untuk melihat dinamika yang ada yang masih sangat tidak pasti. Tolong, Rakornas kali ini tidak bahas Pilpres," kata Cak Imin.
Tetapi tetap saja, Rakornas membicarakan soal Pilpres, Cak Imin berpasangan dengan siapa? Di samping, mereka juga menginginkan gambar-gambar baliho yang memasangkan Cak Imin dengan Prabowo Subianto untuk diperbarui, karena banyak yang rusak-rusak.
Rakornas akhirnya stuck. Berhenti. Kesimpulan akhirnya diambil oleh Rakornas, agar situasi stuck, macet ini diambil keputusan "air harus mengalir". Sebab, menurut para peserta Rakornas, "air tidak boleh stuck, kalau stuck, berhenti, berbahaya. Air harus mengalir cepat...,"
Secara kebetulan, saat Anies "terancam tak punya kendaraan" untuk menjadi Capres karena ancaman Demokrat untuk meninggalkan Koalisi Perubahan dan Persatuan (KPP) karena tak memenuhi Presidential Threshold jika Demokrat hengkang dari koalisi kalau batas waktu 3 September tidak dideklarasikan AHY sebagai Cawapres Anies, maka malam itu menurut Cak Imin ia kebetulan diberi tahu stafnya bahwa Surya Paloh dari Nasdem ingin bertemu Cak Imin.
Siapa dalangnya?
Ketika Demokrat mendesak untuk cepat dideklarasikan dan mengancam untuk hengkang dari koalisi, dan pembicaraan dengan koalisi buntu, pada saat yang hampir bersamaan Surya Paloh Ketua Umum Nasdem meminta bertemu Ketua Umum Kebangkitan Bangsa, Muhaimin Iskandar.
Cak Imin yang sedang Rakornas, juga tengah menghadapi situasi buntu untuk menentukan arah koalisi dengan kubu Prabowo. Kubu Prabowo pada saat hampir bersamaan juga mengumumkan masuknya Golkar dalam koalisi Prabowo, bahkan dalam kesempatan ulang tahun PAN, Prabowo mengumumkan nama baru koalisinya, menjadi Koalisi Indonesia Maju. Nama yang sama dengan koalisi pemerintahan Jokowi, Koalisi Indonesia Maju (2019).
Secara hitung-hitungan di atas kertas, sesuai aturan Presidential Threshold yang 20 persen dari jumlah kursi di DPR RI agar partai bisa mengusung Capres dan Cawapres, membuat situasi Anies terpojok. Apabila Demokrat hengkang dari koalisi jika sebelum 3 September 2023 AHY tak segera dideklarasikan sebagai Bacawapres Anies, maka pengusung Anies tak memenuhi Presidential Threshold.
Koalisi Perubahan, total menguasai 163 kursi (Nasdem 59, Demokrat 54, PKS 50) kalau ditinggal Demokrat maka hanya tinggal 109 kursi. Tidak memenuhi 20 persen Presidential Threshold yang minimum 115 kursi. Hal ini yang membuat Surya Paloh mengundang Ketua Umum PKB (58 kursi) untuk bertemu pada Selasa (1/9/2023) malam.
"Saya baru sekali itu ketemu Bang Surya dan bicara Pilpres. Selebihnya tak pernah ketemu. Dan tidak pernah punya bayangan untuk PKB berkoalisi dengan Nasdem," kata Cak Imin, saat diwawancara Najwa Shihab.
"Karena saya kosong acara, ya silakan. Tetapi tidak ada niatan malam itu untuk ambil keputusan untuk Cawapres atau Capres. Saya hanya menjalankan perintah Rakornas untuk coba menjajaki," kata Cak Imin.
Dalam pertemuan malam itu, Cak Imin langsung ditanya Surya Paloh: Kamu serius untuk menjadi Wakil Presiden?
"Lho bukan hanya Calon Wakil Presiden Bang Surya. Saya serius kalau bisa jadi Calon Presiden...," jawab Cak Imin. Langsung jawaban itu mendapat hardikan dari Surya Paloh.
"Jangan kau teruskan macem-macem kau. Wapres ya wapres. Kalau capres, ya jangan diskusi sama saya lagi. Saya sudah punya Capres," ujar Cak Imin, menirukan hardikan Surya Paloh.
"Oke. Saya pengen punya kepastian, Nasdem dan PKB Koalisi. Nasdem sudah punya Capres. PKB punya Cawapres. Ayo koalisi," kata Surya Paloh, seperti ditirukan Cak Imin saat wawancara Najwa Shihab, yang disebar luas di You Tube-nya Shihab.
Cak Imin: Saya butuh waktulah, sedikit untuk bincang-bincang dengan teman.
Surya Paloh: Ya, boleh ke DPP. Tetapi balik-balik sudah harus bawa surat. Surat MoU...
Cak Imin: Lho, drafnya kan harus disepakati Bang. Maunya PKB kayak apa, maunya Nasdem kayak apa.
Soal siapa dalang, siapa yang didalangi seperti yang diucapkan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono di YouTube Demokrat, mengenai pasangan tiba-tiba Anies Baswedan -- Muhaimin Iskandar ini, bisa dilacak dari apa yang terungkap dalam wawancara Najwa ini.
"Saya pulang ke DPP, saya kumpulkan teman semua, saya suruh kontak semuanya. Panjaang. Sampai biasanya Bang Surya pulang dari Kantor Nasdem jam 22.00, hari itu ia pulang jam 00.30. Waktu berjalan cepat. Saya minta nasihat banyak pihak. Ada yang harus disowani. Sampai akhirnya sepakat, pada tanggal (2/9/2023) kita tanda tangan...," kata Cak Imin.
Keputusan cepat Cak Imin ini berbarengan dengan pembicaraan intensif, yang menurut Anies Baswedan, terjadi di sepanjang weekend tanggal 27, 28. 29 Agustus 2023 (Minggu, Senin, Selasa). Tim Delapan (Koalisi Perubahan) berunding soal batas waktu sebelum 3 September harus deklarasi. Utusan Demokrat meminta jaminan Anies, dan ia pun menulis surat yang dihebohkan. Berupa "nota kesediaan AHY untuk menjadi pasangan dalam Pilpres 2024".
'Saya tulis untuk menyampaikan harapan apakah berkenan menjadi pendamping. Tetapi tidak ada pemotretan. Maka kami heran, kok bisa ada foto (surat tersebut) di media, karena setahu saya tidak ada pemotretan," kata Anies Baswedan dalam wawancara tersebut.
Kemandekan pembicaraan di kedua pihak, baik di Koalisi Perubahan maupun di Rakornas PKB rupanya malah memberi jalan, keduanya bertemu untuk menemukan solusi. PKB berkoalisi dengan Nasdem, sehingga Anies bisa "berkendara" menuju Pilpres 2024 karena berdua, Nasdem dan Demokrat pun sudah memenuhi Presidential Threshold. Nasdem 59 kursi, PKB 58 kursi sehingga jumlah 117 kursi sudah cukup memenuhi Presidential Threshold yang 115 kursi. Demokrat yang memutuskan hengkang dari koalisi, digantikan PKB. Belum termasuk PKS (50 kursi) yang masih bertahan di koalisi dan masih menunggu keputusan Dewan Syuro, apakah akan mendukung Capres dan Cawapres Anies dan Cak Imin.
Reaksi Demokrat
Meski pertemuan dan kesepakatan yang dicapai Surya Paloh dan Cak Imin (Nasdem dan PKB) secara sepihak tidak diumumkan, akan tetapi rupanya hal itu sudah langsung beredar luas lantaran reaksi amarah Demokrat lewat siaran di YouTube Demokrat Selasa (1/9/2023) malam itu juga.
"Dari semua hal yang kita sudah tahu, bahwa sebagian bukan hanya informasi tetapi sudah menjadi kenyataan, menjadi fakta. Kita mulai tertarik dengan informasi yang lain. Kita mengatakan kita tertarik, saya tertarik secara pribadi. Katanya, semua gerakan, proses politik yang penuh hingar-bingar, yang berkaitan dengan koalisi dan pasangan Capres dan Cawapres. Katanya, ada 'master mind'-nya. Saya tidak tahu siapa. Katanya ada dalangnya. Ada persekongkolan untuk mengeksekusinya...," kata Susilo Bambang Yudhoyono, Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, yang disiarkan terbuka dari YouTube Demokrat.
Siapa pun dalangnya, yang pasti pasangan Anies Baswedan-Cak Imin menjadi pasangan pertama yang dideklarasikan untuk kontestasi Pilpres 2024.
Sementara kemungkinan kontestan yang lain, Prabowo Subianto serta Ganjar Pranowo "masih terus konsolidasi dan pidato-pidato".
Sementara Anies dan Cak Imin sudah langsung terjun berkontestasi, meski pendaftaran nama Capres dan Cawapres pun baru dibuka Oktober mendatang.
Semoga terjadi kontes yang sehat di Pilpres 2024.
***Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H