Masing-masing instrumen bisa dilacak telinga, mana gitar, mana drum, mana bass, mana keyboards, mana vokal. Tidak ada kelemahan permainan ditutupi dengan bunyi asal keras. Cek sound, menjadi kunci penting. Dan itulah kehebatan para teknisi sistem suara sebuah super grup kelas dunia.
Kalau publik musik di Jakarta saat ini diwarnai musik-musik menye-menye gemulai, centil menggeliat. Maka jangan remehkan orang-orang sepoeh Deep Purple penggemar hardrock yang nyaris semua berkepala tujuh ini di Colomadu. Benar-benar jreeeennngg! Suara masih tiga perempat full seperti Ian Gillan di masa jaya.
Maka Muktamar Deep Purple x God Bless pun berakhir dengan sukses. Dibuka kolosalnya musik rock-dhut Oma Irama dengan "Hinghway Star" Dangdhut, dan kemudian disuguhi supergrup lokal kita God bless yang nyaris setengah abad berpentas di Tanah Air, baru kemudian sajian puncak supergrup asal Inggris, Deep Purple.
Yang pasti anak-anak cucu di Tanah Air mesti mendengarkan konser di Edutorium di Colomadu ini lengkap-lengkap. Jreng! Keren, dan tidak menye-menye bergemulai ria terus-menerus.
Ingat, bahwa telinga tua itu bukan telinga sepoeh semua, yang kudu dibelai musik yang melodius. Telinga sepoeh penggemar musik hardrock masih banyak yang perlu makan vitamin jreng. Vitamin musik keras yang terukur cantik kerasnya.
Itu tadi, biar tua kudu tetap jreeeengg....!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H