Kursi panas itu memang bener-bener bernama PSSI. Sudah seminggu Kongres Luar Biasa (KLB) pucuk kepengurusan sepak bola nasional itu berlalu, dan Erick Thohir sudah terpilih sebagai Ketua Umumnya. Toh gunjang-ganjing sepak bola itu belum juga reda.
Kalau pun Erick Thohir yang Menteri BUMN itu terpilih menyisihkan pesaing terdekatnya, LaNyalla Mattaliti dengan perolehan suara telak, itu juga sudah ditebak dari awal persaingan. Erick punya reputasi sebagai pemilik saham mayoritas klub raksasa Italia Inter Milan. Tak heran, ia mendapatkan suara 66 mengungguli Mattalitti yang Ketua DPD RI itu hanya 22 suara. Itu bukan pergunjingannya.
Yang menjadi pergunjingan berat kalangan sepak bola itu justru posisi kursi panas Wakil Ketua, yang mampu memikat seorang Menteri Olahraga Zainudin Amali sampai-sampai ia bersedia merelakan kursi menterinya, demi menjadi Wakil Ketua Umum PSSI terpilih, Erick Thohir. Ada apa di balik kursi panas pengurus PSSI? Ada posisi pentingkah untuk bisa menjalankan agenda politik di sepak bola? Atau apa?
Mengincar Kursi Wakil
Niat kuat (tepatnya, ngotot poll) Zainudin Amali untuk menduduki kursi Wakil Ketua Umum PSSI bahkan sudah dinyatakan dari sejak awal menjelang Kongres. Bahwa, Zainudin Amali memang berniat ikut dalam persaingan pemilihan Wakil Ketua PSSI, bukan Ketua Umum. Karena dari awal, sudah diberitakan Presiden RI Joko Widodo telah memberi izin pada Menteri BUMN Erick Thohir untuk membenahi carut-marut sepak bola nasional.
Di samping itu, Zainudin Amali yang hampir tidak pernah dikenal publik sepak bola Indonesia sebelum ia menjabat Menpora RI (sejak 2019), juga tentunya keder bersaing dengan Erick yang sudah malang melintang di kepemilikan klub olahraga dunia.
Erick adalah pernah jadi pemilik klub Bola Basket Amerika, Philadelphia 76ers (NBA), klub sepak bola Liga Seri A Italia Inter Milan. (Massimo Moratti menjual saham mayoritas 70 persen klub miliknya pada Erick Thohir pada 15 November 2013. Baru pada 2016 Erick melepas kepemilikan mayoritasnya di klub raksasa itu pada perusahaan China, Suning Holding Group Co. Dua tahun kemudian, 2018, jabatan Presiden Klub Inter Milan diserahkan pada Steven Zhang).
Sederetan kepemilikan klub olahraga lain Erick Thohir masih panjang. Erick adalah pemilik klub sepak bola amerika, DC United. Saat ini, bersama Anindya Bakrie anak pengusaha Aburizal Bakrie, Erick memiliki saham mayoritas klub Inggris Oxford United.
Di dalam negeri? Erick Thohir juga ikut memiliki saham klub sepak bola di kotanya Gibran Rakabuming, Persis Surakarta sejak 2021. Antara 2009 dan 2019 jadi Wakil Komisaris Utama di Persib Bandung. Pernah pula Erick menjadi manajer Persija Jakarta antara 1997-2000.
Maka, memasuki KLB di Hotel Shangri-La, Zainudin Amali tahu diri untuk mempersaingkan dirinya di kursi panas Wakil Ketua PSSI. Bukan Kursi Ketua. Dan ternyata, kursi Wakil pun bener-bener panas, sampai Menpora asal Gorontalo dari Partai Golkar ini sempat "tersingkir" dari pemilihan Wakil Ketua, sebelum akhirnya didorong dan didorong lagi untuk duduk di kursi wakil melalui berbagai liku-liku.
Insiden di Kongres
Liku-liku Zainudin Amali menduduki kursi Wakil Ketua PSSI memang tidak diperoleh dengan gampang, meskipun ia seorang Menpora sekalipun. Zainudin Amali, di kalangan pemilih kongres sepak bola, bahkan boleh dikata kalah populer dengan Ratu Tisha, wanita pertama Indonesia yang menjabat Sekjen PSSI, dan kini terpilih sebagai Wakil Ketua PSSI Periode 2023-2027, bersama Zainudin Amali.
Liku-liku terpilihnya Amali sempat diwarnai insiden di kongres. Justru bukan pada pemilihan di tingkat Ketua Umum. Akan tetapi justru di tingkat Wakil Ketua. Berikut ini catatan seorang peserta kongres, yang mengikuti dari menit ke menit jalannya KLB.
KLB di Shangri-La hari itu memilih 15 pejabat Exco (Komite Eksekutif). Terdiri dari satu Ketua Umum, dua Wakil Ketua, serta 12 Anggota Exco. Ketua Umum, lancar terpilih Erick Thohir. Pemilihan Wakil Ketua penuh gejolak. Sedangkan pemilihan Anggota Exco, dari 12 figur terpilih, 6 di antaranya adalah figur Exco lama. Tadinya malah ada 8 Exco lama ikut mencalonkan diri, tetapi dua Exco Hasani Abdulgani dan Dirk Soplanit tidak lolos. Enam tokoh lama lainnya, Ahmad Riyadh, Pieter Tanuri, Vivin Cahyani, Hasnuryadi sulaiman, Endri Irawan dan Juni Rahman mereka lolos.
Insiden yang dinilai mencoreng PSSI itu terjadi, disaksikan wakil peninjau dari Federasi Sepak Bola Internasional, FIFA dan wakil AFC (Federasi Sepak Bola Asia). Adapun keempat wakil FIFA yang hadir sebagai peninjau di Kongres itu adalah Kenny Jean-Marie dari Perancis, Kanya Keomany dari Laos, Sarah Solemale dari Perancis dan Lavin Vignesh dari India. Sedangkan perwakilan AFC adalah Nhodkeo Phawadee dan Siti Zuraina Abdullah.
Bermula dari kekusutan pemilihan yang pertama, untuk memilih Wakil Ketua. Pada pemilihan pertama, Menpora Zainudin Amali menduduki peringkat pertama dengan 66 suara. Diikuti Yunus Nusi dengan 63 suara. Kemudian Ratu Tisha dengan 41 suara. Tetapi mendadak bermunculan interupsi dari para voters yang merasa dicurangi, nama-nama mereka tidak muncul, padahal memilih.
Pihak pemilih dari Persera Serang merasa memilih Ratu Tisha dan Yesayas Oktovianus, tetapi nama Yesayas tidak muncul. Dan tidak hanya Persera Serang. Ternyata Asprov dari Yogyakarta, mereka juga merasa ada kejanggalan. Mereka memilih Ratu Tisha dan Ahmad Riyadh, tetapi nama tidak muncul. Persiba Balikpapan memilih Gede Widiyade. Tetapi Gede Widiyade juga tidak muncul.
Aksi protes hilangnya suara ini membuat suasana pemilihan menjadi chaos, dan tak bisa dilanjutkan selama kurang lebih dua jam. Mekanisme kongres tak berjalan, karena terus ditimpali teriakan-teriakan para voters. Kemudian, pemimpin sidang Amir Burhanudin dari Komite Pemilihan merujuk ke peninjau dari FIFA dan juga pendapat voters, sehingga menyodorkan dua solusi. Dihitung ulang atau pemilihan ulang.
Akhirnya disepakati opsi kedua, pemilihan diulang. Dan ketika dilakukan pemilihan ulang, dari tiga pesaing ketat Zainudin Amali, Ratu Tisha dan Yunus Nusi terjadi perubahan perolehan suara yang sangat signifikan. Ratu Tisha  yang tadinya urutan ketiga, berbalik di urutan pertama dengan 54 suara, diikuti oleh Yunus Nusi dengan selisih satu suara 53, mendapat 44 suara.Â
Maka Kongres pun lalu memutuskan berdasarkan hasil suara pemilihan ulang, Ratu Tisha sebagai Wakil Ketua I, Yunus Nusi Wakil Ketua II dan Zainudin Amali yang di urutan ketiga otomatis gugur. Maka, acara Kongres pul dilanjutkan dengan pemilihan 12 anggota Exco PSSI. Akan tetapi, di tengah proses pemilihan dan hasil suara tengah akan dihitung, mendadak Yunus Nusi yang sudah dinyatakan sebagai Wakil Ketua II mendampingi Ratu Tisha, meminta waktu bicara. Dan ketika diberi waktu bicara, Yunus Nusi menyatakan "mengundurkan diri" dari posisi Wakil Ketua II.
"Ini agak aneh!" komentar Yesayas Oktovianus, salah satu peserta dalam pemilihan tersebut, dalam vlog nya yang diunggah di medsos. Sudah capek-capek terpilih jadi Wakil Ketua, kok malah mengundurkan diri?
Menurut Yesayas, memang ada waktu sekitar setengah jam, terjadi semacam lobi-lobi, semacam kompromi-kompromi antara para wakil dari FIFA, Komite Pemilihan (KP) dan Yunus Nusi sendiri yang menyatakan mundur diri meski sudah ditetapkan sebagai Wakil Ketua II mendampingi Ratu Tisha.
Ketika Yunus Nusi mengumumkan keputusan mengundurkan diri, ketua KP langsung menanyakan pada voters: Apakah setuju? Semua pun bilang setuju. Ketok palu pun berbunyi, Yunus Nusi disetujui mundur meski tak mengemukakan alasan yang jelas. Zainudin Amali yang semula tergusur, dan tersisih di pemilihan ulang, pun didorong naik menduduki posisi Yunus Nusi yang mengundurkan diri.
Ratu Tisha Geser Posisi
Insiden berikut terjadi di luar kongres. Malam berikutnya setelah Kongres, Ketua Umum terpilih Erick Thohir mengumumkan keputusan, posisi Wakil Ketua I yang semula diduduki Ratu Tisha, diganti Zainudin Amali. Dan Ratu Tisha digeser posisinya ke Wakil Ketua II. Keputusan yang disahkan Kongres sehari sebelumnya, dianulir.
Dalam statuta FIFA memang tidak diatur posisi Wakil Ketua I dan Wakil Ketua II, karena posisi ini dianggap paralel. Tetapi yang dipersoalkan tentunya, mengapa keputusan Kongres yang sudah menetapkan Ratu Tisha sebagai Wakil Ketua I kemudian digeser Zainudin Amali ke Wakil Ketua II? Padahal semestinya ketetapan kongres harus dipatuhi.
Sebegitu pentingkah Zainudin Amali di sepak bola Indonesia, sehingga Erick Thohir pun perlu mendorongnya untuk menduduki posisi Wakil Ketua I? Sebegitu perlukah posisi Wakil Ketua Umum PSSI sehingga Presiden perlu menerjunkan seorang Menpora? Sebegitu pentingkah posisi Wakil Ketua Umum PSSI di masa datang, sehingga Zainudin Amali membela-belain dirinya turun jabatan dari Menteri menjadi "hanya" seorang Wakil Ketua Umum sebuah organisasi cabang olahraga? Menggantung tanya boleh kan.... *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H