Begitulah kelakuan Warganet Indonesia yang Maha Benar di dunia maya, jagat media sosial, sesaat setelah Timnas Indonesia U23 dikalahkan Guinea U23 0-1.
Entah maksudnya apa..
Apakah kecewa dengan permainan Guinea atau merayakan kemenangan Guinea? Tapi karena rasis itu berkonotasi negatif maka pastinya ini artinya adalah bentuk kekecewaan Warganet kepada Guinea.
Lalu, apa salahnya Guinea sehingga Warganet Indonesia melancarkan serangan rasisme? Bukankah tujuan bermain sepakbola adalah untuk menang?
Bahkan Federasi Sepakbola Indonesia (PSSI) pun harus menerbitkan permohonan maaf ke Federasi Sepakbola Guinea atas ulah jari-jari Warganet Indonesia yang Maha Benar! Ini artinya sungguh keterlaluan!
Disisi lain Presiden FIFA Gianni Infantino dalam akun Instagramnya mengirimkan pesan ke Warganet Indonesia:
"Pesan saya kepada semua orang di negara pecinta sepak bola Indonesia adalah bangga dengan tim Anda dan teruslah mendukung mereka dengan semangat yang sama karena mereka bergerak ke arah yang benar"
Kalau diartikan secara tersirat, seolah Presiden FIFA ingin mengatakan:Â dukung saja Timnas Indonesia, tidak perlu hujat Guinea!
Disinilah uniknya Warganet Indonesia.
Ketika Timnas Indonesia menang, badai euforia kemenangan melanda medsos. Puja puji setinggi langit pun betebaran dimana-mana.
Tetapi ketika Timnas Indonesia kalah, situasi berbalik 180 derajat, hujatan, cacian dan makian pun mewabah di medsos, baik itu ditujukan ke punggawa Timnas Indonesia, Wasit yang bertugas bahkan ke Tim Lawan. Sungguh mengenaskan!
Dulunya saya tidak percaya, ketika tahun 2021 Digital Civility Index (DCI) mempublikasikan hasil survey yang mengukur tingkat kesopanan digital pengguna internet dunia saat berkomunikasi di dunia maya sepanjang tahun 2020. Warganet Indonesia menempati urutan terbawah se-Asia Tenggara, alias paling tidak sopan. Dan ternyata itu belum berubah sampai 2024 ini.
Walaupun demikian, masih lebih banyak Warganet Indonesia yang selalu berpikiran positif dalam berkelana di dunia medsos sehingga Warganet yang berpikiran negatif tadi bolehlah digolongkan sebagai oknum.
Memang tidak seharusnya Warganet berpikiran negatif ini berkomentar atau bahkan membentuk opini negatif dibidang olahraga yang menjunjung tinggi sportivitas. Kalah, menang atau seri itu adalah pilihan yang ada dalam dunia olahraga apapun.
Jika tidak bisa menerima kekalahan maka seharusnya Warganet Negatif yang tidak paham sportivitas di dunia olahraga, tidak layak berkomentar. Karena ketika jari-jari kita yang berbicara dan tidak terkontrol maka niscaya ada puluhan bahkan ribuan Warganet lain yang terpancing untuk ikut berkomentar negatif.
The Power of Netizen tidak layak disalahgunakan oleh Warganet Negatif karena ini berpotensi menyebarkan konten kebencian, hoaks, pencemaran nama baik, dan lain-lain yang dilarang dalam UU ITE.
Yuk bisa yuk..
Warganet Indonesia untuk menyebarkan komentar-komentar yang bermuatan positif. Pujilah bila menang dan hiburlah jika kalah. Kritik boleh tapi membangun dengan mengusulkan jalan keluarnya.
Cobalah habiskan waktu Anda untuk mencari informasi positif dan banyak membaca untuk menambah pengetahuan Anda serta bagikan agar orang lain mendapat manfaatnya.
Komentar negatif buat apa?
*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H