Saya lalu sodorkan beberapa usulan kalangan teman petenis Kompas, bahwa di belakang tempat parkir Gedung Kompas Gramedia di Palmerah Selatan ada bidang luas dekat kali, sering kebanjiran pada musim hujan. Tetapi kalau diuruk, bisa dibuat lapangan tenis tertutup yang keren.
"Baiklah mas, coba bikin proposalnya, nanti saya bacanya...," kata Pak Jakob. Kesempatan emas untuk punya lapangan tenis sendiri yang representatif bagi Kompas ini tentunya tidak saya sia-siakan. Saya bersama teman-teman Porka Tenis, dan bahkan tim dari bagian Bangunan di Gramedia, memberi masukan untuk penyusunan anggaran, yang saya katakan pada pak Jakob "cukup mahal pak" bisa mencapai sekitar 1 milyar rupiah pada tahun 1990 itu.
Saya bahkan usul, Kompas membikin lapangan tertutup dengan lapangan hardcourt yang khusus. Bukan dari semen, akan tetapi dari permukaan Granit.Â
Permukaan yang ideal untuk lapangan tenis perkantoran. Akan repot jika memakai permukaan keras akan tetapi sintetik seperti lapangan-lapangan tenis di hotel-hotel ataupun di turnamen internasional di luar negeri.Â
Selain biaya mahal, juga pemeliharaannya tidak mudah. Lapangan granit ini, harus dibikin oleh ahlinya, karena granit tidak bisa disambung-sambung, akan tetapi harus satu kali cor nonstop.Â
Komposisi granitnya pun khusus, granit dari daerah Ponorogo, Jawa Timur. Ahli pembikin lapangan granit, waktu itu saya sodorkan mantan petenis nasional, Hadi Wiyono dan Ludi Wiyono yang setelah pensiun bermain tenis mereka menjalankan usaha membikin lapangan tenis granit.
Proyek lapangan tenis ini berlangsung cukup lama, karena harus didahului dengan pengurukan lahan pinggir kali Grogol yang memotong halaman belakang gedung Kompas Gramedia, setinggi sekitar satu meter dari permukaan aslinya. Baru kemudian dibangun lapangan indoor tenis terbuat dari bahan granit.
Tentang kejuaraan olahraga Oetama Cup, atau Piala Jakob Oetama, yang kini malah dilangsungkan E-Sport di antaranya Mobile Agent, Pub G olahraga elektronik masa kini, juga memiliki kisah cukup panjang.
Turnamen olahraga paling awal di Kompas Gramedia, adalah turnamen tenis antar karyawan yang kami juluki waktu itu Swantoro Cup. Turnamen tenis antar karyawan Kompas Gramedia pada tahun 1980-an ini menyediakan hadiah berupa sedikit uang saku serta sebuah piala -- katakanlah -- "duplikat" (pura-pura) seperti kejuaraan tenis beregu dunia Piala Davis.Â
Karena sponsor pertamanya dari uang wartawan senior pak Swantoro, maka kejuaraan pada 1980-an itu kami sebut, Piala Swantoro. Tim tenis pemenang, diukir nama timnya di piala, seperti layaknya turnamen-turnamen tenis di luar negeri...