"Masih cukup kuat jadi tidak perlu dibantu" jawab Andi ramah.Â
"Jadi yang mencuci piring dan gelas siapa?" tanya yang lain penasaran.
"Sejak kecil mama dan papa sudah mendidik kami untuk hidup mandiri, jadi kami semua yang melakukannya," jelas Andi.Â
Kali ini teman-temannya semakin kagum.Â
Andi mengajak mereka melihat-lihat rumah setelah diperkenalkan kepada ayah dan ibunya serta adiknya perempuan yang masih duduk di kelas dua SMP. Para murid itu makin kagum lagi melihat suasana rumah itu. Apalagi ayah Andi yang memiliki kedudukan penting di kantor dan mempunyai mobil dinas dan pengemudi yang sudah ditanggung kantor, namun ayah Andi tidak mau menggunakannya untuk kepentingan pribadi.Â
Mereka sudah terbiasa menggunakan kendaran umum atau kendaraan dalam jaringan (daring) atau on line. Kamar Andi dan adiknya juga begitu rapi dan bagus pada hal mereka sendiri yang merapihkannya.
Seminggu kemudian sudah 15 orang yang naik sepeda ke sekolah. Andi senang karena dia makin yakin generasinya walaupun sudah lebih baik, tetapi tetap peduli pada orang lain.
Sebulan kemudian hampir semua murid, termasuk wanita, sudah naik sepeda ke sekolah. Ketika murid-murid wanita awalnya mau ngajak Andi "pacaran" namun mereka kini mengerti bahwa Andi itu anak soleh yang taat beragama.Â
"Kita belajar saja dulu, nanti ada masanya" jelas Andi suatu saat di awal kedatangannya ketika teman-teman wanitanya mulai mendekati dan sengaja menunjukkan keindahan bagian tubuh mereka, seperti dada dan pahanya untuk menggoda Andi.Â
Tak terasa waktu berlalu cukup cepat. Andi lulus dengan baik dan diterima tanpa ujian masuk di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI). Dia bercita-cita membangun perekonomian Indonesia karena dipengaruhi orang-orang hebat Indonesia seperti Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang pernah bekerja di organisasi internasional dengan gaji tinggi namun mau kembali ke Indonesia untuk membangun Indonesia.
Andi yakin banyak teman-temannya yang cerdas dan peduli dengan kemajuan Indonesia.