Pager (baca: Pejer) menjadi sorotan usai ribuan perangkat komunikasi ini meledak masal di sejumlah wilayah di Lebanon pada Selasa (17/9). Ledakan itu menewaskan puluhan orang dan ribuan lainnya luka-luka. Tidak sampai disitu, keesokan harinya giliran Walkie Talkie juga ikutan meledak masal dan juga menelan korban jiwa.
Sebagai mantan pengguna Pager, bahkan Pagernya pun masih disimpan sampai sekarang, saya sungguh kaget membaca berita ini.
Bagaimana mungkin ribuan Pager dan Walkie Talkie bisa kompak meledak bersama? Berbagai analisa para ahli berusaha mengungkapkan bagaimana Pager dan Walkie Talkie tersebut bisa meledak.
Ada yang menduga bahwa pihak musuh telah menanamkan bahan peledak dalam alat komunikasi tersebut.
Ada juga yang menduga bahwa pihak musuh menanam semacam chip sehingga membuat baterai Lithium yang ada di dalam alat komunikasi tersebut overheating dan meledak.
Pihak produsen Pager dari Taiwan dan Walkie Talkie dari Jepang pun sudah membantah bahwa mereka bukanlah dalang dari ledakan ini.
Kita tunggu aja siapa nanti yang menyatakan bertanggung jawab atas insiden ini.
*
Pager atau istilah Indonesianya radio panggil, yang dikembangkan sejak tahun 1950-an adalah alat komunikasi yang dipakai untuk menerima pesan pendek melalui gelombang radio frekuensi AM/FM.
Untuk mengirim pesan kepada seseorang (yang memiliki Pager), kita harus menghubungi operator Pager dulu dengan menggunakan telepon rumah.
Setelah terhubung, operator akan meminta nomor ID Pager yang dituju dan kita pun diminta untuk mengucapkan pesan yang akan dikirim.
Setelah itu, operator akan mengirim pesan tersebut ke Pager tujuan. Penerima pesan akan mendengar bunyi alarm dari Pager dan membaca pesan yang kita kirimkan. Selanjutnya.. terserah.
Sedangkan Walkie Talkie (kadang disebut juga Handy Talkie) atau istilah Indonesianya radio dua arah, yang dikembangkan sejak tahun 1930-an adalah radio genggam portable yang menggunakan gelombang frekuensi radio tertentu untuk berkomunikasi tanpa kabel. Gelombang radio merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik dan dipancarkan pada kecepatan cahaya (186.000 mil/detik).
Kecanggihan Walkie Talkie adalah alat komunikasi ini tidak ada batasan berapa banyak pengguna dapat berkomunikasi pada saat yang bersamaan karena mereka berbagi pada frekuensi yang sama walaupun hanya satu orang yang dapat berbicara pada satu waktu (bicaranya gantian).
Sayangnya, pengiriman pesan melalui Pager atau Walkie Talkie dapat disadap oleh radio panggil lainnya karena saat itu belum terdapat teknologi pengaman yang tertanam dalam alat komunikasi tersebut. Ini memungkinkan disalahgunakan oleh pihak-pihak lain seperti agen kriminal atau hukum. Bisa jadi ini yang terjadi di Lebanon.
*
Yang menarik ini adalah pertanyaan, "Teknologi jadul bisa dijadikan senjata dengan cara yang tidak terduga, apakah teknologi modern juga bisa?"
Berikut ini adalah analisa kemungkinan-kemungkinan perangkat modern bisa disadap walaupun telah memiliki berbagai pengaman.
1. Handphone
Hampir semua orang di Indonesia memiliki Handphone yang rentan dari serangan siber.
- Aplikasi Berbahaya:
Aplikasi yang didownload bisa mengandung malware (sistem software yang memasuki Handphone tanpa izin) yang dapat digunakan untuk mencuri data pribadi, melacak lokasi, atau mengakses informasi sensitif yang tersimpan di Handphone.
- Ransomware:
Program jahat yang dapat mengunci Handphone sehingga pengguna tidak dapat mengakses data mereka hingga ancaman uang tebusan dibayarkan.
- Sinyal:
Koneksi Wi-Fi atau Bluetooth yang tidak aman dapat dieksploitasi sehingga memungkinkan peretas untuk mengendalikan Handphone atau menyadap komunikasi.
2. Laptop dan Komputer
Mirip dengan Handphone, Laptop dan Komputer merupakan target serangan siber yang umum, tetapi kerentanan pada tingkat firmware (perangkat lunak yang diinstall) dan periferal nirkabel (perangkat apapun yang terpasang) dapat membuatnya semakin rentan.
- Eksploitasi Firmware:
Penyerang dapat merusak firmware yang mengendalikan hardware sehingga Laptop atau Komputer tidak berfungsi atau menonaktifkan komponen penting.
- Serangan Periferal:
Perangkat nirkabel seperti keyboard atau mouse Bluetooth dapat disadap, yang memungkinkan penyerang menguasai Laptop atau Komputer atau mencuri data sensitif.
- Baterai Terlalu Panas:
Memanipulasi firmware baterai Laptop dapat menyebabkan baterai terlalu panas dan berbahaya. Ini berpotensi mengakibatkan ledakan atau kebakaran.
3. Drone
Drone, yang digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari rekreasi hingga operasi militer, mengandalkan sinyal nirkabel untuk navigasi dan kontrol. Sinyal ini yang rentan dibajak.
- Pembajakan Drone:
Penyerang dapat mengendalikan drone dengan menyadap sinyal GPS atau mengganggu komunikasi antara drone dan operatornya.
4. Peralatan Medis
Banyak perangkat medis modern terhubung ke internet atau berkomunikasi secara nirkabel dengan perangkat eksternal. Koneksi ini dapat terganggu dan berakibat fatal, contohnya:
- Pompa Insulin:
Peretas dapat memanipulasi pompa insulin dari jarak jauh untuk memberikan dosis yang salah, sehingga berpotensi menyebabkan komplikasi kesehatan yang serius atau kematian.
- Alat pacu jantung:
Alat pacu jantung yang terhubung kontrol jarak jauh dapat diretas untuk mengganggu irama jantung, sehingga menciptakan situasi yang mengancam jiwa.
*
Intinya, risiko utama terletak pada konektivitasnya, baik melalui Wi-Fi, Bluetooth, frekuensi radio atau jaringan seluler karena perangkat modern kebanyakan bergantung pada komunikasi nirkabel agar dapat berfungsi.
Artinya tidak ada teknologi, baik jadul atau modern, yang sepenuhnya aman dari eksploitasi.
Jadi gimana dong?
*
Menurut pakar Cyber Security Lakin Mohapatra, untuk meminimalkan risiko ini yang harus dilakukan para Produsen diantaranya:
- Enkripsi:
Pastikan semua komunikasi nirkabel dienkripsi, terutama yang melibatkan data sensitif atau fungsi penting.
- Keamanan Firmware:
Perbarui firmware secara berkala untuk menambal kerentanan dan meningkatkan tindakan keamanan.
- Autentikasi:
Terapkan protokol autentikasi yang kuat untuk memverifikasi keabsahan perintah atau sinyal yang masuk.
Jika peralatan komunikasi ini tidak dienkripsi atau diamankan dengan benar, penyerang dapat menyadap dan memanipulasi sinyal seperti yang mereka lakukan pada Pager Hizbullah di Lebanon.
**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H