Mohon tunggu...
Jimmy H Siahaan
Jimmy H Siahaan Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi

Dosen

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi: Raja dan Matahari

20 Oktober 2024   08:55 Diperbarui: 20 Oktober 2024   09:09 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*JIMMY H SIAHAAN*

Mulyono adalah nama asli kelahiran, berubah menjadi Mukidi, Pak Eko, Pinokio dan Petruk.

Cerita  pernah menjadi perguncingan "Petruk Dadi Raja". Sang Petruk punakawan ini mempunyai sifat khusus yakni penuh "rasa".

Dalam Krisis Kebudayaan ( Kuntowijoyo), Kesenjangan antara kesadaran dan perilaku berusaha mengingatkan kita bahwa "Ratu Adil"  bukanlah orang, melainkan sistem.

Petruk sendiri, membuat adanya ke-seimbangan, nyatanya memerintah dengan baik dan penuh pesona pencitraan, namun pada akhirnya membuat kekonyolan.
Petruk Ilang Petlele (Petruk kehilangan Kapak

Tahun 2012, terbit sebuah buku berjudul "Why Nations Fail" ( Mengapa Negara Gagal), pengarang Daron Acemoglu, James A.Robinson.

Saat itu Joko Widodo adalah Gubernur DKI. Berambisi ikut Pemilu 2014.  Keluar sebuah pernyataan dari Jusuf Kalla: "Kalau Joko Widodo jadi Presiden hancur negeri ini", Hari Sabtu 25 Mei 2014 di Bang Ocid Channel.

Bulan Oktober  2014 dilantik jadi Presiden dengan Wapres Jusuf Kalla.

 Setelah kemenangannya, Jokowi menyatakan bahwa, tumbuh di bawah rezim Orde Baru yang otoriter dan korup, ia tidak pernah menyangka seseorang dengan latar belakang kelas bawah bisa menjadi presiden.

The New York Times melaporkan dia mengatakan "sekarang, ini sangat mirip dengan Amerika, ya? Ada impian Amerika, dan di sini kita memiliki impian Indonesia". Jokowi adalah presiden Indonesia pertama yang tidak berasal dari militer atau elite politik, dan menurut komentator politik Salim Said, rakyat memandang Jokowi sebagai "seseorang yang merupakan tetangga kita, yang memutuskan untuk terjun ke dunia politik dan mencalonkan dirinya.

Berubah panggilan. Nama Jokowi awalnya hanya di antara saya dan dia. Sekarang, semua orang memanggilnya dengan nama itu. Bagus, tidak apa-apa. Saya sedikit senang. Karena saya yang pertama membuat," kata Bernard Chene ( Perancis) dalam vlog yang diunggah di kanal Youtube Jokowi, Jumat (8/11/2019).

Masa pemerintahan ternyata berlanjut hingga pemilu yang kedua. Kini genap satu dekade penuh. Saat kekuasaan berakhir.

Dipengujung kekuasaannya, kembali ada pernyataan dari
Bahlil, Ketua umum Golkar, melempar candaan soal 'Raja Jawa' sejurus setelah ia menegaskan sikap Golkar mendukung penuh pemerintahan dengan lebih paten lagi. Dia mewanti-wanti para kader agar tak bermain-main dengan Raja Jawa itu.

"Soalnya, Raja Jawa ini, kalau kita main-main, celaka kita. Saya mau kasih tahu aja, jangan coba-coba main-main barang ini. Waduh, ini ngeri-ngeri sedap barang ini, saya kasih tahu," kata Bahlil dalam Munas Golkar XI yang digelar di JCC, Senayan, Jakarta, Rabu (21/8/2024).

Prinsip  "Raja Adil  raja disembah " tentu tidak berlaku lagi pada masa kini. Yang berlaku " raja adil karena disanggah" .

Kesadaran masyarakat Jawa klasik tentang ruang memang amat tinggi. Merujuk uraian Indonesianis terkemuka Ben Anderson (1972), orang Jawa tidak melihat negaranya dalam pengertian batas-batas yang mengelilinginya, melainkan dari pusat yang memiliki kapasitas meluas ke mana saja. Batas geografis tidak dipandang sebagai periferi suatu negara, melainkan tempat tinggal kekuatan yang tak tampak. Kekuatan gaib menjadi unsur penyokong raja dalam mewujudkan harmoni antara jagat cilik (mikrokosmos) dan jagat gedhe.

Dari soal Raja pindah ke soal Matahari.

Tidak Ada Matahari Kembar di Selat Bali
Pasang surut hubungan dan persaingan Jawa dengan Bali dipungkas oleh serangan Majapahit yang menyebabkan runtuhnya Kerajaan Bali Kuno selama-lamanya.

Tidak Boleh Ada Matahari Kembar di Majapahit! (Kisah Raden Wijaya Vs Ranggalawe)

Akan kacau dalam sebuah negara, dalam sebuah entity termasuk partai politik, kalau mataharinya banyak," kata SBY dalam perayaan HUT Demokrat ke-23 sebagaimana disiarkan kanal YouTube Partai Demokrat, Senin (9/9/2024).

"Bisa dibayangkan, semakin panas, karena matahari satu sudah panas, kalau ada dua, ada tiga bagaimana," imbuhnya.

Diakhir terakhir kekuasaan Jokowi, Juru bicara Wakil Presiden (Wapres) RI, Masduki Baidlowi, menjelaskan maksud dari perkataan Ma'ruf Amin yang menyinggung soal matahari kembar. Masduki menceritakan selama lima tahun menjabat, Ma'ruf Amin selalu berupaya menjaga kekompakan dengan Presiden Joko Widodo.
"Jadi maksud tidak ada matahari kembar di situ. Wapres selalu menjaga jangan sampai tidak kompak dengan presidennya," kata Masduki kepada wartawan, Rabu (16/10/2024).

Sejak awal, Ma'ruf selalu mengibaratkan dirinya dan Jokowi seperti pemain bulu tangkis ganda. Sebagai pemain ganda, kata dia, Ma'ruf akan menyesuaikan permainan demi menjaga kekompakan.

Peringatan tentang Dua Matahari, mengingatkan kita, "Siapa yang menanam Angin, akan memanen Prahara".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun