Mohon tunggu...
Andri S. Sarosa
Andri S. Sarosa Mohon Tunggu... Insinyur - Instruktur, Trainer, Konsultan Sistem Manajemen + Bapak yang bangga punya 5 Anak + 1 Istri

Insinyur lulusan Usakti

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Masa Persiapan Pensiun, Perlukah ke Psikiater?

20 Oktober 2020   08:40 Diperbarui: 20 Oktober 2020   08:56 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
diolah dari shutterstock.com

"It's interesting," jawab Big Bos saat itu.

Sejak saat itu semangat kerja saya makin bertambah seperti mendapat motivasi baru tanpa perlu memikirkan pensiun yang sudah di depan mata. Bahkan saya mulai atur strategi dengan sedikit "mengurai" schedule kerja melebihi hari H pensiun saya agar Big Bos merasa masih memerlukan kehadiran saya.

Posisi saya di Perusahaan memang cukup strategis, persis di bawah Presiden Direktur langsung dan berkat kinerja saya pula tahun ini Perusahaan berhasil mendapatkan 3 Sertifikat dari Badan Sertifikasi Internasional.

Dan tentu saja saya membuat simulasi pemotongan gaji untuk negosiasi kelak, berapa persen pemotongan gaji yang "pantas" saya terima, 40%? 50%? 60%? yang penting di atas gaji/upah UMR dan disesuaikan dengan kebutuhan rumah tangga saya. Malah saya sudah perhitungkan pula Tunjangan tambahan apa buat saya yang pantas diajukan ke Big Bos.

*

Dan ketika Big Bos berkata, "Maaf, saya tidak bisa memperpanjang masa kerja Anda." Dunia berasa berhenti berputar... Hah?!

Big Bos beralasan bahwa kondisi Perusahaan saat Pandemi Covid-19 ini memang tidak bagus sehingga beliau tidak punya pilihan lain. Apalagi saat ini sedang gencar-gencarnya pengurangan karyawan.

Betul, gaji saya setara dengan 4-5 karyawan biasa, tapi... Ah sudahlah, saya harus berbesar hati menerima keputusan ini, Big Bos saya ini tipe orang yang tidak mudah berubah pendirian.

Yang jelas... mimpi saya terlalu tinggi rupanya sehingga terlena dengan sesuatu yang tidak pasti.

diolah dari shutterstock.com
diolah dari shutterstock.com
 *

Jujur setelah itu saya merasa shock!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun