Mohon tunggu...
Andri S. Sarosa
Andri S. Sarosa Mohon Tunggu... Insinyur - Instruktur, Trainer, Konsultan Sistem Manajemen + Bapak yang bangga punya 5 Anak + 1 Istri

Insinyur lulusan Usakti

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kereta Cepat, MRT, LRT Jepang 1997

12 Oktober 2023   09:37 Diperbarui: 12 Oktober 2023   09:50 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Pribadi

Jepang 1997 - 1998

Saya tinggal di Jepang dalam kurun waktu 1 tahun untuk mengikuti program training jangka panjang Perusahaan Jepang tempat saya bekerja. Karena saat itu Perusahaan akan "menghibahkan" seluruh proses produksi dari Jepang ke Indonesia.

Training ini dibawah program The Association for Overseas Technical Cooperation and Sustainable Partnerships (AOTS) sebuah organisasi pengembangan sumber daya manusia di negara-negara berkembang untuk meningkatkan kerja sama teknis melalui pelatihan, pengiriman tenaga ahli dan program lainnya.

Satu bulan pertama, saya ditempatkan di Mess milik AOTS di Yokohama Jepang. Yokohama adalah kota kecil yang terletak dekat dengan Tokyo. Kalo di Jakarta, ini adalah Kota Depoknya lah.

Disini saya memperdalam Bahasa Jepang dan Budaya Jepang, agar ketika memulai on the job training, saya bisa menyesuaikan diri dengan Budaya Kerja Jepang yang super disiplin.

Di Yokohama ini pula saya pertama kalinya merasakan transportasi LRT karena LRT adalah transportasi utama kota Yokohama waktu itu. Apalagi stasiun terdekatnya persis di depan Mess AOTS.

LRT Jepang sama persis dengan LRT di Jakarta yang sama-sama tanpa masinis sehingga saya sempat bengong melihat kecanggihan kereta LRT yang bisa berjalan dan berhenti sendiri tepat waktu walaupun tanpa sopir!

Awalnya sih takut-takut dan kuatir ini itu.. tapi setelah merasakan langsung kinerja LRT ini, saya pun merasa aman dan enjoy menikmati perjalanan dalam kota Yokohama.

Bedanya dengan Jakarta adalah LRT Jepang sudah ada pada tahun 1997 sedangkan di Jakarta baru ada pada tahun 2023.

**

Setelah satu bulan mengikuti program Bahasa dan Budaya Jepang, tibalah saatnya program on the job training di Kantor Pusat Perusahaan Jepang tempat saya bekerja di kota Osaka.

Berarti saya harus pindah kota dari Yokohama ke Osaka dan ini kesempatan saya menjajal Kereta Tercepat di Jepang, Shinkansen.

Dari Yokohama naik LRT dulu menuju Tokyo karena tidak ada Shinkansen jurusan Yokohama -- Osaka, yang ada Tokyo -- Osaka.

Pertama kali melihat tampilan Kereta Shinkansen.. wow mirip pesawat terbang. Itu di tahun 1997, kalo tampilan sekarang sudah lebih canggih lagi, mungkin mirip roket!

Sumber gambar: Pribadi
Sumber gambar: Pribadi

Interior Kereta Cepat Shinkansen pun mirip pesawat terbang dengan tempat duduk yang nyaman.

Seperti biasa awalnya ada rasa kuatir gimana-gimana gitu, tapi kemudian saya bisa enjoy menikmati perjalanan. Kecepatan diatas 350 km/jam tidak menyebabkan goyangan yang berarti, benar-benar seperti naik pesawat terbang sungguhan.

Sepanjang perjalanan Tokyo -- Osaka, penumpang disuguhi pemandangan pedesaan khas Jepang, perkebunan, persawahan bahkan pemandangan Gunung Fuji yang, saat itu, bersalju di puncaknya.

Perjalanan saat itu sekitar 3 jam sehingga saya benar-benar menikmati perjalanan luar biasa ini.

Bahkan yang mengagumkan adalah ketika saya iseng memperhatikan jadwal pemberhentian Kereta Shinkansen di stasiun tertentu.

Misalnya di jadwal, pemberhentian di stasiun A: jam 10.43. Ternyata Kereta benar-benar berhenti di Stasiun A pada jam 10.43 pas!

Luar biasa.. karena jarak yang baru ditempuh adalah ratusan kilometer tapi berhentinya sangat tepat waktu. Seperti Budaya Jepang yang tepat waktu dan menghargai waktu.

Semoga Kereta Cepat Jakarta -- Bandung bisa menyamai Kereta Shinkansen dalam keamanan, kenyamanan, pelayanan dan ketepatan waktunya.

**

Di Osaka cerita soal Keretanya lain lagi. Di kota terbesar kedua setelah Tokyo ini, sarana transportasi utamanya adalah Kereta MRT.

Pemerintah daerah Osaka mengelola MRT yang disebut Kereta Osaka Loop-line karena jalurnya mengelilingi kota Osaka. Kalo di Jakarta, ini mirip dengan Tol Dalam Kota yang mengeliling kota Jakarta.

Untuk jalur-jalur di tengah kota, jalur Kereta yang sebagian besar dibawah tanah itu, dikelola oleh Swasta dan hebatnya terintegrasi satu sama lain. Sehingga kita dapat bertukar Kereta lain jurusan tanpa harus keluar Stasiun.

Sumber gambar: Pribadi
Sumber gambar: Pribadi

Dan pelajaran yang paling penting adalah tentang sikap disiplin penumpang Kereta Jepang.

Misalnya, antrian saat akan naik kereta sudah otomatis tertib. Bahkan jika ada orang yang tidak tertib, biasanya para calon penumpang menatap orang itu dengan tatapan heran.

Kemudian Ketika Kereta tiba, maka antrian penumpang bergerak ke sisi kiri dan kanan untuk memberi kesempatan penumpang dari dalam Kereta keluar terlebih dahulu. Setelah itu barulah calon penumpang masuk Kereta.

Semoga di Indonesia, khususnya Jakarta, budaya tertib ini bisa menular.

Atau kita bisa belajar dari budaya tertib penumpang KAI Commuter KRL Jabodetabek yang sikap disiplinnya sudah membudaya.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun