Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kisah Keris Jenderal Sudirman

20 September 2020   05:10 Diperbarui: 22 September 2020   21:05 6590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Arsip Nasional RI via KOMPAS.com

Memperoleh pendidikan formal Belanda untuk pribumi, Hollandsch Inlandsche School (HIS, setingkat Sekolah Dasar) pada usia 7 tahun pada 1923.

Selain dikenal rajin di sekolah serta pandai, Sudirman juga menjadi bintang lapangan sepak bola serta dijuluki Kiaine karena alimnya.

Namun, kecelakaan kecil di lapangan sepak bola, sempat terkilir kakinya, menurut tutur anaknya Mohammad Teguh Bambang Tjahjadi (63, tahun 2012 itu), sehingga kakinya cacat. Karena kaki cacat itu, sebenarnya ia pesimis menjadi tentara.

Namun ternyata dalam pemilihan pemimpin tertinggi Tentara Keamanan Rakyat Angkatan Perang Republik Indonesia, ternyata ia malah mampu terpilih sebagai Panglima. Mengalahkan calon kuat lainnya, di antaranya Oerip Soemohardjo.

Sudirman sempat mendapatkan pendidikan militer pertamanya dari Jepang. Ia direkrut pemerintah negeri matahari terbit itu pada usia 25 tahun. Setahun menempa pendidikan kemiliteran, Soedirman pun mendapatkan tugas besar pertamanya.

Pada 3 Oktober 1943, pemerintah Jepang mengeluarkan Osamu Seirei Nomor 44 Tahun 2603 (1944) tentang Pembentukan Pasukan Sukarela untuk Membela Tanah Jawa. Penguasa Karesidenan Banyumas mengusulkan Soedirman ikut bergabung.

Nugroho Notosusanto dalam buku Tentara PETA pada Jaman Pendudukan Jepang di Indonesia, mengatakan hampir semua daidanchodan chudancho dibujuk secara pribadi oleh Beppan.

Daidancho kebanyakan direkrut dari tokoh masyarakat, seperti guru, tokoh agama Islam, dan pegawai pemerintah. Sudirman kemudian masuk Peta angkatan kedua sebagai calon daidancho.

Meski dibesarkan di kalangan Muhammadiyah, namun Sudirman dikenal suka kejawen dan ikut dalam perguruan aliran kejawen Sumarah di Banyumas.

Dan ketika suatu ketika ia mengajar, jadi guru di Banyumas, Sudirman dikenal kalau mengajar sering memakai kisah pewayangan pada murid-muridnya.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun