Mohon tunggu...
Jimmy H Siahaan
Jimmy H Siahaan Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi

Dosen

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dari Perang ke Abad Asia

13 November 2024   19:07 Diperbarui: 17 November 2024   14:48 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di awal PD II,  Jepang memakai slogan  "Pemimpin Asia", "Pelindung Asia" dan "Cahaya Asia".

Dikutip dari situs resmi Cambridge University, Perang Pasifik dimulai ketika Angkatan Laut Jepang melancarkan serangan mendadak terhadap Armada Pasifik Amerika di Pearl Harbor di Hawaii pada 1941.

Serangan ini mengejutkan sebagian besar orang Amerika dan keesokan harinya Presiden Roosevelt meminta Kongres untuk mendeklarasikan perang terhadap Jepang.

Pada Februari 1942, Jepang berhasil menginvasi dan menaklukkan Singapura, yang saat itu merupakan pangkalan militer utama Inggris di Asia Tenggara. Peristiwa itu menjadi penyerahan terbesar personel militer Inggris yang dianggap sebagai bencana.

Akan tetapi, pasca invasi tersebut, terjadi Pertempuran Midway pada Juni 1942, yaitu kekalahan besar pertama Angkatan Laut Kekaisaran Jepang oleh pasukan Amerika.

Usai Pertempuran Midway, dilanjut dengan serangan besar pertama sekutu terhadap jepang pada Pertempuran Guadalcanal di Kepulauan Solomon sekitar Agustus 1942 sampai Februari 1943.

Kemenangan pasukan sekutu menandai berakhirnya ekspansi Jepang dan awal peralihan Jepang ke operasi defensif.

Perang pasifik disebabkan oleh militer AS yang datang ke kawasan Pasifik untuk merebut kembali pangkalan angkatan laut dan udara satu demi satu dan perlahan mendekati Jepang untuk mewujudkan invasi.

Pangkalan yang tidak dapat direbut, akan diabaikan dan dilewati. Sebagian besar pertempuran di Pasifik, termasuk Tarawa, Saipan, Guam, Laut Filipina, dan Peleliu adalah bagian dari strategi 'Island Hopping' ini.

Kemudian pada tahun 1944 terjadi Pertempuran Leyte, yaitu pertempuran untuk merampas pasokan minyak Jepang. Leyte menjadi pertempuran laut terbesar pada Perang Dunia Kedua. Akibat pertempuran ini, Jepang menderita kerugian besar dan kekurangan bahan bakar selama sisa perang Pasifik.

Setelah Pertempuran Leyte, terjadi pembebasan Mania yang menjadi bagian dari kampanye Filipina dan tempat terjadinya pertempuran perkotaan terburuk dalam perang Pasifik.

Pertempuran ini berlangsung selama satu bulan dari Februari hingga Maret 1945. Perang ini menandai berakhirnya pendudukan Jepang di Filipina.

Antara tahun 1944 dan 1945 ini, terjadi kelaparan di utara Vietnam, sekitar Hanoi, yang menewaskan satu juta orang. Lebih dari dua juta orang tewas di Jawa.

Sudah ditimpa kelaparan, penduduk di Asia Tenggara masih harus menghadapi kerja paksa. Salah satu yang dibangun pada kerja paksa adalah Kereta Api Thailand-Burma, melintasi medan yang sulit dan hutan malaria.

Kerja paksa ini dilakukan oleh tawanan perang Inggris dan Persemakmuran serta orang-orang Asia Tenggara. Akibat kerja paksa tersebut, 86.000 orang meninggal, sekitar 573 orang meninggal di setiap kilometer jalur kereta api.

Hampir seluruh penduduk di Asia Tenggara yang berjumlah 145 juta mengalami kekurangan gizi dan seringkali dalam kondisi akut.

Tak berhenti di sini, yang terjadi di Perang Dunia II, menjadi masa kelam bagi perempuan-perempuan di Asia Tenggara. Sebanyak 20.000 perempuan Asia Tenggara dipaksa masuk ke pos-pos kenyamanan Angkatan Darat dan Laut.

Prostitusi semakin merajalela, dibarengi dengan aksi perjudian. Kedai kopi dan restoran mengiklankan produk mereka dengan remaja putri sebagai 'pelayan'. Sejumlah perempuan tidak memiliki pilihan selain menjadi 'pelayan' biasa untuk menghidupi keluarga.

Setelah Perang Dunia II berakhir, Asia mengalami beberapa peristiwa, di antaranya: Dekolonisasi Asia: Kekuatan kolonial Eropa melemah secara signifikan, sehingga Asia secara bertahap mengalami dekolonisasi.
 
Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya: Setelah Jepang menyerah, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.
 
Perang Saudara Tiongkok kembali berlanjut setelah Perang Dunia II berakhir.
 
Perang Indochina Pertama terjadi setelah Perang Dunia II berakhir.
 
Perang Korea terjadi setelah Perang Dunia II berakhir.
 
Perang Dunia II berakhir setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada Amerika Serikat pada 14 dan 15 Agustus 1945. Penyerahan Jepang ini terjadi setelah Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.
 
Demikian Perang Pasifik dan seluruh PD II berakhir dengan penyerahan tanpa syarat Jepang kepada AS.

Perang Dunia II memberikan dampak yang besar pada perkembangan ekonomi dunia, termasuk di Asia, di antaranya:

Jepang: Perang Dunia II menghapus keuntungan yang diperoleh Jepang sejak tahun 1868. Sekitar 40% pabrik dan infrastruktur industri Jepang hancur. Namun, Jepang berhasil bangkit dengan memperbarui pabrik-pabriknya dengan mesin-mesin modern. Pada era 1950-an, ekonomi Jepang mengalami kemajuan pesat.
 Amerika Serikat muncul sebagai negara kreditor (Marshal Plan) setelah Perang Dunia II.  

Jerman dan Jepang tumbuh menjadi negara industri setelah Perang Dunia II.
 
Perang Dunia II juga menyebabkan kekacauan pada perekonomian dunia. Perang seringkali menyebabkan inflasi, karena pengeluaran pemerintah yang besar untuk membiayai perang. Hal ini menyebabkan harga barang dan jasa naik, sehingga menurunkan daya beli masyarakat dan meningkatkan biaya hidup.
 
Pada era 1950-an, ekonomi Jepang mengalami kemajuan yang pesat. Lebih dari sepuluh tahun setelah itu, rata-rata tingkat pertumbuhan mencapai kurang lebih 10%.

Japan menjadi primadona Asia, bahkan dijulukkan,  sebagai negara  "the economic animal"

Selama tahun 80 an melakukan pekerjaan primier dan sekunder (pada bidang pertanian, manufakturing, dan pertambangan)

Disamping mengembangkan bidang telekomunikasi dan komputerisasi . Tehnology Informasi ( IA) menjadi sumber penting dan untuk diproduksi, sebagai pusat kemakmuran dan kekuatan Jepang.

Hingga paruh pertama tahun 1990-an, produk domestik bruto (PDB) riil Benua Eropa dan Benua Amerika masih lebih besar ketimbang Benua Asia. Namun, pertumbuhan pesat yang berkelanjutan di negara-negara Asia pasca Perang Dunia II---seraya negara-negara Eropa dan Amerika cenderung mengalami perlambatan pertumbuhan---membuat pangsa Asia terus naik sampai akhirnya mengalahkan Eropa pada pertengahan 1990-an dan melampaui Amerika pada awal tahun 2000-an. Kini, kekuatan Asia telah jauh melampaui Eropa maupun Amerika, masing-masing sekitar 45 persen, 23 persen, dan 27 persen. Peranan Benua Afrika praktis tidak mengalami perubahan dalam setengah abad terakhir, yakni hanya sekitar 5 persen. (Faisal Basri, pergeseran kekuatan ekonomi dunia, faisal basri, com)

Berdasarkan PDB menurut paritas daya beli (Gross Domestic Product/GDP based on purchasing power parity/PPP) tahun 2013 versi Bank Dunia, empat negara Asia bertengger di jajaran sepuluh besar dunia, masing-masing China di posisi ke-2, India dan Jepang di posisi ke-3 dan ke-4, serta Indonesia di urutan ke-9. Benua Amerika hanya diwakili oleh dua negara yaitu Amerika Serikat di posisi puncak dan Brazil ke-7. Sisanya adalah empat negara Eropa, yaitu Jerman (ke-5), Rusia (ke-6), serta Prancis (ke-8) dan Inggris (ke-10). Pada tahun 2014, China menyusul Amerika Serikat sehingga berada di posisi puncak, sedangkan Indonesia naik satu peringkat (ke-8) menyusul Prancis.

Asia juga unggul sebagai negara pengekspor. Dari 30 top exporters dunia, Asia menempatkan sepuluh negara. China lagi-lagi menjadi jawaranya. Posisi puncak sudah dinikmati China sejak tahun 2009, menggantikan posisi Jerman yang sebelumnya selalu di posisi pertama. Sembilan negara Asia lainnya adalah Jepang (ke-4), Korea (ke-7), Hong Kong (ke-9), Singapura (ke-14), India (ke-19), Taiwan (ke-20), Thailand (ke-24), Malaysia (ke-25), dan Indonesia (ke-27). Posisi Indonesia tahun 2013 naik empat peringkat dari tahun 2008. Kesepuluh negara Asia itu menguasai 30,2 persen ekspor dunia pada tahun 2013, meningkat dari 26,7 persen pada tahun 2008.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, bahkan tertinggi di dunia serta keterbukaan kebanyakan negara Asia membuat impor mereka pun naik pesat. Semua kawasan di dunia semakin membidik pasar Asia yang menjanjikan. Impor Asia meningkat dari 26,4 persen pada tahun 2008 menjadi 32,2 persen pada tahun 2013.

Tak heran jika Asia-Pasifik menjadi mesin utama perdagangan dunia. Perdagangan Trans-Pasifik tumbuh pesat mengalahkan perdagangan Trans-Atlantik. Hal ini antara lain terlihat dari nilai perdagangan antara Amerika Serikat dengan Asia-Pasifik yang sejak tahun 1980-an telah melampaui perdagangan Amerika Serikat dengan Eropa.Tidak berlebihan muncul julukan abad ini merupakan "Abad Asia".

Tak pelak lagi, Asia semakin solid sebagai kesatuan kawasan sebagaimana terbukti dari porsi perdagangan intra-Asia yang meningkat konsisten sejak akhir 1990-an dan sebaliknya perdagangan Asia dengan Amerika Serikat dan Eropa turun sangat tajam dari sekitar 37 persen di akhir 1990-an menjadi hanya 23 persen pada tahun 2012.

Peranan Asia yang kian meningkat dalam percaturan ekonomi dunia membuat kawasan ini akan semakin menjadi tulang punggung utama perekonomian dunia. Pada tahun 2015 sumbangan Asia baru mencapai sekitar 34 persen dalam PDB dunia (World GDP). Pada tahun 2030 diproyeksikan naik menjadi 40 persen dan pada tahun 2050 peranannya akan lebih dari separuh PDB dunia.

Prospek yang cukup menjanjikan itu mendorong arus masuk penanaman modal asing langsung (foreign direct investment inflows). Dari 778 miliar dollar AS penanaman modal asing langsung yang mengalir ke negara berkembang, sebanyak 426 miliar dollar AS atau 55 persen menuju Asia. Asia Timur dan Asia Tenggara merupakan tujuan investasi yang palingh menarik dengan menyerap sebesar 347 miliar dollar AS atau 81 persen dari keseluruhan penanaman modal asing langsung di Asia.

"Abad Asia" , adalah sudah menjadi kenyataan riel. Sebutan "The economic Animal" berpindah ke China.

Presiden Xie berambisi 2049, China menjadi pemenang juara dunia dalam bidang ekonomi.
Dunia sedang mengalami perubahan besar yang belum pernah terjadi dalam satu abad, saat ini adalah waktu dan momentum berada di pihak kita. Disinilah kekuatan dan semangat kita berada, dan disinilah tekad dan keyakinan kita berada, Xi Jinping, mengucapkan dibulan Januari 2021.

 "Dunia lama sedang sekarat, dan dunia baru berjuang untuk dilahirkan" demikian Antonio Gramsci.

Kini adalah "Abad Asia" : dari perang yang sekarat melahirkan kemakmuran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun