Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Mendadak Tenis di Kalangan Para Artis

13 November 2022   11:40 Diperbarui: 14 November 2022   10:29 2656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yayuk Basuki dan Raffi Ahmad di "Tiba Tiba Tenis" (by Vindes Sport)

Penonton yang mayoritas kaum muda begitu antusias berbondong-bondong ke lapangan Senayan Tennis Indoor pada 12 November 2022 pengen menyaksikan Raffi Ahmad main tenis. 

Mereka juga pengen menyaksikan permainan artis yang lagi hot dipergunjingkan di jagat maya, Wulan Guritno. Ada pula Gading Marten. Tenis memang sedang ngetrend menjadi olahraga yang dimainkan kalangan para artis papan atas belakangan ini.

"Tiba-Tiba Tenis" malam itu memang bukan pertandingan tenis akbar dunia layaknya Wimbledon. Tetapi sebuah acara pertunjukan para artis bermain tenis dengan sesama artis. Dan toh mampu menyedot 3.500 penonton di sebuah lapangan paling bergengsi di Jakarta, lapangan Senayan Tennis Indoor. Tontonan yang digelar Vindes Sport di Senayan ini langsung ludes tiketnya hanya dalam hitungan menit.

Lapangan Senayan Tennis Indoor itu sendiri merupakan lapangan tenis terbaik yang dimiliki Indonesia. Dibuat di era Mensesneg Moerdiono 1980-an dengan permukaan khusus Plexi-pave agar bisa sekualitas Flynders Park di Melbourne, tempat dilangsungkannya turnamen tenis akbar tahunan seri Grand Slam, Australia Open. Sehingga pemain Indonesia yang akan bertanding ke Australia Terbuka bisa pemanasan lebih dulu di Senayan Indoor Stadium.

Tentu, yang diulas dalam tulisan kali ini bukan bagaimana hebatnya Raffi Ahmad memukul servis saat mengalahkan lawannya, Desta Mahendra. Atau bagaimana pasangan ganda campuran Gading Marten/Wulan Guritno kudu berkali-kali berkelit melawan Dion Wiyoko/Enzy Storia, dengan komentator top petenis terbaik yang pernah dimiliki Indonesia, Yayuk Basuki. 

Akan tetapi, tentang tontonan menghibur para artis yang diam-diam mempromosikan kembali olahraga kita yang di masa lalu mengharumkan nama Indonesia namun belakangan ini lesu. Tenis Indonesia tak lagi melahirkan petenis kelas dunia seperti Yayuk Basuki, dan juga Angelique Widjaja. Atau Yustedjo Tarik, Tintus Arianto Wibowo.

Dalam Talk Show yang digelar oleh Vindes Sport, dan ditayangkan dalam live streaming di YouTube malam itu, Yayuk Basuki juga diwawancara seputar bagaimana kondisi olahraga tenis di Indonesia saat ini. 

Ditanyakan, siapa lagi orang Indonesia berikut yang akan menjadi seperti Yayuk Basuki. 

Yayuk adalah satu-satunya petenis Indonesia yang pernah mencapai 19 besar dunia di tahun 1997. Dan satu-satunya orang Indonesia yang masuk "The Final Eight Club Member". 

Untuk menjadi petenis "The Final Eight Club Member" ia harus pernah masuk setidaknya perempat final turnamen seri Grand Slam, entah itu Australia Terbuka, Perancis Terbuka, Wimbledon atau AS Terbuka. Juga setidaknya pernah empat tahun berturut-turut ada di peringkat 40 besar dunia. 

Nah, Yayuk pernah lolos perempat final di tunggal Wimbledon 1997, dan semifinal ganda AS Terbuka 1983 bersama petenis Jepang, Nana Miyagi. Dan Yayuk lima tahun konsisten masuk peringkat 30 besar dunia sejak 1993-1998.

"Tetapi (tenis) kita saat ini memang sedang terpuruk. Walaupun kita sudah memperlihatkan bahwa tenis di Asian Games 2019 kemaren kita dapat medali emas. SEA Games 2021 Vietnam juga ada medali emas (melalui ganda campuran Christopher Rungkat/Aldila Sutjiadi). Tetapi kita mesti melihat secara keseluruhan. Secara keseluruhan kita masih dibawah. Masih perlu motivasi, mudah-mudahan di masa datang ada lagi atlet tenis yang berprestasi," kata Yayuk dalam wawancara live streaming itu.

Yayuk memang tidak mengungkapkan dalam wawancara itu, bahwa pemerintah saat ini tidak memperhatikan tenis. Terbukti dengan tidak dimasukkannya cabang olahraga tenis menjadi salah satu cabang prioritas dalam Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang dicanangkan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) 2021. Meski, jelas-jelas di hampir setiap multi event termasuk Asian Games, SEA Games, cabang tenis hampir selalu andil medali emas untuk Indonesia. DBON bahkan lebih memperhatikan beberapa cabor yang bahkan bukan cabang olahraga Olimpiade.

Apa yang dilakukan para artis Indonesia di panggung Senayan Tennis Indoor ini lebih dari sekadar promosi, akan betapa menariknya cabang olahraga tenis. Bahwa tenis tidak hanya bisa atraktif sebagai tontonan (apalagi jika dimainkan oleh petenis kelas dunia). Tenis adalah juga sebuah cabang  olahraga yang memiliki berbagai nilai pendidikan yang positif bagi pembinaan karakter seseorang.

Olahraga edukatif

Nah... pertanyaannya pada pemerintah, mengapa sampai cabang olahraga yang sudah sejak lama terlacak jejak tradisi emasnya di olahraga Indonesia, malah tidak diprioritaskan dalam Desain Besar Olahraga Nasional? Apa salahnya? Termasuk juga Sekolah Olahraga di Ragunan yang selama ini melahirkan banyak olahragawan dan petenis nasional pun, dibubarkan?

Tenis bukan jenis olahraga yang sekadar mencari kemenangan, mencari medali, dan mengejar emas habis perkara. Akan tetapi cabang olahraga yang memiliki nilai edukatif tinggi. Salah satunya, bahwa untuk menonton tenis pun, orang perlu belajar bagaimana menghitung skornya yang unik itu, aturan ketat permainan, dan berbagai teknik permainan yang hampir semuanya mempunyai nama julukan khas. Ada tie break, ada deuce, ada ace, double fault, Grand Slam....

Seperti ketika pasangan Gading Marten dan Wulan Guritno menghadapi Dion Wiyoko dan Enzy Storia. Penonton pun belajar cara menghitung tenis. Karena skor diperagakan, serta diucapkan dalam bahasa Inggris oleh wasitnya. Bahwa skor tenis itu tidak seperti bulu tangkis, dapet poin angkanya langsung urut, 1, 2, 3. Tetapi skor tenis pertama itu 15, trus 30, trus 40, baru game. 

Dan bagaimana repotnya melakukan pukulan servis, kudu masuk "bidang servis" yang letaknya diagonal. Servis kudu masuk kotak servis. Tidak jarang, Gading Marten ataupun Dion Wiyoko melakukan double fault atau salah ganda dalam servis, karena pukulan servisnya nggak masuk bidang servis.

"Pegang raket pun baru empat kali...," seloroh Dion Wiyoko, ketika ditanya pewawancara di ruang ganti sebelum tampil bermain. 

Tidak mudah untuk melakukan pukulan dasar sekalipun. Jangankan memukul. Bahkan untuk memegang raket pun tidak asal pegang raket. Akan terlihat, setiap pemain memiliki kecenderugan memegang dengan teknik apa? Teknik Continental (Shake hand Grip) alias memegang ujung gagang raket seperti orang bersalaman. Atau Western Grip alias Geblek Kasur. Persis seperti kalau kita memegang geblek kasur saat memegang handel raket.

Memukul pun tidak langsung bisa seperti menepok bulu tangkis. Seseorang harus belajar pukulan demi pukulan, agar bola tenis itu bisa ditepok, dan mantul dari raketnya. 

Kalau baru pertama pegang raket, memukul bola pasti meleset. Setiap orang yang mau main tenis  harus belajar merasakan, bagaimana memukul agar bola melenting dari "sweet spot" raket, agar lentingan maksimal. Bagaimana berjenis pukulan bisa lahir dari forehand saja, ada flat (polos), ada back slice alias memancung bola yang tentu saja bola sedikit melintir, atau pun top spin sehingga bola tidak hanya melesat dari raket, akan tetapi juga berputar lantaran kena spin, alias puntiran atas.

Bermain tenis itu sungguh melatih seseorang untuk berkarakter baik di lapangan. Kudu tertib memukul, kudu disiplin berlatih, dan yang pasti jika sudah menguasai teknik-teknik itu secara otomatis... bisa menampilkan permainan yang menawan. Lantaran, orang memahami, betapa tidak mudah untuk memukul bola tenis secara bagus. Apalagi, bisa mematikan lawan seperti para petenis profesional dunia seperti Federer, Nadal, Djokovic.

Raffi Ahmad dkk waktu kesempatan coaching clinics bersama Yayuk Basuki sebelum show di Senayan kemaren, Vindes Sport membagi-bagikan raket tenis kepada khalayak. Ini menurut Yayuk Basuki sungguh ikut membangkitkan minat tenis, tidak hanya di kalangan olahragawan, akan tetapi untuk kalangan umum. Kata Yayuk, apa yang dilakukan Vindes Sport ini sudah lebih dari sekadar ikut menggairahkan olahraga tenis di kalangan yang bukan siapa-siapa.

Apalagi,  selain itu perusahaan raksasa Rans Entertainment milik artis Raffi Ahmad ini, kini tidak hanya membina dan memiliki klub sepak bola di Banten. Akan tetapi juga kini mulai merambah, menyeponsori tenis. 

Nah. Apakah pemerintah tidak tergerak untuk merevisi pandangannya, bahwa cabang olahraga tenis tidak termasuk prioritas dalam Desain Besar Olahraga Nasional? *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun