Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Jakob Oetama dan Olahraga

10 Oktober 2020   08:32 Diperbarui: 10 Oktober 2020   16:58 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Jimmy S Harianto/dokumentasi Kompas

Kedekatan pak Jakob Oetama dengan dunia olahraga tidak hanya tercermin dalam tulisan-tulisan Tajuk Rencana beliau pada saat berlangsung event-event olahraga besar di panggung nasional, akan tetapi juga di lingkungan kerja Kompas Gramedia sendiri.

Saya menyaksikan sendiri pada saat menjadi wartawan olahraga Kompas pada rentang waktu 1982 sampai 1987, menjadi Redaktur Olahraga Kompas 1987 sampai 1993, serta tahun 1990an pernah dipercaya mengurusi Porka (Persatuan Olahraga Karyawan) seksi Tenis di Lingkungan Kompas Gramedia.

Setiap ada event olahraga besar, Pak Jakob selalu mengajak bicara di desk kami, Desk Olahraga Kompas. Entah itu pada saat tengah berlangsung pesta olahraga SEA Games, Asian Games, bahkan Olimpiade. Bukan untuk sekadar tahu, untuk bahan tulisan beliau di Tajuk Rencana pada momen-momen berharga bagi Indonesia. Tetapi juga memberi masukan pada kami, apa saja yang kiranya menarik untuk ditulis selama berlangsung event tersebut.

Kedekatan Pak Jakob dengan dunia olahraga di lingkungan Kompas Gramedia, juga jelas terlihat tidak hanya melalui pesta olahraga karyawan, (Jumat ini pimpinan Kompas Pak Lilik Oetama menutup Piala Jakob Oetama atau Utama Cup, khusus E-Sports, E-Games karena situasi pandemi) akan tetapi juga tercermin dari peristiwa olahraga lain yang terjadi pada masa lalu.

Saya ingat persis, ketika itu Kompas merayakan ulang tahunnya yang ke-25 tahun 1990. Kami dari Porka Tenis Kompas berinisiatif menggelar turnamen tenis Eksekutif yang dilangsungkan antara para Menteri Kabinet Pembangunan di masa Presiden Soeharto, dengan para pejabat, redaktur dan wartawan Kompas. Karena Kompas belum memiliki lapangan tenis yang representatif selain lapangan tenis dari semen di dekat Pasar Palmerah, maka kami pun berinisiatif menyewa lapangan di Kintamani Garden di Hotel Borodudur di Jakarta Pusat. 

Foto Jimmy S Harianto/dokumentasi Kompas
Foto Jimmy S Harianto/dokumentasi Kompas
Selain suasananya representatif, lapangan tenisnya nyaman waktu itu, juga untuk para eksekutif, para menteri Kabinet Pembangunan yang ikut bertanding, mendapat tempat parkir luas.

Waktu itu (Juni 1990), Mensesneg Moerdiono sangat antusias bermain tenis, karena beliau adalah juga ketua Pengurus Besar Tenis Seluruh Indonesia atau PB Pelti. Dan tidak hanya Mensesneg Moerdiono yang ikut dalam turnamen tenis Eksekutif yang diselenggarakan dalam rangka peringatan 25 tahun Kompas tahun 1990 di Lapangan Tenis Kintamani Garden Hotel Borobudur Jakarta Pusat. 

Akan tetapi juga ada Menteri Pemuda dan Olahraga Akbar Tanjung, Menteri Perumahan Rakyat Siswono Yudohusodo, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Sarwono Kusumaatmadja, ada juga Dirjen Imigrasi Ronny Sikap Sinuraya dan juga diplomat negara asing.

Pada kesempatan itu, pak Jakob membuka turnamen tenis dengan mengayunkan pukulan pertama dengan raket tenisnya. Pada saat menyaksikan pertandingan para menteri di lapangan, Pak Jakob berbisik pada saya: "Mas apa kita tidak punya lapangan tenis sendiri ya?"

Saya katakan, ada pak. Tetapi tidak representatif, selain lapangan tenis semen seadanya, juga letaknya di dekat Pasar Palmerah, tempat parkirnya sempit, tempat ganti pakaian juga seadanya. Pak Jakob berbisik lagi, apa kita perlu bikin lapangan tenis sendiri?

Saya jawab, bagus juga pak. Bagus untuk kesempatan melobi pejabat, yang umumnya suka bermain tenis. Termasuk di antaranya, Mensesneg Moerdiono, Menpan Sarwono, juga Menpera Siswono. Pak Jakob pun bertanya, kira-kira kalau kita membuat, lokasinya dimana?

Saya lalu sodorkan beberapa usulan kalangan teman petenis Kompas, bahwa di belakang tempat parkir Gedung Kompas Gramedia di Palmerah Selatan ada bidang luas dekat kali, sering kebanjiran pada musim hujan. Tetapi kalau diuruk, bisa dibuat lapangan tenis tertutup yang keren.

"Baiklah mas, coba bikin proposalnya, nanti saya bacanya...," kata Pak Jakob. Kesempatan emas untuk punya lapangan tenis sendiri yang representatif bagi Kompas ini tentunya tidak saya sia-siakan. Saya bersama teman-teman Porka Tenis, dan bahkan tim dari bagian Bangunan di Gramedia, memberi masukan untuk penyusunan anggaran, yang saya katakan pada pak Jakob "cukup mahal pak" bisa mencapai sekitar 1 milyar rupiah pada tahun 1990 itu.

