Tulisannya dimuat lengkap, dibingkai di Halaman Satu. Sadikin mengatakan, "Kompas tidak hanya besar dalam hal oplag, akan tetapi juga pengaruhnya...," Kompas , menurut tajuk Jakob Oetama, tirasnya mencapai 205.000 eksemplar, terbesar di Indonesia saat itu, separuh oplah saat ini.
Berita utama pada hari ulang tahun Kompas ke-10 saat itu, selain preview pertandingan tinju akbar, antara Muhammad Ali dari AS vs Joe Bugner dari Inggris di arena tinju Kuala Lumpur, Malaysia pada 1 Juli 1975. Juga berita ancaman diktator Uganda, Idi Amin, pada Inggris agar menghentikan kampanye anti dirinya.
Kalau tidak mau 700 warga Inggris di Uganda akan "mengalami nasib buruk lebih dari Dennis Hills". Hills adalah dosen Inggris yang tengah diadili di Uganda karena dinilai menyebarkan ajaran kebencian di Uganda terhadap Idi Amin.
Halaman utama Kompas hari itu juga dihiasi tulisan bersambung yang ke-6, tulisan penghabisan wartawati Threes Nio (alm), yang menuliskan pengalamannya mengunjungi pangkalan militer AS di Filipina, Subic dan Clark. Serta Pulau Grande di Filipina, tempat ribuan pengungsi perang Vietnam dan Kamboja yang terdampar dan sebagian ditampung di sana.
Ketika Kompas merayakan peringatan ulang tahunnya yang ke-10 tahun 1975 itu, saya baru sebulan diangkat jadi wartawan Kompas. Masih wartawan anyar gres, dan dalam posisi kudu bersedia digojlok oleh para senior sebagai karyawan baru.
Memperingati ulang tahun ke-10 nya pada 1975 itu, Kompas menggelar pameran Koleksi Lukisan Kompas (PK Ojong yang penggemar seni, seperti lukisan serta koleksi keramik kuno) karya para maestro Indonesia seperti Affandi, Soedjojono.
Dibarengkan acara Pameran "Indonesia dalam 250 Foto Kompas" yang dikordinasi oleh fotografer top Kompas waktu itu, Kartono Ryadi di Taman Ismail Marzuki, Cikini Jakarta Pusat.
Ketika pameran dibuka oleh Menteri Penerangan Mashuri SH di Taman Ismail Marzuki, pada 25 Juni 1975, sejumlah senior Rustam Affandi dan kawan-kawan lainnya memelonco saya dari pojok ruang pameran.
"Kamu mesti mewawancara Pak Ojong (pemimpin umum Kompas) kalau nggak, kamu nggak jadi diangkat...," kata Rustam Affandi, Redaktur Malam Kompas waktu itu.
Baru sebulan diangkat, mau dicabut lagi? Saya pun gencar mewawancarai pak Ojong di ruang pameran. Pak Ojong bersemangat menjawab, pertanyaan "wartawan muda" yang belum dikenalnya ini. Panjang lebar. Setelah itu, Ojong pun bertanya.
"You dari media mana?" tanya Ojong. "Dari Kompas pak....," kata saya pada pak Ojong. Pak Ojong langsung melengos, dikira wartawan media lain, ia pun berpaling meninggalkan saya ketika tahu saya ternyata dari Kompas...