Dengan senyum dokter Terawan menjawab, "Saya ingin membuat Tuhan tersenyum." Saya ingin tahu apa maksudnya dan dokter Terawan menjelaskan.Â
"Kalau saya tahu ada orang yang sudah tanpa harapan dan saya melihatnya dan saya bisa menolongnya saya merasa berdosa kalau saya biarkan. Dan yang lebih menyenangkan kalau pasien yang tanpa harapan itu kemudian sembuh, saya seperti melihat Tuhan itu tersenyum. Itu kebahagiaan yang tidak bisa dilukiskan."
Itulah akhir pertemuan kami malam itu di kota Tokyo yang indah. Dengan teropong sederhana di sebelah tempat makan malam, kami nikmati indahnya langit Jepang.
Kemudian saat kembali bertugas di Jakarta ada sahabat baik yang bertugas sebagai duta besar di Afrika tiba-tiba mengalami serangan jantung saat menjalankan tugas. pemerintah setempat membantu memulangkan dubes ini ke Jakarta untuk ditangani dr. Terawan di RSPAD Gatot Subroto. Saat kami melihat tubuh kawan itu terus terang kita tidak tahan melihatnya. Tubuhnya yang dulu kekar hampir tidak bergerak sama sekali. Saat berbincang dengan dokter yang merupakan staf dokter Terawan, mereka menjelaskan harus diobservasi dulu tindakan apa yang dapat dilakukan.
Beberapa hari kemudian dilakukanlah tindakan dan luar biasanya sahabat baik itu berangsur membaik, dan hingga saat ini masih menjalankan tugasnya sebagai duta besar Indonesia.
Kemudian tidak banyak perkembangan yang kita tahu tentang dr. Terawan namun tiba-tiba beliau sudah menjadi jenderal bintang tiga dan menteri kesehatan. Lalu berita pemecatan beliau dari IDI tahun 2022 ini membuat saya menuliskan ini untuk menunjukkan bahwa kebaikan orang rupanya tidak selalu dibalas dengan kebaikan.
Jakarta, 27 Maret 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H