Mohon tunggu...
M Fadli
M Fadli Mohon Tunggu... -

Jim Bulls, Jokam, Parkour, Straight Edge, Reporter, Reader, Writer, Prayer, Loner

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Persembunyian Iblis Bayangan (C. Auguste Dupin Fan Fiction)

15 Juli 2016   11:46 Diperbarui: 15 Juli 2016   11:58 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dupin menyalakan rokok kegemarannya sambil menatap tajam ke arahku.

“Kupikir kau lebih pandai berimajinasi daripada dua sobat Prefek kita itu. Apalagi Prefek -G  yang tidak pernah mau belajar dari kesalahan.”

Kini ia berdiri dan mulai berputar di sekeliling lemari buku. Ia menuju sisi kiri lemari tempat aku dan dia menyimpan beberapa tumpukan surat kabar yang kami beli. Ia memilih dua buah surat kabar dan melemparkannya ke arahku. Kedua surat kabar ini merupakan surat kabar yang pernah kubaca beberapa jam lalu, Journal des débats dan L’toille. Aku tak mengerti maksudnya sampai akhirnya ia menjelaskannya secara rinci.

“Kau bilang tadi bagaimana mungkin sang buronan itu bersembunyi di tempat yang menurutmu tak masuk akal sebagai tempat persembunyian untuk seorang buronan. Kuakui itu sangat tepat sekali. Kau berpikir selayaknya orang-orang pada umumnya, termasuk yang dipikirkan oleh para polisi itu, bahwa tak akan mungkin seorang buronan seperti Gascoine III ini bersembunyi di tempat yang justru sarang dari musuhnya sendiri, dalam artian para polisi ini. Hal itulah yang akhirnya dimanfaatkan oleh sang buronan kita itu.”

“Waktu kita kedatangan Monsieur Escoffar pada beberapa jam lalu, kau sempat membaca berita yang ditulis oleh Journal des débats. Polisi sudah mulai melakukan pencarian ke seluruh kota, termasuk wilayah perbatasan kota. Tak ada gang atau rumah, kamar motel, dan apartemen yang luput dari penyisiran para anggota Surete tersebut, termasuk saluran air kota. Semuanya digeledah. Tapi ada satu tempat yang justru mereka tidak geledah, yaitu kantor mereka sendiri. Karena mereka berpikir seperti halnya yang kuungkapkan barusan, mustahil untuk menjadikan kantor polisi sebagai tempat persembunyian. Asumsi seperti itulah yang akhirnya dimanfaatkan oleh sang Iblis.”

“Melalui hal itu aku mulai berimajinasi. Bagaimana seandainya sang buronan benar-benar bersembunyi di tempat itu. Hal itu semakin diperkuat dengan apa yang tertulis di L’toille. Di pemberitaannya, tangan kanan sang Iblis sempat mengatakan sesuatu kepada para polisi yang mengepungnya sebelum akhirnya ia terjatuh, bahwa para polisi tidak akan mungkin bisa menemukan persembunyian Iblis Bayangan. Ia mengatakan bahwa sang Iblis bersembunyi di tempat teraman di kota Paris. Dan kau tentu tahu, mana lagi tempat teraman di kota ini selain sebuah kantor yang terletak di kawasan Saint-Avoye, satu-satunya kantor Polisi di Paris. Ditambah lagi tentang informasi bahwa kantor polisi itu sedang dipugar bagian sayapnya. Tentunya tempat yang cocok untuk menetap di bagunan yang belum jadi cukup nyaman sampai perburuan terhadap dirinya selesai. Mungkin ia berpikir untuk menetap disana sambil menyamar sebagai pekerja pemugaran sembari menunggu suasana pencarian mereda. Ia dengan sabar menunggu sampai para polisi ditarik kembali dari perbatasan.”

Aku sedikit menyela penjelasannya. “Tapi tetap saja beresiko bila ada polisi yang mengenalinya.”

“Untuk itulah aku keluar di awal malam tadi. Ketika semua itu ide terlintas di pikiranku, aku pun mencoba melakukan sebuah ekperimen kecil. Hal ini sengaja tidak kukatakan kepadamu atau Monsieur Escoffar, apalagi kepada –G. Eksperimen yang kulakukan ini adalah mendatangi kantor polisi dan melihat respon yang ditunjukkan oleh para polisi apabila ada orang asing yang masuk ke kantor polisi dan berkeliaran di dalamnya tanpa tujuan yang jelas. Hasilnya, tidak ada satu orang pun polisi yang memperhatikan atau mencurigaiku barang sedikit pun. Mengapa? Karena hal ini serupa dengan asumsi kebanyakan yang sudah kujelaskan sebelumnya. Para polisi ini berpikir, tidak mungkin ada orang yang berniat macam-macam di kantor mereka, sehingga mereka tak perlu mewaspadai siapa pun. Karena bagi mereka, tidak mungkin seekor domba berani masuk ke kandang serigala yang sedang kelaparan. Hanya orang yang punya nyawa berlebih yang berani berniat buruk di kandang para polisi itu.”

“Aku masuk ke ruangan dan naik ke lantai dua, tapi tidak ada yang memperhatikanku. Mungkin sebagian para polisi ini menganggapku seperti layaknya anggota masyarakat lain pada umumnya yang ingin melaporkan sesuatu. Dan mungkin sebagian lagi menganggapku adalah salah satu anggota Surete lainnya yang sedang dalam penyamaran. Melihat hasil eksperimenku, aku berkesimpulan ada kemungkinan sang Iblis Bayangan melakukan apa yang kulakukan tadi sehingga ia tidak terdeteksi oleh para polisi ini.”

“Setelah eksperimen itu, aku mencoba melakukan penelusuran berikutnya. Sayap bangunan yang sedang dipugar adalah tujuan utamaku. Dan beruntungnya aku, menemukan sepasang pekerja yang menetap dalam gedung yang baru setengah jadi tersebut. Salah satu dari keduanya adalah sang buronan kita yang kebetulan sudah memangkas kumis dan janggutnya sehinggar terlihat berbeda dengan apa yang terlihat di pamflet buronan yang ditempelkan polisi di beberapa tempat. Aku pun menyamar sebagai seorang pesuruh dari pihak pengembang pemugaran gedung polisi ini. Dan dari pembicaraan dengan keduanya, aku memperhatikan pakaian yang ia kenakan yang rata-rata bewarna gelap. Selain itu,aku melihat sebuah seragam polisi yang tergantung di salah satu sudut.”

“Ah, jadi itulah mengapa kamu memintaku dan para polisi untuk menggunakan pakaian dan mantel bewarna terang? Untuk membedakan antara kami dan sang buronan itu saat proses penyergapan?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun