Mohon tunggu...
Andri S. Sarosa
Andri S. Sarosa Mohon Tunggu... Insinyur - Instruktur, Trainer, Konsultan Sistem Manajemen + Bapak yang bangga punya 5 Anak + 1 Istri

Insinyur lulusan Usakti

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sensasi Operasi Hernia

26 Desember 2016   20:13 Diperbarui: 26 Desember 2016   20:20 2207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

..based on true story.

Rumah Sakit Puri Cinere, 13 Desember 2016.

"Sebentar Sus, saya pipis dulu", begitu jawab gue waktu dua perawat, cowo dan cewe, bilang, " Sudah waktunya pak!”.

Sebenernya, selain untuk ulur-ulur waktu karena rada stress, ini persiapan... konon ruang operasi dingin sangat, kalo tiba² kebelet gimana?!

"Yuk Sus..", ajak gue setelah keluar dari toilet.
" Ganti baju dulu pak", jawabnya sambil nyodorin baju operasi yang warna hijau muda.
Hadeeeeh serius nih mau operasi? Belum yakin gue.
"Udah Sus, yuk", gue ajak lagi para perawat ke ruang operasi selesai ganti baju.
"Bapak tidur disini, nanti kami yang dorong", kata perawat cowo yang rada kemayu ini.
"Hah.. Serius nih? Ngerepotin ngga?”.
"Memang aturannya begitu pak", jawab perawat cewek.
"Baiklah", gue ngalah sambil naik ke tempat tidur.

Ternyata enak juga lho jalan² naik tempat tidur menuju ruang operasi walaupun cuma bisa pasrah sambil berdoa sebisanya. Sepanjang perjalanan kedua perawat banyak mengajak ngobrol karena paham pasiennya agak stress menghadapi operasi bedah.
Tiba didepan ruang operasi, perawat pencet bel untuk permisi masuk, sementara jantung gue makin berdebar². Ini pertama kali sejak sunat dulu, gue akan naik ke meja operasi.

Di ruangan pertama, gue disuruh pindah ke tempat tidur lain. Terjadi serah terima pasien dengan petugas di ruangan ini.
Ruangan disini memang sangat dingin dan berasa misterius bikin gue menggigil. Bukan karena ada aroma mistis tapi emang gue kedinginan ditambah ketakutan!

Dokter Isma, dokter yang akan melakukan bedah, datang dan bertanya, "Yang mau di operasi sebelah kiri apa kanan bang? Gue lupa...".
Gaya bicara dokter yang mengaku berusia 70-an ini memang bergaya preman dengan anting di kuping kirinya sehingga kami biasa bicara gaya betawi lu-gue.

Setelah itu ada sekitar 20 menit gue disuruh nunggu di ruangan ini sementara kedua perawat yang mengantar gue sudah kembali ke ruang perawatan dan petugas lainnya lagi persiapan di ruang operasi. Makin pasrah deh gue.

Akhirnya...
"Kita masuk yuk", kata petugas ruang operasi sambil mendorong tempat tidur gue.
Tiba² gue merasa nyesel, ngapain juga gue mau di operasi? Apa gue lompat aja terus kabur? Bagaimana kalo bedahnya bermasalah? Bagaimana kalo ngga bangun lagi setelah dibius? ... Segala macam 'hoax' berseliweran di pikiran. Akhirnya, pasrah saja ya Allah.

Ruangan operasi sesungguhnya ternyata ngga begitu menakutkan. Ada TV yang nyala yang bikin suasana jadi lebih santai. Apalagi TV tersebut lagi memberitakan konser Coldplay di Australia, alhasil gue ikut²an nonton TV dulu.

Persiapan operasi dimulai... Beberapa perawat operasi mulai menunaikan tugasnya. Gue pun ditelanjangi dalam arti sebenarnya, copot baju. Tangan kiri kanan pun direntangkan dan diikat, "Biar bapak ngga berontak", katanya.

Dokter Teta, dokter anastesi datang. Dokter ini pernah ketemu gue di ruang perawatan sebelumnya untuk menjelaskan proses pembiusan. Karena gue pengidap darah tinggi maka akan dilakukan bius setengah badan kebawah sedangkan kalo gue ngga mau lihat proses bedah, si dokter akan membuat gue tidur sejenak.

Pembiusan pun dimulai...
Gue disuruh posisi duduk untuk disuntik tulang punggungnya. Dokter ini sangat membuat nyaman dengan selalu bilang sesuatu yang akan dilakukannya, jadi pasien yang udah stress berat dan ketakutan kayak gue ini merasa nyaman.
Jarum suntik bius masuk ke tulang punggung gue, memang ngga berasa sakit seperti janji si dokter.
"Udah mulai kesemutan belum?", tanya dokter anastesi.
"Iya dok...", gue merasa ada sesuatu yang sensasional menjalar dari punggung ke kaki. Gue tetap menggerakkan jari² kaki sambil menikmati rasa ini.
"Coba angkat kakinya", kata dokter lagi.
Gue coba angkat kaki sekuat tenaga tapi kok kaki ngga bergerak dan berasa berat banget. "Ngga bisa dok tapi jari saya masih bisa bergerak dok".
Tapi ngga lama kemudian, jari kaki pun ngga bisa gue gerakin lagi. Gue coba pegang pinggul gue sendiri, aneh... ngga berasa apa². Inikah rasanya dibius?... Sensasional!

"Kalo ngantuk tidurin aja ya, ngga usah ditahan".
"O iya dok, katanya mau bikin saya tidur".
"Oke... Saya bikin tidur ya".
Tadinya gue pikir dokter akan bikin gue tidur dengan cara hipnotis tapi ternyata dia masukin sesuatu ke infus gue.
Gue sempet liat jam 12.45 dan gue pun mulai ngantuk untuk akhirnya memejamkan mata.

Baru merem sekejap tiba² gue kebangun dan reflek liat jam lagi... 13.45. Lha, merem sebentar aja kok bisa 1 jam?!

Para perawat operasi tampak lagi beres², sepertinya operasi hernia udah selesai.
"Saya diapain dok?", tanya gue penasaran sekalian mau pastiin bahwa operasi udah selesai.
"Nanti dijelasin sama dokternya ya pak, takut salah²".
Oh berarti operasi memang udah selesai dong. Alhamdulillah...

Dari meja operasi, gue dipindah lagi ke tempat tidur lainnya dan dibawa ke ruang pemulihan, sementara kaki gue masih belum bisa bergerak.
Untung memang, ngga dibius total karena pasien sebelah gue yang dibius total walaupun diteriakin perawat ngga bangun².

**
Ternyata:
1) Di bius setengah badan itu rasanya sensasional banget. Di suntik obat tidur pun rasanya nikmat juga... Pantesan banyak orang yang menyalah-gunakan obat bius dan obat tidur... Gue aja pingin lagi kok!

2) Kenapa setelah operasi harus tunggu kentut dulu sebelum makan dan minum?
Karena saat di bius usus dan kawan²nya pun ikut terlelap sehingga ngga bisa mencerna makanan dan minuman. Salah satu tanda yang gampang menandai usus mulai siuman adalah kentut. Alhasil gue ngga boleh makan dan minum selama 48 jam sejak puasa jelang operasi.

3) Sakit itu mahal, jadi jangan sampai anda sakit apalagi harus menjalani bedah.

***
~ Tamat ~

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun