Mohon tunggu...
Jimmy Wijaya
Jimmy Wijaya Mohon Tunggu... Lainnya - Insan Bangsa

Berbagi Cerita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

BBM Satu Harga, Bukti Kesetaraan itu Terjaga

30 September 2020   11:31 Diperbarui: 30 September 2020   11:42 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lantaran persoalan akses jalan yang tidak layak, mendorong pendistribusian BBM menggunakan jalur lain menggunakan transportasi udara misalnya. Terlebih untuk menjangkau pedalaman Papua yang sulit.

Dampak Ekonomi

Dengan turunnya harga jual BBM di wilayah tertentu melalui program BBM Satu Harga sudah mulai menunjukan dampak positif khususnya pada perekonomian kerakyatan. Harga BBM yang terjangkau dan mudah diakses menjadi variabel yang mendongkrak produksi masyarakat.

Sebut saja nelayan akan kebutuhan solar dan premium untuk perahunya, petani untuk mengaktifkan mesin traktor hingga industri kecil menengah yang bergantung pada suplai BBM untuk keperluan produksi dan distribusi. Ini menjadi efek domino yang mempengaruhi peningkatan sehingga kesejahteraan masyarakat turut meningkat. Ini nyata dan mulai terlihat.

Seperti dilansir kompas.com, BBM murah sudah dapat dinikmati masyarakat nelayan di Pulau Maya, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat (Kalbar). Sejak diresmikan Juni lalu, kurang lebih 2000 nelayan setempat dapat merasakan BBM murah.

Dulu, sebelum Program BBM Satu Harga, nelayan harus menebus BBM dengan harga tinggi untuk keperluan kapal motor di tingkat pengecer. Kini, mereka bisa membeli BBM dengan harga sama dengan yang dijual di kota-kota, yakni premium Rp 6.450 per liter, dan solar Rp 5.150 per liter.

Dengan begitu, nelayan bisa memenuhi demand ikan yang dibutuhkan dengan harga yang kompetitif. Perekonomian rakyat menjadi lebih sehat dan kehidupan nelayan perlahan menuju ke arah lebih baik secara ekonomi.

Masih di Kompas.com (25 September 2020), hingga 2020, terdapat 14 SPBU Kompak (tipe SPBU yang Pertamina khususkan untuk daerah remote) yang tersebar di 14 kampung di sembilan distrik, yakni Distrik Agats, Sawa Erma, Joerat, Atsj, Siret, Suator, Fayit, Awyu dan Distrik Safan. Titik suplai BBM ini berasal dari Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Kabupaten Merauke dengan menempuh perjalanan multimoda darat, laut dan sungai.

Dari terminal, BBM diangkut menggunakan mobil tangki, dan kemudian menggunakan kapal yang ditempuh selama beberapa hari perjalanan sebelum tiba di SPBU Kompak yang terletak di pinggir sungai ini. Masyarakat setempat menyampaikan apresiasi kepada Pertamina dan berbagai pihak yang sudah turut andil mewujudkan SPBU Kompak termasuk masyarakat yang sudah bersedia memberikan tanahnya untuk dijadikan Lembaga Penyalur BBM Satu Harga.

Dulunya, warga membeli BBM seharga Rp 20.000 -- Rp 50.000 per liter di pedagang eceran. Mahalnya BBM membuat warga sulit untuk beraktivitas seperti mencari ikan. Khusus di Kampung Mamugu dan Batas Batu Distrik Sawa Erma yang berbatasan dengan Kabupaten Nduga, tentunya menjadi kabar baik bagi warga. Begitpun warga Kenyam, Kabupaten Nduga. Dengan hadirnya SPBU sangat membantu warga mendapatkan harga BBM yang, dan lebih mudah dijangkau, dengan harga Rp 6.450 untuk jenis premium, dan Rp 5.150 untuk jenis solar.

Kornelis yang merupakan warga setempat, yang kesehariannya membawa perahu fiber mengatakan, sebelum kehadiran BBM Satu Harga, dia harus mengeluarkan Rp 100.000 untuk 5 liter premium. Premium itu dibeli dari pedagang eceran yang berada di pinggiran Sungai Aswet, Distrik Agats.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun