Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Deep Purple, Gerald Ford dan Operasi Seroja

23 Desember 2022   21:23 Diperbarui: 24 Desember 2022   16:09 1019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Sonora/Dokumentasi Kompas

Maka apabila Anda penggemar musik rock – dan kebetulan Jumat petang itu mengantar keberangkatan para anggota super grup Deep Purple dan Hotel Sahid Jaya tempat mereka menginap di Jalan Sudirman, menuju Gelora Senayan? Jangan keburu ‘ge-er’ (gede rumangsa) dulu. Bendera Merah Putih yang berkibar di sepanjang jalan Sudirman dan juga Thamrin sore itu bukan untuk mengibari bintang-bintang rock pujaan Anda.

Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibu Kota (KDKI) Ali Sadikin memang sudah memberi instruksi kepada masyarakat Jakarta, dua hari sebelum hari kedatangan Tamu Negara. Bahwa seluruh warga penghuni jalan protokol Jakarta dari dan menuju bandara Halim Perdanakusumah wajib mengibarkan bendera selama dua hari, pada 5 dan 6 Desember 1975 guna menyambut kedatangan Presiden Gerald Ford, kepala negara adi daya mitra Indonesia.

Sementara di tempat konser Gelora Senayan, diberlakukan pengamanan ekstra ketat. Publik mengira, itu lantaran yang tengah konser musik, adalah pemusik-pemusik super grup yang dibayar mahal. Maka mereka perlu dijaga aparat siaga penuh lengkap dengan anjing pelacak dan anjing doberman segala. Rupanya pengamanan ketat ini tidak lepas dari persyaratan standar protokoler pengamanan US Security Service menjelang kedatangan Kepala Negara mereka. 

Beberapa hari sebelum hari-H, sesuai SOP aparat US Secret Service bahkan sudah mendahului datang, dan mensterilkan tempat-tempat berdekatan dengan jalan-jalan yang dilewati Kepala Negara dari AS tersebut. Termasuk di Gelora Senayan ini, tempat bakal konser Deep Purple.

Kebetulan yang tidak terduga, ada insiden yang menewaskan kru (mereka sebutnya roadies) yang jatuh setelah mabuk dari lantai atas Hotel Sahid Jaya Boulevard tempat mereka menginap. Bahkan dalam sebuah risalah di media DeepPurpleNet, secara hiperbola Glenn Hughes pemain bass Deep Purple mengatakan: “Konser di Jakarta seperti di neraka. Masih untung bisa lolos dari negeri itu dalam keadaan selamat...,” kata Glenn Hughes.

Glenn Hughes rupanya mencampur-adukkan dengan suasana hati galau yang sempat merundung manajemen dan anggota grup musik mereka yang sempat ditahan semalaman oleh aparat yang berwajib, akibat insiden yang menelan korban salah satu roadies mabuk mereka malam sebelum pentas hari kedua.

Bujukan Denny Sabri

Apalah kejadian sebenarnya. Yang pasti, suatu kehebatan tersendiri bagi Denny Sabri wartawan majalah musik Aktuil terbitang Bandung, yang mampu membujuk super grup itu untuk singgah berkonser di Jakarta. Denny Sabri. kebetulan kenal dekat dengan manajer tour Deep Purple dalam Tour Australia, Asia dan Amerika kali itu, Rob Cooksey. Deep Purple bersedia singgah di Jakarta, setelah diberi uang muka oleh Denny sebesar US $ 10.000 untuk bermain di depan 8.000 penonton.

Kepada saya, Denny Sabri sempat mengungkapkan bahwa manajemen Deep Purple sebenarnya sempat kecewa. Karena begitu sampai Hotel Sahid Jaya Jakarta, Deep Purple “dinego” kembali oleh promotor konser agar bersedia tampil dua kali pertunjukan pada 4 dan 5 Desember 1975.

 Mereka, menurut Denny, merasa terkecoh. Janji main satu kali, tetapi ternyata mereka dibujuk main dua kali pertunjukan. Itupun, tutur Denny, mereka ternyata main di depan massa yang jauh lebih banyak dari persetujuan semula. Mereka katakan, penonton ada sekitar 75.000 per pertunjukan.

Tetapi menurut perkiraan saya, hari pertama konser Deep Purple di Gelora Senayan 4 Desember 1975  itu jumlah penontonnya paling banter 30.000 orang, dan hari kedua pada 5 Desember 1975 ada kurang lebih 40.000 orang. Dengan harga karcis bervariasi dari VIP Rp 7.500 dan Rp 5.000, serta Kelas I dan “kelas festival” berdiri di depan panggung berkisar dari Rp 3.000, Rp 2.000, Rp 1.000. Kekecewaan berikutnya, menurut Rob Cooksey, Deep Purple semula mereka setuju terima bayaran manggung Rp 15 juta. Tetapi kemudian mereka menuntut tambahan lagi sehingga total bayaran mereka mencapai sekitar Rp 45 juta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun