Andi lahir di Jakarta, tapi dibesarkan di Tokyo karena ayahnya bekerja di sebuah kantor perusahaan besar. Ibunya juga bekerja sebagai pengusaha. Dari penampilan fisik Andi merupakan sosok yang diidam-idamkan setiap wanita: atletis karena memang dia senang olah raga dan sopan serta baik.
Karena masih anak SMA, dan masih hidup sama orang tua, maka perpindahan ayahnya ke Jakarta membuat Andi ikut pindah. Sebuah SMA negeri di kota besar ini menjadi tempat yang dimasuki Andi. Ketika masuk sekolah itu, betapa terkejutnya Andi melihat teman-temannya yang diantar jemput naik mobil mewah.Â
Andi tahu bahwa ayahnya sanggup membelinya mobil mewah seperti teman-temannya. Namun sekolah atau pendidikan budi pekerti di Jepang membuatnya terbiasa dengan hidup sederhana walaupun mampu hidup mewah.Â
Hari pertama murid baru Andi mengayuh sepeda biasa ke sekolah. Karena secara fisik memang Andi menarik, maka para murid di sekolah itu cepat sekali menarik perhatiannya. Bukan untuk mengagumi cowok ganteng anak baru yang katanya datang dari luar negeri itu, tapi sebaliknya. Para cewek yang naik mobbil mewah itu mencibir, "Katanya dari luar negeri, tapi koq naik sepeda?" seorang murid tertawa cekikikan.
"Sepeda murahan lagi" sambung murid wanita lainnya lebih keras lagi tertawanya.Â
Namun Andi membalas mereka dengan senyum. Di kelas Andi berceritera tentang anak-anak sekolah Jepang yang tidak diantar jemput, tapi jalan kaki atau naik kendaraan umum. Anak pengusaha besar dan pejabat pentingpun sama.Â
Para murid mulai heran. Seorang murid pria langsung mengatakan, "Mulai besok saya juga naik sepeda." Maka hari berikutnya ada dua murid yang naik sepdea ke SMA itu.Â
Andi semakin menarik perhatian. Para wanita yang sebelumnya mencibirnya mulai tertarik mendengar ceriteranya. Apalagi Andi murid yang sangat cerdas. Dia mulai mengajari teman-temannya agar lancar bertutur dalam bahasa asing, khususnya Bahasa Inggris.Â
Hari Sabtunya Andi minta izin kepada ayah dan ibunya karena Andi mau mengundang teman-teman sekolahnya ke rumah. Ibu dan ayahnya senang sekali.Â
Saat masuk rumah bagus dan rapi itu, murid-murid teman baru Andi awalnya tidak heran. Namun saat Andi menawari minum, teman-temannya banyak yang bercanda dan meminta yang aneh-aneh. Tak lama kemudian Andi datang membawa minuman yang diminta.Â
"Ga punya pembantu?" tanya seorang gadis remaja itu.Â
"Masih cukup kuat jadi tidak perlu dibantu" jawab Andi ramah.Â
"Jadi yang mencuci piring dan gelas siapa?" tanya yang lain penasaran.
"Sejak kecil mama dan papa sudah mendidik kami untuk hidup mandiri, jadi kami semua yang melakukannya," jelas Andi.Â
Kali ini teman-temannya semakin kagum.Â
Andi mengajak mereka melihat-lihat rumah setelah diperkenalkan kepada ayah dan ibunya serta adiknya perempuan yang masih duduk di kelas dua SMP. Para murid itu makin kagum lagi melihat suasana rumah itu. Apalagi ayah Andi yang memiliki kedudukan penting di kantor dan mempunyai mobil dinas dan pengemudi yang sudah ditanggung kantor, namun ayah Andi tidak mau menggunakannya untuk kepentingan pribadi.Â
Mereka sudah terbiasa menggunakan kendaran umum atau kendaraan dalam jaringan (daring) atau on line. Kamar Andi dan adiknya juga begitu rapi dan bagus pada hal mereka sendiri yang merapihkannya.
Seminggu kemudian sudah 15 orang yang naik sepeda ke sekolah. Andi senang karena dia makin yakin generasinya walaupun sudah lebih baik, tetapi tetap peduli pada orang lain.
Sebulan kemudian hampir semua murid, termasuk wanita, sudah naik sepeda ke sekolah. Ketika murid-murid wanita awalnya mau ngajak Andi "pacaran" namun mereka kini mengerti bahwa Andi itu anak soleh yang taat beragama.Â
"Kita belajar saja dulu, nanti ada masanya" jelas Andi suatu saat di awal kedatangannya ketika teman-teman wanitanya mulai mendekati dan sengaja menunjukkan keindahan bagian tubuh mereka, seperti dada dan pahanya untuk menggoda Andi.Â
Tak terasa waktu berlalu cukup cepat. Andi lulus dengan baik dan diterima tanpa ujian masuk di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI). Dia bercita-cita membangun perekonomian Indonesia karena dipengaruhi orang-orang hebat Indonesia seperti Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang pernah bekerja di organisasi internasional dengan gaji tinggi namun mau kembali ke Indonesia untuk membangun Indonesia.
Andi yakin banyak teman-temannya yang cerdas dan peduli dengan kemajuan Indonesia.
*Diangkat dari kisah nyata dengan sedikit modifikasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H