Kapal lain yang menerima gelombang radio guna menyampaikan pesan darurat berada cukup jauh. Yang paling terdekat hanya kapal yang melintas di sekitar Nusa Tenggara Barat (NTB). Tentu ini sangat tidak memungkinkan untuk melakukan evakuasi dalam waktu singkat.
Satu-satunya yang dapat dilakukan adalah mengirimkan nomor telepon kerabat yang berada di pulau. Tujuannya adalah, selain untuk memberikan kabar dan kondisi, kerabat yang berada di pulau diharapkan dapat segera melakukan pertolongan.
Setelah mendapat kabar, bala bantuan lalu diberangkatkan dari pulau Kalukuang Liukang Kalmas. Namun, kemalangan rupanya tidak segera berakhir. Lantara mesin mati, kapal kemudian terdampar dibawa gelombang cukup jauh. Hal ini menyulitkan kapal bantuan mencari posisi titik koordinat kapal.
Pencarian membuahkan hasil, kapal pun ditemukan setelah dua hari terdampar. Karena teknisi dan peralatan yang minim, mesin kapal yang rusak diperbaiki seadanya. Yang penting kapal bisa melanjutkan perjalanan menuju Makassar.
Kendati mesin dapat berfungsi kembali, namun kinerja tidak maksimal. Mesin tidak boleh dipaksa untuk bekerja ekstra seperti sebelumnya karena bisa mengakibatkan mesin kembali jebol. Beruntung kapal kembali bisa melanjutkan pelayaran hingga Makassar meski dengan kecepatan rendah.
Yang paling disyukuri adalah cuaca buruk yang sempat dikhawatirkan tidak terjadi. Padahal, laut Sulawesi termasuk wilayah yang menjadi momok, karena gelombang laut yang cukup mengerikan. Cuaca biasa bisa saja langsung berubah. Ombak setinggi 3-4 meter bisa langsung menerjang kapal yang melintas. Tidak sedikit kapal kayu oleng dan terbalik karena digulung ombak.
Ini menjadi secuil kisah, tentang insan Pertamina yang bekerja dengan segala rintangan yang tidak mudah.
Perjuangan Berbuah Manis
Bagi Pertamina, salah satu yang paling membahagiakan adalah merampungkan lembaga penyalur BBM satu harga sesuai dengan yang ditargetkan. Dengan selesainya pembangunan lembaga penyalur baru, lelah, peluh dan berbagai kesulitan seakan terbayar dengan semakin bertambahnya SPBU Kompak bagi masyarakat yang berada di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar).
Walau menempuh perjalanan jauh dan kapal yang ditumpangi terdampar selama berhari-hari, namun perjuangan itu langsung terobati dengan beroperasinya dua lembaga penyalur baru di Kabupaten Pangkajenne dan Kepulauan (Pangkep). Kedua lokasi lembaga penyalur baru tersebut terletak di Pulau Kalu Kalukuang, Kecamatan Liukang Kalmas (SPBU 76.906.03) dan di Pulau Kapoposang, Kecamatan Liukang Tupabbiring (SPBU U6.906.04).
Dengan hadirnya dua lembaga penyalur tersebut, semakin memudahkan masyarakat setempat untuk memperoleh BBM murah. Sebelumnya, masyarakat pulau harus mengambil BBM terdekat dengan jarak 225 km. Itupun, ditempuh dengan pengangkutan laut dengan lama perjalanan mencapai 24 jam jika kondisi cuaca baik.