Mungkin karena Joko Widodo sebagai presiden, tak mampu menunjukkan keteladanan, saat mengangkat Terawan sebagai Menteri Kesehatan RI kemarin.
Majelis Kehormatan Etik Kedokteran, sebetulnya telah menyurati beliau untuk tak mengangkat Terawan Agus Putranto. Sebab yang bersangkutan telah mereka tetapkan melakukan pelanggaran etika profesi.
Bisik-bisik di antara sejawat profesi sebetulnya hal manusiawi dan wajar belaka. Tapi ketika seorang jurnalis senior dengan segudang pengalaman yang mengundang decak kagum di dalam maupun luar negeri, sampai perlu menyampaikan pernyataan terbuka berupa himbauan kepada publik untuk tak menyaksikan suatu tayangan yang diasuh teman sejawatnya, adalah tanda yang sangat mengkhawatirkan dari runtuhnya keimanan kita pada persatuan dan kesatuan tersebut.
+++
Maka kita tak perlu heran jika tak satu pun media hari ini memberi perhatian secara komprehensif dan terintegrasi terhadap persoalan corona virus yang sudah dinyatakan pandemik itu.
Saya capture tayangan televisi di negeri kita pagi ini. Sebagian besar tak memberikan ruang memadai bagi diseminasi informasi wabah tersebut. Mereka malah sibuk dengan tayangan remeh-temeh yang dalam konteks kekinian sesungguhnya nirmutu.
Pagi tadi, mereka mempertanyakan dengan sangat kritis dan tajam, keputusan Trump yang menutup penerbangan dari Eropa ke USA selama 30 hari ke depan.
Mereka -- terutama pada acara yang dibawakan Don Lemon yang saya saksikan tadi -- mempertanyakan putusan sewenang-wenang tersebut. Sebab, menurutnya, selama ini Trump tak cukup bijak menyikapinya. Termasuk informasi-informasi kurang tepat -- bahkan keliru -- yang selalu diutarakan sebelumnya.
Berdasarkan pengalaman dan pemahaman pribadi saya, gejala ketidakpedulian atau sikap berjarak media-media kita terhadap pemberitaan wabah kali ini, tak terlepas dari kekhawatiran mereka menjadi korban perundungan publik.