Saya bahkan usul, Kompas membikin lapangan tertutup dengan lapangan hardcourt yang khusus. Bukan dari semen, akan tetapi dari permukaan Granit. 

Permukaan yang ideal untuk lapangan tenis perkantoran. Akan repot jika memakai permukaan keras akan tetapi sintetik seperti lapangan-lapangan tenis di hotel-hotel ataupun di turnamen internasional di luar negeri. 

Selain biaya mahal, juga pemeliharaannya tidak mudah. Lapangan granit ini, harus dibikin oleh ahlinya, karena granit tidak bisa disambung-sambung, akan tetapi harus satu kali cor nonstop. 

Komposisi granitnya pun khusus, granit dari daerah Ponorogo, Jawa Timur. Ahli pembikin lapangan granit, waktu itu saya sodorkan mantan petenis nasional, Hadi Wiyono dan Ludi Wiyono yang setelah pensiun bermain tenis mereka menjalankan usaha membikin lapangan tenis granit.

Proyek lapangan tenis ini berlangsung cukup lama, karena harus didahului dengan pengurukan lahan pinggir kali Grogol yang memotong halaman belakang gedung Kompas Gramedia, setinggi sekitar satu meter dari permukaan aslinya. Baru kemudian dibangun lapangan indoor tenis terbuat dari bahan granit.

Pak Jakob Oetama dan sejumlah Menteri Kabinet Pembangunan (1990) di antaranya Mensesneg Moerdiono, di pinggir lapangan tenis Kintamani Garden di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat. Waktu itu Kompas menggelar turnamen tenis Eksekutif, di antara para menteri dan pejabat lain, dalam rangka Ulang Tahun Kompas ke-25 pada Juni 1990. (Foto Jimmy S Harianto/dokumentasi Kompas)
Pak Jakob Oetama dan sejumlah Menteri Kabinet Pembangunan (1990) di antaranya Mensesneg Moerdiono, di pinggir lapangan tenis Kintamani Garden di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat. Waktu itu Kompas menggelar turnamen tenis Eksekutif, di antara para menteri dan pejabat lain, dalam rangka Ulang Tahun Kompas ke-25 pada Juni 1990. (Foto Jimmy S Harianto/dokumentasi Kompas)
Lapangan yang megah di belakang Parkiran Kompas ini akhirnya bisa dijadikan tempat pertandingan yang bergengsi, pada sepuluh tahun kemudian. Yakni pada peringatan HUT Kompas yang ke-35 dengan digelarnya turnamen Tenis Antarmedia pada HUT Kompas ke-35 tahun. Turnamen dimeriahkan oleh enam tim media plus satu kedutaan, terdiri dari tim tenis Kompas, Gatra, SCTV, RCTI, TVRI, Mingguan Bola, Media Indonesia dan Kedutaan Besar Korea.

Tentang kejuaraan olahraga Oetama Cup, atau Piala Jakob Oetama, yang kini malah dilangsungkan E-Sport di antaranya Mobile Agent, Pub G olahraga elektronik masa kini, juga memiliki kisah cukup panjang.

Turnamen olahraga paling awal di Kompas Gramedia, adalah turnamen tenis antar karyawan yang kami juluki waktu itu Swantoro Cup. Turnamen tenis antar karyawan Kompas Gramedia pada tahun 1980-an ini menyediakan hadiah berupa sedikit uang saku serta sebuah piala -- katakanlah -- "duplikat" (pura-pura) seperti kejuaraan tenis beregu dunia Piala Davis. 

Karena sponsor pertamanya dari uang wartawan senior pak Swantoro, maka kejuaraan pada 1980-an itu kami sebut, Piala Swantoro. Tim tenis pemenang, diukir nama timnya di piala, seperti layaknya turnamen-turnamen tenis di luar negeri...

Demikian pula pada 1990-an ketika digelar August Games, pekan olahraga berbagai cabang antar karyawan Kompas Gramedia. Karena sponsornya wartawan senior Pak August Parengkuan (almarhum pernah jadi Dubes Italia di Roma), dan digelarnya setiap bulan Agustus, maka disebutlah August Games.

Pada perkembangannya, tahun 2000-an, turnamen olahraga antarkaryawan Kompas Gramedia ini disebut sebagai Oetama Cup atau Piala Jakob Oetama sebagai kehormatan untuk pendiri Kompas Pak Jakob Oetama, sampai sekarang.

Nah, kalau mau ditelusuri lagi kedekatan dengan pak Jakob dengan olahraga, juga bisa dicari dari pembangunan lapangan futsal di belakang parkiran, tak jauh dari lapangan indoor Kompas. Juga tentunya, seizin pendiri Kompas Gramedia ini. 

Juga fasilitas-fasilitas olahraga di lingkungan Kompas Gramedia. Fasilitas-fasilitas tersebut sampai kini masih bertahan. Pada kesempatan tertentu, seperti pesta olahraga karyawan Agustusan August Games, dan kini karena sedang dalam situasi pandemi -- pekan olahraga elektronik, e-sport, games olahraga Piala Oetama 2020 yang berakhir Jumat (09/10/2020) setelah kurang lebih sebulan berlangsung.... *

Jimmy S Harianto (Wartawan Olahraga Kompas 1982-1987, Redaktur Olahraga Kompas 1987-1993, tinggal di Jakarta)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun