Mohon tunggu...
Andri S. Sarosa
Andri S. Sarosa Mohon Tunggu... Insinyur - Instruktur, Trainer, Konsultan Sistem Manajemen + Bapak yang bangga punya 5 Anak + 1 Istri

Insinyur lulusan Usakti

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Masa Persiapan Pensiun, Perlukah ke Psikiater?

20 Oktober 2020   08:40 Diperbarui: 20 Oktober 2020   08:56 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
diolah dari shutterstock.com

Saat sedang asyik mengerjakan pekerjaan, tiba-tiba Big Bos Presiden Direktur memanggil saya untuk datang ke ruangannya.

"Eh, ada apa nih? Tumben diajak meeting berdua'an aja", pikir saya.

Big Bos mempersilahkan duduk sambil membuka laptopnya dan berkata, "3 bulan lagi Anda pensiun ya.. Posisi anda akan digantikan oleh pak Harry gimana? Oke kah?"

"Oh menurut saya oke... sebab dia pernah bekerja sama dengan saya dan paham dengan pekerjaan saya saat ini," jawab saya.

"Nanti posisi pak Harry akan digantikan oleh pak Prasetyo, gimana?"

"Itu juga cocok Bos karena pak Prasetyo punya potensi dan masih bisa berkembang," jawab saya lagi sambil menunggu-nunggu saya akan ditempatkan dimana setelah posisi saya digeser pak Harry.

Yang kebayang saat itu adalah... hmm mungkinkah posisi saya akan naik jadi Wakil Direktur?

Di mana lagi posisi yang strategis? Sudah terisi semua.

*

Beberapa bulan lalu, di forum Meeting Management, Big Bos pernah menyatakan bahwa setelah saya pensiun beliau berencana akan memperpanjang masa kerja saya dengan skema kontrak kerja selama 1 tahun tapi dengan syarat gaji pokok dipotong sampai setara gaji UMR yang berlaku. 

Waktu itu saya jawab, tidak ada masalah saya dikontrak tapi untuk gaji, kita akan negosiasi.

"It's interesting," jawab Big Bos saat itu.

Sejak saat itu semangat kerja saya makin bertambah seperti mendapat motivasi baru tanpa perlu memikirkan pensiun yang sudah di depan mata. Bahkan saya mulai atur strategi dengan sedikit "mengurai" schedule kerja melebihi hari H pensiun saya agar Big Bos merasa masih memerlukan kehadiran saya.

Posisi saya di Perusahaan memang cukup strategis, persis di bawah Presiden Direktur langsung dan berkat kinerja saya pula tahun ini Perusahaan berhasil mendapatkan 3 Sertifikat dari Badan Sertifikasi Internasional.

Dan tentu saja saya membuat simulasi pemotongan gaji untuk negosiasi kelak, berapa persen pemotongan gaji yang "pantas" saya terima, 40%? 50%? 60%? yang penting di atas gaji/upah UMR dan disesuaikan dengan kebutuhan rumah tangga saya. Malah saya sudah perhitungkan pula Tunjangan tambahan apa buat saya yang pantas diajukan ke Big Bos.

*

Dan ketika Big Bos berkata, "Maaf, saya tidak bisa memperpanjang masa kerja Anda." Dunia berasa berhenti berputar... Hah?!

Big Bos beralasan bahwa kondisi Perusahaan saat Pandemi Covid-19 ini memang tidak bagus sehingga beliau tidak punya pilihan lain. Apalagi saat ini sedang gencar-gencarnya pengurangan karyawan.

Betul, gaji saya setara dengan 4-5 karyawan biasa, tapi... Ah sudahlah, saya harus berbesar hati menerima keputusan ini, Big Bos saya ini tipe orang yang tidak mudah berubah pendirian.

Yang jelas... mimpi saya terlalu tinggi rupanya sehingga terlena dengan sesuatu yang tidak pasti.

 *

Jujur setelah itu saya merasa shock!

Dalam seminggu itu saya tidak bisa konsentrasi bekerja karena memikirkan masa-masa setelah pensiun.

Apa yang harus saya kerjakan?

Apakah saya bisa mendapatkan uang setara gaji saya saat ini?

Bagaimana caranya? dan bla bla bla.. macam-macam pikiran yang negatif.

Benar-benar masih blank!

*

Curhat ke istri dan keluarga sudah ... tapi kayaknya masih belum cukup deh, makanya sekarang curhat ke Kompasiana.. karena rasa shock dan stress masih saja ada.

Malu juga sih kalau para karyawan pada tau si Little Bos stress gara-gara mau pensiun.. halah.

Apakah Masa Persiapan Pensiun seperti ini kita perlu konsultasi ke Psikiater?

**

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun