Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Dari Iwan Robianto Menjadi Vivian Rubianti

17 Februari 2022   11:00 Diperbarui: 17 Februari 2022   15:15 6809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Menurut pendapat saya, itu boleh..," kata Buya Hamka, pada Azkarmin Zaini. Buya mengakui, hal seperti itu baru timbul setelah Perang Dunia. "Zaman sebelum perang, soal seperti itu belum ada. 

Kalau mau dicari hukumnya dalam Al Qur'an atau Fiqih manapun juga, jelas tidak ada,"  Namun Buya menjelaskan, bahwa pendapatnya itu didasarkan pada Ij'tihad. 

"Yang asal, yaitu Al Qur'an dan Hadist, sudah tidak ada tambahan lagi. Tetapi persoalan-persoalan dan problem-problem masyarakat selau bertambah macam-macam. Sebab itu, Islam memberi kelapangan pada yang ahli, untuk mengembangkan pendapat mereka. 

Itu namanya Ij'tihad," kata Buya Hamka, pada Azkarmin Zaini. Mengenai hal "mengubah kelamin" itu sendiri, ulama senior itu katakan, "Pokoknya kalau seseorang merasa ada muslihat, faedah, manfaat bagi dirinya sendiri dengan merubah kelaminnya, maka hal itu boleh dilakukan," kata Buya Hamka pula.

Buya Hamka katakan, di Indonesia kondisi lelaki seperti itu dikenali sebagai sebutan banci atau wadam (wanita Adam). 

"Di Malaysia disebutnya jantina, jantan-betina. Dalam bahasa Arab, khuntaa. Pendek kata orang yang tidak tahu kemana mau masuk: laki-laki tidak, perempuan juga tidak. Orang seperti ini, mungkin mengalami banyak tekanan jiwa. Sering diejek orang, hingga jiwanya kacau balau. Namanya dia lelaki, tetapi sifat pembawaannya perempuan. Jiwanya pun wanita. Zaman sekarang sudah ada operasi yang membuat dia lepas dari tekanan jiwa. Maka, kalau dia kemudian menjalani operasi merubah kelaminnya. Itu boleh!" kata Buya Hamka pula.

Itu kisah tentang Iwan Robianto Iskandar, yang memutuskan dirinya menjadi Vivian Rubianti yang hangat jadi perbincangan tak hanya nasional, akan tetapi juga di dunia internasional pada tahun 1973. 

Bahkan Vivian pun beberapa waktu kemudian dipatungkan di sebuah museum seks di Belanda, sebagai tokoh transgender yang menjadi salah satu tonggak sejarah pada masanya. 

Kini? Mendiang Dorce Gamalama yang dulunya terlahir sebagai Dedi Yuliardi Ashadi, juga merupakan tokoh transgender di Indonesia pada masanya. Dorce meninggal Rabu lalu 16 Februari 2022... *

(JIMMY S HARIANTO, dari berbagai kliping Kompas tahun 1973).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun