Tapi soal "tudingan murahan dan tak penting" yang justru dapat mengalihkan perhatian masyarakat terhadap kekacauan dan inkapabilitas pemerintah melakukan fungsinya. Terutama dalam menghadapi wabah Covid-19 yang kemarin malam telah ditetapkan WHO sebagai pandemik.
+++
Itulah sebabnya kemarin saya menuliskan artikel Virus yang Maha Dahsyat. Tentang persoalan besar yang merobek semangat persatuan-dan-kesatuan dan saat ini sedang menggejala makin parah di tengah kita.
Salah satu tanda-tandanya adalah gejala sebagaimana uraian di atas tadi.
Gejala lain adalah hilangnya kepercayaan satu dengan yang lain. Bahkan kepada pemerintah yang berkuasa.
Bahwa pada kenyataannya tidak semua masyarakat percaya dan mendukung kekuasaan, adalah satu hal. Kritik dan ketidaksetujuan mereka terhadap langkah-langkah pemerintah, memang dibenarkan secara konstitusional. Tentu saja sepanjang dilakukan sesuai dengan kaidah dan ketentuan yang berlaku.
Tapi pernyataan liar, sebagaimana disampaikan pembicara yang disebut Rosiana Silalahi sebagai pakar saat mendiskusikan topik Pemberitaan Media Soal Corona Menakutkan, Benarkah? di Kompas TV beberapa waktu lalu, justru jauh lebih menakutkan.
Sebab, di sana pakar tersebut sekonyong-konyong menyatakan bahwa "pemerintah sekalipun belum tentu benar sehingga tak selalu harus diikuti."
Ungkapan tersebut, walau dalam konteks diskusi yang saat itu berlangsung, amat-sangat tidak pantas dan tidak layak diucapkan. Lebih parah lagi karena Rosi sebagai pembawa/moderator acara, membiarkannya sebagai "pernyataan liar" tanpa klarifikasi lebih lanjut hingga acara berakhir.
+++
Gejala kekacauan dan runtuhnya keimanan kita terhadap persatuan-dan-kesatuan semakin diperparah dengan merapuhnya etika untuk saling menghargai dan menghormati sejawat profesi.