bola terbesar sepanjang zaman? Dialah Pele. Tak hanya catatan prestasinya. Tetapi juga karena Edson Arantes do Nascimento alias Pele si Mutiara Hitam dari Brasil ini telah membuat dunia jatuh cinta dengan permainan dribble nya yang berakhir mematikan, di zaman sudut-sudut dunia ini belum terhubung dengan telekomunikasi sejagat yang serba real time seperti sekarang ini...
Siapa pemain sepakZaman televisi masih hitam putih, dan bahkan ketika itu publik pencinta sepak bola masih mengikuti siaran langsung dari siaran radio-radio Eropa seperti BBC London, Hilversum Belanda, Deutsche Welle Jerman melalui gelombang pendek pada tahun 1958, Si Mutiara Hitam dari Brasil ini sudah mempersembahkan Piala Dunia FIFA lambang supremasi sepak bola dunia untuk negerinya.
Penonton sepak bola sejagat memang belum bisa melihat jelas di layar televisi seperti tontonan Piala Dunia FIFA 2022 di Qatar, sehingga bisa langsung real time mengikuti detik demi detik pertandingan tim-tim dunia. Tetapi pada 29 Juni 1958 itu, dunia mendengarkan dari radio serta catatan kawat sedunia bahwa timnas Brasil menundukkan tim tuan rumah Swedia dengan skor telak 5-2 di Stadion Rasunda, Solna, Swedia.
Hebatnya lagi, itu adalah kompetisi pertama kalinya bagi si Pele muda alias Edson Arantes do Nascimento ini pada usia sebegitu belia, masih 17 tahun di panggung dunia. Dan toh dengan permainan dribble nya yang menawan namun mematikan lawan, Pele bisa membawa Piala Dunia ke Brasil. Brasil bukan anak bawang tentunya, lantaran delapan tahun sebelumnya di Piala Dunia FIFA 1950, Brasil pernah tampil ke final. Tetapi secara tragis dikalahkan oleh sesama tim negeri Amerika Latin, Uruguay di kandang Brasil sendiri di Stadion Maracana. Bahkan di Piala Dunia FIFA Swiss 1954 empat tahun kemudian, Brasil kandas lebih dini lagi di perempat final, disikat tim Hongaria 4-2.
Dominasi Brasil
Pele di Piala Dunia FIFA Swedia 1958 memang masih berumur anak bawang. Meski demikian, permainannya dipuji begitu indah dan produktif mencetak gol. Brasil memang tampil dengan tim paling lengkap di semua lini kala itu. Ada bintang barunya Pele. Ada pula bintang-bintang berkelas dunia lainnya yang sudah dikenal. Pemain-pemain Brasil disebut-sebut sebagai "pemain flamboyan" layaknya selebriti dunia, seperti Garrincha, Mario Zagallo dan playmaker Didi.
Sejak itulah dominasi tim Brasil tertancapkan dan merajalela. Meski tidak berturut-turut, Pele ikut menyumbang Piala Dunia bagi Brasil di tiga kesempatan Piala Dunia 1958, 1962 dan 1970. Dan banyak kritikus sepak bola dunia melukiskan mereka sebagai "Tim Samba Brasil" dengan bintangnya Pele. Mereka juga dikenal dengan sebutan tim Seleçao...
Kejadian dramatis bagi Brasil terjadi di Piala Dunia FIFA di Chile 1962. Brasil yang bertekad mempertahankan gelar, sempat diwarnai dengan pergantian pelatih mereka, dari Vicente Feola ke Aymore Moreira. Tetapi Moreira tidak mengubah komposisi tim Brasil. Brasil masih diperkuat dengan nama-nama hebat mereka, seperti Mario Zagallo, Nilton Santos, Didi, Vava dan tidak ketinggalan bintang mereka Pele.
Brasil berada di satu grup penyisihan final  Grup 3 bersama Cekoslowakia (kini terpecah jadi Ceska atau Chechia), Meksiko dan Spanyol. Brasil berhasil lolos ke babak berikut, tetapi harus kehilangan pemain bintangnya Pele, yang cedera ketika bermain imbang 0-0 lawan Cekoslowakia di babak penyisihan.
Kehilangan Pele, Brasil ternyata masih perkasa dengan bintangnya Garrincha. Sejak perempat final, delapan besar, Garrincha menjadi andalan Brasil. Dan sampai final pun, Brasil tidak menurunkan Pele yang masih cedera. Dan toh Garrincha dan kawan-kawan bisa membawa kembali Piala Dunia untuk Brasil, setelah di final kembali bertemu dengan Cekoslowakia. Di Stadion Estadio Nacional Santiago, Brasil pun menundukkan Cekoslowakia 3-1 meski di paruh pertama turun minum Cekoslowakia sempat unggul dulu 1-0.
Piala Dunia 1966 Inggris