Proyek kolaborasi itu antara lain dengan mempersiapkan pengembangan sentra UKM yang akan dikelola oleh Pertamina, keagenan produk serta suplai produk untuk UKM. Disini peran Pertamina, mengorkestrasi UKM lokal yang tujuan utamanya adalah untuk memicu pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal. Penetrasinya diperkuat melalui penyampaian pesan bisnis menggunakan platform digital.
Network semakin diperluas hingga daerah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar) melalui penerapan program BBM Satu Harga. Tak hanya Pertamina, dalam program ini pemerintah beserta stakeholder (Kementerian ESDM bersama BPH Migas) termasuk pelaku usaha migas saling berkontribusi dalam percepatan program.
Sebut saja penyediaan sarana dan prasarana guna menunjang kegiatan kemitraan maupun program BBM Satu Harga. Ini menjadi proyek unggulan dalam mengembangkan external resources, karena wilayah-wilayah pelosok dan terpencil akan menuju pada fase kemandirian ekonomi.
Di situasi pandemi seperti saat ini yang memperkeruh kondisi perekonomian kian terpuruk, program BBM Satu Harga menjadi program di saat yang tepat. Pemerintah, Pertamina dan stakeholder terkait menggerakkan pemulihan ekonomi menjadi stabil di suatu wilayah tertentu. Komponen biaya hidup menjadi lebih terjangkau dengan hadirnya BBM murah dan mudah diakses.
Kendati belum terintegrasi melalui platform digital, setidaknya proyek kolaboratif Pertamina menciptakan value creation. Pertamina menjadi motor penggerak dan memobilisasi external resources menuju pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. (*)
Tulisan sudah dimuat di Kumparan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H