Tetapi ketika Timnas Indonesia kalah, situasi berbalik 180 derajat, hujatan, cacian dan makian pun mewabah di medsos, baik itu ditujukan ke punggawa Timnas Indonesia, Wasit yang bertugas bahkan ke Tim Lawan. Sungguh mengenaskan!
Dulunya saya tidak percaya, ketika tahun 2021 Digital Civility Index (DCI) mempublikasikan hasil survey yang mengukur tingkat kesopanan digital pengguna internet dunia saat berkomunikasi di dunia maya sepanjang tahun 2020. Warganet Indonesia menempati urutan terbawah se-Asia Tenggara, alias paling tidak sopan. Dan ternyata itu belum berubah sampai 2024 ini.
Walaupun demikian, masih lebih banyak Warganet Indonesia yang selalu berpikiran positif dalam berkelana di dunia medsos sehingga Warganet yang berpikiran negatif tadi bolehlah digolongkan sebagai oknum.
Memang tidak seharusnya Warganet berpikiran negatif ini berkomentar atau bahkan membentuk opini negatif dibidang olahraga yang menjunjung tinggi sportivitas. Kalah, menang atau seri itu adalah pilihan yang ada dalam dunia olahraga apapun.
Jika tidak bisa menerima kekalahan maka seharusnya Warganet Negatif yang tidak paham sportivitas di dunia olahraga, tidak layak berkomentar. Karena ketika jari-jari kita yang berbicara dan tidak terkontrol maka niscaya ada puluhan bahkan ribuan Warganet lain yang terpancing untuk ikut berkomentar negatif.
The Power of Netizen tidak layak disalahgunakan oleh Warganet Negatif karena ini berpotensi menyebarkan konten kebencian, hoaks, pencemaran nama baik, dan lain-lain yang dilarang dalam UU ITE.
Yuk bisa yuk..
Warganet Indonesia untuk menyebarkan komentar-komentar yang bermuatan positif. Pujilah bila menang dan hiburlah jika kalah. Kritik boleh tapi membangun dengan mengusulkan jalan keluarnya.
Cobalah habiskan waktu Anda untuk mencari informasi positif dan banyak membaca untuk menambah pengetahuan Anda serta bagikan agar orang lain mendapat manfaatnya.
Komentar negatif buat apa?
*