Menjadi guru professional yang dibuktikan dengan sertifikat pendidik merupakan amanat undang-undang yang tertuang dalam UU nomor 14 tahun 2005. Dalam undang-undang itu secara gamblang dan detail menjelaskan tentang kedudukan, fungsi, dan tujuan dari guru, hak dan kewajiban, kompetensi dll. Adanya UU ini memberikan angin segar bagi guru guna meningkatkan kompetensi dan kesejahterannya.
Untuk mendapatkan apa yang menjadi dambaan guna memperbaiki kesejahteraan guru maka langkah yang perlu ditempuh yaitu mengikuti pendidikan perkuliahan atau sekarang lebih dikenal dengan pendidikan profesi guru dalam jabatan. Proses seleksi yang dimulai dari pre test secara daring, pengumuman kelulusan, melengkapi persyaratan dan perkuliahan.
Sesuai data yang tercantum dalam aplikasi penetapan peserta PPG (AP4G) tahun 2020 sebanyak 17.669 guru. Banyak yang berharap mudah-mudahan tahun ini mereka dapat mengikuti kuliah ini. Penantian yang cukup panjang. Ada yang lulus pre tes dan menanti dari tahun 2017, 2018 bahkan ada juga yang ditahun 2019. Semua berharap dengan optimis tetapi ada rasa cemas karena pandemic covid-19.
Mengikuti PPG agar dilabeli profesional dalam bidang guru memang tidaklah mudah di masa sekarang. Apalagi di masa pandemic ini. Semua berubah drastis.
Guru yang selama ini jarang membaca akhirnya harus rajin membaca. Yang tidak familiar dengan teknologi dalam pembelajaran dipaksa untuk mempelajari dan mempraktekannya. Baik mandiri maupun berkelompok. Baik yang gratis maupun berbayar.
Menjadi profesional dalam bidang apapun tidaklah instan. Apalagi ingin menjadi guru profesional bukan guru biasa yang hanya mengejar penghasilan. Butuh pengorbanan lebih (materi, tenaga, waktu dsb)
Pendidikan profesi kali ini sangat menarik. karena semua berbasis online (daring). Sebelum-sebelumnya untuk kegiatan daring biasanya di awal pendalaman materi dan ujian akhir kompetensi. Namun kali ini sangat bebrbeda. Semua berbasis online.
Dari pendalaman materi, pengembangan perangkat pembelajaran, PPL,hingga ujian akhir. Sungguh sangat menarik. Karena memaksa guru untuk mencintai teknologi bukan hanya menyukai.
Kalau selama ini, kita (guru-guru) belum terbiasa memanfaatkan perangkat teknologi dalam pembelajaran maka akan sulit melewati pendidikan kali ini. Sesulit mengatasi covid-19 karena banyak orang yang tidak patuh terhadap himbauan yang dibuat oleh pemerintah.
Semua butuh akses. Butuh perangkat untuk menghubungkan. Sinyal atau jaringan internet yang baik. Kuota yang banyak (semoga kuotanya gratisnya masih ada dari ruang guru. hehehe). Belum lagi menyiapkan materi, mengerjakan tugas-tugas, diskusi dsb. Semuanya dari rumah saja.Â
Jika gurunya gaptek maka ia akan kewalahan. Bisa-bisa imunnya menurun dan sakit. Sakit bukan karena virus corona tapi karena 'virus teknologi'. hehehe)
Guru hebat yang sudah terbiasa bergaul dengan teknologi akan senang  dan merimanya dengan pikiran terbuka (opend mind). Guru biasa yang gaptek dan selama ini merasa nyaman dengan keadaan akan kewalahan bahkan bisa gagal di tengah jalan. Tetapi itu tidak mungkin.
Kali ini tidak ada jalan lain. Sekalipun ada guru yang gelap terhadap teknologi tetapi diupayakan untuk tidak kehabisan akal. Harus dihadapi dengan cermat, semangat, antusias, dan optimisme. Mulailah berlatih menggunakan perangkat teknologi yang ada mumpung masih ada waktu.Â
Ada berbagai pengetahuan yang disediakan secara gratis. Melalui browser google, firefox, youtube atau peramban lainnya dan bisa juga melalui situs yang memberikan pelatihan secara gratis. Yang dibutuhkan adalah tekun untuk browsing dan mempelajarinya.
PPG dalam jabatan kali ini memang berbeda. menarik dan efektif. Menarik karena berbasis daring. Artinya bapak/ibu guru tidak perlu harus bertatap muka langsung dengan dosen atau pengajar selama kegiatan. Sehingga penularan virus corona bisa ditekan. Guru-guru akan mulai terbiasa memanfaatkan teknologi sebagai 'teman' kerja saat ini dan ke depan.
Jika sebelumnya, guru-guru mungkin hanya terbiasa dengan facebook dan whatsapp atau tidak pernah menyentuh sama sekali aplikasi itu. Maka, Kali ini pasti menggunakannya. Mencoba aplikasi zoom, skype, google meet, facetime, webex, dsb dalam pertemuan. Mengerjakan tugas melalui Microsoft word, PPT, atau melalui peramban google. Mengirimkan tugas melalui email (yahoo, gmail, outlock, dsb).Â
Proses yang panjang dan menguras banyak energy ini akan membekas dan merupakan langkah awal bagi guru-guru untuk mengembangkan literasi teknologinya dalam pembelajaran di kelas setelah masa tanggap darurat ini dibuka nanti. Efektifitas dari kegiatan ini tercapai. Tujuan akhir dari kegiatan ini akan lebih berdampak dari pelaksanaan PPG sebelumnya.
Adanya efisiensi biaya. Jika perkuliahan lewat daring maka guru-guru akan melakukan perkuliahan dari rumah saja. Tidak lagi menyeberang pulau atau keluar daerah. Sebelum virus ini muncul, perkuliahan dalam bentuk daring dan luring.
Dalam kegiatan tatap mukanya sekitar 1 bulan mahasiswa PPG dalam jabatan harus mengeluarkan biaya hidup yang banyak untuk memenuhi kebutuhan selama perkuliahan. Di antaranya biaya kos atau penginapan, biaya makan dan minum, transportasi dan berbagai kebutuhan tak terduga lainnya. Kali ini pengeluarkan bisa ditekan.
Ada penghematan besar. Yang paling dibutuhkan yaitu tersedianya kuota internet yang cukup. Kegiatan belajar-mengajar di kelas mungkin akan terus dijalankan. Berbeda dengan kali lalu.
Guru yang mengikuti PPG harus meninggalkan sekolahnya dengan waktu yang cukup lama. Tidak mengajar. Katanya dijanjikan guru pengganti (jarti) untuk mengajar. Namun tidak diberikan. Akhirnya banyak peserta didik yang ditelantarkan karena sekolah kekurangan guru.
Ada ribuan guru yang menanti dengan tangan mengenggam dan hati terangkat. Jika dibilang guru harus professional dulu setelah mengikuti kegiatan ini, maka itu hanya sebuah lukisan indah yang berdebu.
Mau daring ataupun tidak. Guru akan berusaha untuk mengikutinya, apapun tantangannya. Sertifikasi adalah hak guru. Dan untuk mendapatkan hak itu butuh sebuah pengorbanan.
@rotendao,26 Mey 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H