Mohon tunggu...
Jimmy Simanungkalit
Jimmy Simanungkalit Mohon Tunggu... -

Suka membaca, menulis, nonton film, dan dengar musik. Bekerja freelance sebagai penerjemah novel, mengajar komputer (untuk program-program aplikasi tertentu), dan siaran juga. Kadang-kadang pergi hiking dan kemping. Tapi tidak lupa makan, tidur, dan tentu saja bersenang-senang menikmati hidup :) Play hard, but work even harder!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pak Tigor Killer

28 Oktober 2010   11:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:01 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Dan ingat, aksi protes ini dilaksanakan untuk batas waktu yang tidak ditentukan. Dan kita harus professional.” si bengal Ronggur mencoba untuk terlihat bijaksana dengan kata-katanya.

“Baiklah, rapat selesai, silahkan istirahat.” Freddy menutup rapat itu dengan damai. Tanpa diberi kode, Rony segera membuka pintu dan menyingkir berlari ke arah kantin.

Setelah membolos dua kali dari pelajaran matematika, akhirnya tindakan protes bolos berjamaah harus dihentikan. Ronggur terpukul karena akan kehilangan masa-masa bahagia dikejar-kejar penjaga sekolah dari kantin. Mereka pun disidang di ruangan kepala sekolah. Mereka diberi obat: pengarahan dan nasehat. Untungnya, mereka berkesempatan menyampaikan alasan aksi protes mereka. Pak Tigor dipanggil sedangkan mereka disuruh keluar dan menunggu di kelas. Sesampainya di kelas, mereka disambut bak pahlawan oleh murid-murid cewek, dengan tepuk tangan dan suit-suit-an nakal. Juwita memandang Freddy bagaikan seorang putri menyambut pangerannya pulang dari medan perang, tapi Freddy memandang Juwita bagaikan cewek dengan masa kecil kurang bahagia, namun Juwita tidak peduli.

Kemudian mereka duduk sambil ngobrol, sampai akhirnya terdiam ketika Pak Tigor kembali ke kelas, didampingi kepala sekolah. Dia meminta maaf telah berlaku tidak pantas, dan berjanji tidak akan melakukannya lagi. Kepala sekolah pun memastikan kejadian seperti itu tidak akan terjadi lagi di lingkungan sekolah yang dia pimpin. Wajah Pak Tigor memang masih terlihat angker dan ganas, tapi murid-murid kelas 3H tidak merasa gentar lagi belajar matematika, terutama cowok-cowoknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun