Emas ketiga di Tunggal Putra tentunya juga tak kalah bergengsi. Muhammad Rifki Fitriadi, juga luar biasa. Meraih emas setelah di final mengalahkan unggulan pertama dari Vietnam, Ly Hoang Nam dua set langsung, 6-4, 6-1. Padahal, Ly Hoang Nam adalah petenis peringkat 231 dunia. Sedangkan Muhammad Rifki Fitriadi hanya peringkat 727 di Asosiasi Tenis Profesional. Bumi langit...
Emas keempat pun merupakan catatan emas yang patut dikenang. Pasangan ganda campuran, Christopher Rungkat dan Aldila Sutjiadi mencatatkan diri 'hattrick' -- tiga kali berturut-turut meraih medali emas SEA Games. Di SEA Games 2023 kali ini, Christo dan Aldila mengalahkan Peangtarn Plipuech dan Pruchya Isaro, 2-6, 6-4, 7-6 (10-5) di final. Pertarungan berlangsung sampai malam. Ini merupakan emas ketiga kalinya bagi Christo/Aldila di SEA Games, setelah juara di SEA Games Filipina (2019) serta SEA Games Vietnam (2021).
Dua medali perak diraih pasangan ganda putri Aldila Sutjiadi/Jesse Rompies serta ganda putra, Christopher Rungkat/Nathan Anthony. Sedangkan tiga perunggu dari Beregu putra (Muhammad Rifki, Christopher Rungkat, David Agung, Nathan Anthony).
Anak Tiri Kemenpora
Tenis diumumkan (sebagai anak tiri olahraga Indonesia) ketika Menpora masih dijabat Zainudin Amali. Persisnya pada 21 November 2022, Menpora Zainudin Amali mencanangkan Desain Besar Olahraga Nasional (DBON). Desain Besar yang dipayungi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 86 tahun 2021 dimaksudkan, bahwa Kemenpora akan mengatur olahraga dari hulu ke hilir, kata Zainudin Amali.
"Hulunya adalah kebugaran masyarakat, hilirnya adalah prestasi olahraga Indonesia di tingkat dunia...," ungkap Menpora (waktu itu) Zainudin Amali dalam pidatonya. Pidato pencanangan DBON itu diungkapkan Menpora Amali pada Pekan Olahraga Wartawan Nasional (Porwanas) ke-13 tahun 2022 di Graha Cakrawala Universitas Negeri Malang (UM) pada Senin (21/11/2022).
"Selama ini kita belum pernah punya desain tentang olahraga kita. Baru setelah 76 tahun Indonesia merdeka, baru sekarang hadir Desain Besar Olahraga kita yang dipayungi Perpres Nomor 86 tahun 2021...," ungkap Menteri Amali pula. Rupanya Menteri Amali lupa, bahwa Bung Karno pada tahun 1964 sudah mencanangkan dalam politik mercusuarnya, supremasi olahraga.Â
Tak hanya membangun stadion megah, Gelanggang Olahraga Bung Karno yang terus didaur ulang sebagai pusat kegiatan olahraga megah Indonesia, Presiden pertama RI ini juga mengirimkan atlet-atletnya bertanding keluar negeri, serta mengirimkan pembina-pembina olahraga (muncul teknokrat olahraga seperti MF Siregar) untuk bersekolah di luar negeri. Siregar, yang disekolahkan ke AS, pada 1992 berhasil mewujudkan mimpi Indonesia untuk merebut medali emas pertama Olimpiade, di Barcelona 1992 melalui pebulutangkis Susi Susanti dan Alan Budikusuma. Dua emas sekaligus...
"Kalau dijalankan sebaik-baiknya, maka bukanlah mimpi kosong kalau dalam 100 tahun Indonesia merdeka, pada 2045, tepatnya pada Olimpiade 2044 Indonesia minimal berada di peringkat 10 besar dunia...," ujar Menpora Zainudin Amali. Hmmm, sombong kali? Jangankan di dunia, masih ada Amerika Serikat, Rusia dan negara-negara Eropa. Di Asia pun sudah ada raksasa China, yang bersaing ketat dengan Jepang. Di Asia Tenggara masih ada Thailand. Di cabor-cabor unggulan dunia seperti atletik, renang, senam. Mana bisa bersaing dengan dunia, jika pembinaan pun masih luput sasaran?
Renang? Untuk bersaing dengan negeri tetangga yang seluas pulau Bali pun masih jauh dari panggang. Perenang-perenang Singapura sudah bisa bersaing dengan atlet-atlet renang kelas dunia seperti Australia, dan tentunya juga China, AS dan negara-negara eks Uni Soviet. Apalagi urusan Atletik, yang dikuasai oleh negeri-negeri dengan atlet bertubuh raksasa seperti Amerika Serikat, Rusia. Bukan minder. Tetapi untuk melewati prestasi dunia mereka, Indonesia masih jauh panggang dari api. Justru China kini sudah mulai bersaing dalam catatan waktu nomor-nomor lari jarak pendek dunia...