Mohon tunggu...
Jimmy Simanungkalit
Jimmy Simanungkalit Mohon Tunggu... -

Suka membaca, menulis, nonton film, dan dengar musik. Bekerja freelance sebagai penerjemah novel, mengajar komputer (untuk program-program aplikasi tertentu), dan siaran juga. Kadang-kadang pergi hiking dan kemping. Tapi tidak lupa makan, tidur, dan tentu saja bersenang-senang menikmati hidup :) Play hard, but work even harder!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pak Tigor Killer

28 Oktober 2010   11:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:01 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Betul itu! Kita ini sudah jadi korban, korban tindak kekerasan! Sebagai korban, kita berhak melapor ke Kontras, atau ke Komnas HAM kalo perlu!” teriak Ronggur tak mau kalah. Beberapa pasang mata yang bingung segera memandang kearahnya, dalam pikiran mereka “Kontras?? Komnas HAM?? Apalagi nih omongan si Ronggur?”

“Husss…ngga se-ekstrim itu kaleee,” si centil Juwita memprotes Ronggur.

“Iya, ngga usah sampai ke Kontras segala, apalagi ke Komnas HAM. Kita cari bentuk protes yang lain.” Freddy menimpali. Wajah Juwita merona merah merasa dibela lelaki pujaannya. Walau sebenarnya dia hanya Ge-eR sendiri.

“Kalo gua sih setuju dengan idenya Ronggur di awal tadi. Kita bolos aja setiap pelajaran matematika. Gua sih udah berencana bolos mulai minggu depan.” Riko ikut nimbrung.

“Setujuuuuuu!! Gua pasti temenin lu, man!” timpal Ronggur.

“Huuuuhhh!!! Emang lu rajanya bolos!” Juwita mencibir yang diiringi tatapan benci dari sekelompok cewek ke arah Ronggur. Tapi, Ronggur membalas tatapan itu seolah-olah tatapan mereka adalah tatapan kagum penuh cinta, yang membuat beberapa murid cewek tiba-tiba kehilangan semangat hidup.

“Ada ide lain ngga?” tanya Freddy berusaha mendapatkan ide yang lebih bermartabat. Namun, tidak ada lagi ide yang lebih hebat dari ide konyol si Ronggur.

“Jadi kalian setuju, kalau semua murid cowok kelas ini akan kabur setiap pelajaran matematika?” tanya Freddy memastikan.

“SETUJUUUUUUUU!!!” semua murid cowok berteriak. Kelompok trio R: Riko, Rinto, dan Ronggur berteriak lebih keras. “PROKK…PROKK...PROKK…!!!” tepuk tangan bergemuruh dari murid-murid cewek yang memberi dukungan penuh.

“Kami para cewek, mendukung kalian. Memang, Pak Tigor tidak pernah menjahili kaum kami, tapi gua mewakili murid-murid cewek, mendukung kalian, karena kami sayang kalian!” Juwita kembali membikin ulah. Semua orang terpaksa menahan mual mendengar kata “sayang” Juwita.

“Baiklah, keputusan sudah dibuat. Minggu depan kita mulai laksanakan aksi protes ini. Ini adalah keputusan bersama, jadi kita jalankan dan tanggung bersama. Dan untuk cewek-cewek, terima kasih dukungannya ya..” lanjut Freddy sambil tersenyum manis ke kaum cewek. Juwita hampir pingsan karenanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun